Minggu, 13 Maret 2011

Relasi yang seimbang

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Efesus 5:22,25

Seorang Bapak pernah mengeluhkan istrinya. Menurutnya istrinya adalah pembangkang, tidak pernah mau menuruti nasehatnya. Tidak juga mau tunduk pada perintah-perintahnya. Disisi lain istrinya juga pernah bertutur dengan linangan airmata akan kelakuan suami yang egois dan sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Tidak punya waktu untuk istri dan anak-anak. Argumen mereka sepintas benar, sesuai dengan Firman Tuhan. Lalu siapa yang salah?

Problematika seperti ini sering terjadi. Dan bukan tidak mungkin juga terjadi dalam rumah tangga kita. Mempertimbangkan keluhan sendiri akan cenderung membela diri dan menyalahkan pasangan. Istri tunduk kepada suami adalah benar perintah Tuhan. Tetapi suami harus mengasihi istrinya juga perintah Tuhan. Kita tidak bisa menganggap benar seorang suami marah atas ketidaktaatan istri kepadanya, sementara pada sisi lain ia tidak dapat menunjukan kasih yang nyata pada istrinya. Atau sebaliknya simpati kita juga salah kepada istri yang keluhkan suami tidak mengasihi padahal disisi lain ia sering membangkang pada suaminya.

Berkaca pada firman Tuhan, kita akan menemukan keteduhan disana. Relasi suami dan istri diumpamakan seperti relasi Kristus dan jemaat. Jemaat tunduk kepada Kristus yang mengasihi dan sempurna. Sama seperti relasi tersebut seharusnya istri tunduk kepada suami yang mengasihinya. Ketika masalah datang dalam relasi suami istri, maka sebaiknya suami atau istri melihat problema juga dari sudut pandang pasangannya. Solusi komprehensif dan damai akan tercipta bila suami atau istri coba mempertimbangkan persepsi pasangannya.  Sebaliknya solusi yang hanya berdasar pada keluhan sendiri adalah solusi yang timpang.

Ada hak maka ada kewajiban. Hak seorang suami untuk istri tunduk kepadanya, tetapi kewajiban suami untuk terlebih dahulu menunjukkan kasih kepada istri. Istri pun demikian. Hak seorang istri untuk mendapatkan perhatian dan kasih dari suami tetapi cobalah untuk terlebih dahulu belajar tunduk kepada suami. Mendahulukan kewajiban daripada menuntut hak akan menjadikan keluarga kita jauh dari pertikaian tiada usai. Tuhan kiranya senantiasa memberkati keluarga kita dengan sejahtera senantiasa.(TW)

Doa: Tuhan Yesus berilah kami hati yang rela untuk mendahulukan kewajiban kepada pasangan kami dibanding menuntut hak kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar