Jumat, 31 Mei 2019

Tidak Bisa Direbut

Yohanes 10:28
“Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 143; Yohanes 3; 2 Samuel 13-14

Pada pertengahan tahun 1950-an, General Motors (GM) tidak hanya memajang mobil dalam pameran mereka. Pada suatu pameran yang diadakan di kota Miami, GM menampilkan pajangan yang terdiri dari satu juta lembar uang pecahan senilai satu dolar dan Hope Diamond, yaitu berlian biru yang paling besar di dunia.

Pada suatu sore, badai melanda kota tersebut, petir menyambar, dan listrik padam. Para pengemudi truk kemudian bergegas menghampiri pajangan khusus itu sambil membawa lampu senter dan membentuk lingkaran di sekeliling penjaga keamanan bersenjata yang sudah ada di sana. Berlian dan uang tunai itu kini aman dalam penjagaan dua lapis petugas keamanan.

Di dalam kitab Yohanes pasal 10, Yesus menjelaskan keamanan umat-Nya, ”Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (ayat 28). Apabila kita mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, kita akan aman dalam tangan-Nya; kita tidak dapat kehilangan keselamatan kita. Akan tetapi, ada lapis keamanan yang lain. Yesus mengatakan, “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (ayat 29).

Hope Diamond dan uang tunai yang banyak itu cukup aman dalam dua lapis penjagaan. Namun, betapa kita jauh lebih aman selamanya dalam tangan Yesus dan Bapa-Nya, Allah yang Mahakuasa!

Tidak ada yang benar-benar dapat menjaga kehidupan kita dengan sangat sempurna, selain Allah sendiri.

Sumber: Kingdom Magazine Februari 2010
 
Gbu all...

Kamis, 30 Mei 2019

Tidak Bisa Direbut

Yohanes 10:28
“Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 143; Yohanes 3; 2 Samuel 13-14

Pada pertengahan tahun 1950-an, General Motors (GM) tidak hanya memajang mobil dalam pameran mereka. Pada suatu pameran yang diadakan di kota Miami, GM menampilkan pajangan yang terdiri dari satu juta lembar uang pecahan senilai satu dolar dan Hope Diamond, yaitu berlian biru yang paling besar di dunia.

Pada suatu sore, badai melanda kota tersebut, petir menyambar, dan listrik padam. Para pengemudi truk kemudian bergegas menghampiri pajangan khusus itu sambil membawa lampu senter dan membentuk lingkaran di sekeliling penjaga keamanan bersenjata yang sudah ada di sana. Berlian dan uang tunai itu kini aman dalam penjagaan dua lapis petugas keamanan.

Di dalam kitab Yohanes pasal 10, Yesus menjelaskan keamanan umat-Nya, ”Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (ayat 28). Apabila kita mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, kita akan aman dalam tangan-Nya; kita tidak dapat kehilangan keselamatan kita. Akan tetapi, ada lapis keamanan yang lain. Yesus mengatakan, “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (ayat 29).

Hope Diamond dan uang tunai yang banyak itu cukup aman dalam dua lapis penjagaan. Namun, betapa kita jauh lebih aman selamanya dalam tangan Yesus dan Bapa-Nya, Allah yang Mahakuasa!

Tidak ada yang benar-benar dapat menjaga kehidupan kita dengan sangat sempurna, selain Allah sendiri.

Sumber: Kingdom Magazine Februari 2010
 
Gbu all... 

Rabu, 29 Mei 2019

Ketika Banjir Melanda

Matius 7:25
“Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 141; Yohanes 1; 2 Samuel 9-10

Suatuhari ketika mengikuti arung jeram, pemandu yang menemani kami selama mengarungi sungai sempat bercerita mengenai apa yang terjadi setiap banjir besar melanda sungai tersebut. Setiap kali banjir besar melanda, keadaan sungai sampai lekuk-lekuknya bisa berubah drastis dalam semalam. Hal ini membuat para pemandu harus menyusuri sungai sekali lagi untuk mengetahui perubahan yang sedang terjadi. Jika tidak, mereka akan mengalami kesulitan ketika harus memandu peserta yang akan mengarungi sungai setelah banjir terjadi.

Dalam mengarungi sungai kehidupan ini, ada kalanya “banjir besar” melanda hidup kita. Hal itu bisa berupa masalah keuangan, PHK, kematian orang-orang yang kita sayangi, kegagalan dalam pelayanan, atau anggota keluarga kita yang terlibat tindak kriminal. Keadaan tersebut dapat mengubah banyak hal dalam hidup kita: menjadi lebih baik atau hancur, semakin mengenal Tuhan atau meninggalkan, memperkuat karakter atau melemahkan karakter, membuat nama Tuhan dimuliakan atau membuat nama Tuhan dilecehkan karena respon kita terhadap hal-hal tersebut.

“Banjir besar” atau masalah-masalah dalam hidup kita menjadi penguji seperti apa kualitas hidup kita, dan seberapa kuat pondasi kehidupan kita tertanam. Hanya ketika kita belajar untuk mendengar, memahami, dan melakukan firman, maka hidup kita ibarat rumah yang didirikan di atas batu karang, permasalahan atau pergumulan hidup tidak akan merobohkan atau menghancurkan hidup kita. Malah lekuk-lekuk karakter, iman, dan pengharapan yang makin teguh dapat disaksikan oleh orang lain karena pekerjaan Allah yang dahsyat dalam hidup kita. Jadi, hadapilah dan jalanilah apa pun yang sedang terjadi, sebab Allah menyertai kita.

Hari ini, sementara kita menyediakan waktu untuk bersekutu secara pribadi melalui doa, membaca dan merenungkan firman Tuhan, yakinilah bahwa pondasi hidup kita sedang semakin dikokohkan oleh Tuhan. Dialah Sumber kekuatan dan pertolongan kita yang sejati. Hidup kita tidak akan mudah digoyahkan oleh permasalahan dan tekanan hidup. Jadilah kuat, dalam kasih karunia Tuhan.

Allah adalah pemandu yang terbaik dalam hidup kita, oleh karenanya dengarkanlah Dia!


Gbu all...

Selasa, 28 Mei 2019

Rumah di Surga

Ibrani 10:34
“sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 140; 2 Korintus 13; 2 Samuel 7-8

Paulus suatu kali menulis, “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (I Korintus 15:19). Jika tidak ada kehidupan setelah kematian, tidak ada surga, tidak ada janji akan dunia yang lebih baik-maka hidup menjadi kosong, tak berpengharapan, tanpa arti atau tujuan.

Tetapi hidup ini tidak demikian! Di depan terdapat Surga, dan suatu hari “kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (I Tesalonika 4:17). Suatu hari kita akan pulang ke rumah di mana terdapat kebahagiaan, sukacita, dan kedamaian. Betapa hambarnya hidup kita jika kita tidak memiliki pengharapan ini.

Mengetahui bahwa surga itu nyata akan membawa perbedaan dalam cara kita hidup. Kita tidak akan terikat dengan perkara-perkara di dunia ini. kita akan berkata bersama Paulus, “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Filipi 4:11).

Setiap hari Anda bertemu dengan orang yang tidak mengenal Kristus. Maukah Anda menceritakan Kristus kepada mereka?

Surga adalah tempat tinggal kedua yang disediakan Tuhan Yesus bagi orang-orang beriman setelah meninggalkan dunia ini.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia
Gbu all....

Senin, 27 Mei 2019

Pertolongan yang Tak Terduga

Yosua 2:4
“Tetapi perempuan itu telah membawa dan menyembunyikan kedua orang itu”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 139; 2 Korintus 12; 2 Samuel 5-6

Pada tahun 1803, Thomas Jefferson memerintahkan Lewis and Clark untuk memimpin suatu ekspedisi melintasi bagian Amerika yang belum terjelajahi sampai ke Pantai Pasifik. Ekspedisi ini dinamai Corps of Discovery (Satuan Penemuan) sesuai dengan namanya. Ekspedisi itu mendata 300 spesies baru, mengidentifikasi hampir 50 suku Indian, dan menjelajahi medan yang belum pernah disaksikan orang Eropa sebelumnya.

Dalam perjalanan, mereka bergabung dengan seorang pedagang bulu dari Perancis dan istrinya, Sacajawea. Mereka segera menyadari bahwa sang istri berperan sangat penting sebagai pemandu dan penerjemah.

Dalam perjalanan itu, Sacajawea bertemu dengan keluarganya. Kakak laki-lakinya telah menjadi seorang kepala suku, dan ia membantu mereka mendapatkan kuda dan peta daerah Barat yang belum tergambar. Tanpa bantuan tak terduga dari Sacajawea dan saudaranya, ekspedisi itu belum tentu berhasil.

Alkitab menceritakan sebuah ekspedisi yang bisa mendapat pertolongan yang tak terduga. Orang-orang Israel mengirimkan mata-mata memasuki Yerikho, sebuah kota yang berada di tanah yang dijanjikan kepada mereka. Disana, mata-mata Israel tinggal di rumah Rahab, seorang perempuan sundal. Wanita itu setuju untuk menjamin keluar mereka asalkan ia dan keluarganya dilindungi saat kota tersebut diruntuhkan. Para mata-mata ini setuju dengan syarat yang diajukan Rahab.

Singkat cerita, mata-mata Israel berhasil lolos dari Yerikho dan kembali kepada Yosua. Mereka pun menceritakan segala sesuatu yang mereka alami disana kepada Yosua. Saat tiba penghancuran Yerikho, kedua pengintai ini pun menyelamatkan Rahab beserta orang-orang yang ada di dalam rumahnya tepat seperti yang mereka janjikan. Yosua dan bangsa Israel pada akhirnya berhasil memperoleh kemenangan besar seperti yang Allah janjikan kepadanya.

Dari kisah diatas, kita dapat melihat bagaimana Allah memakai Rahab sebagai sumber bantuan untuk menggenapi janji-Nya kepada Yosua dan bangsa Israel. Sebuah pertolongan yang yang manusia se-pintar apapun belum tentu bisa merancangkannya.

Apakah saat ini Anda sedang mengalami suatu tantangan? Ingatlah, Allah dapat memberikan pertolongan dari sumber-sumber yang tak terduga.

Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh kuasa. Dia dapat membuka jalan bagi setiap persoalan kita walaupun sepertinya semua jalan itu telah tertutup
 
Gbu all...

Minggu, 26 Mei 2019

Mengubah Masa Depan

Yosua 1:8
“Janganlah engkau lupa memperkatakan Kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala sesuatu yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 138; 2 Korintus 11; 2 Samuel 3-4

Efek dahsyat setelah membaca buku dialami oleh Karl May (1842-1912), pengarang cerita petualang asal Jerman yang populer dengan serial Winnetou. Karya-karyanya, terutama “kisah perjalanan” ke berbagai pelosok dunia ia ciptakan di atas meja. Hingga akhir hidupnya, ia tidak pernah berkunjung ke Wild West, salah satu lokasi dalam kisah-kisah petualangnya terjadi dan menjadikannya terkenal.

Pengalaman Karl May dengan buku-bukunya lebih dari seabad lampau telah menjadi inspirasi penting bahwa buku dengan segala isinya mampu membentuk pribadi pembacanya. Dalam proses pembentukan karakter ada satu mata rantai penting, yaitu guru. Jika subyek pembentukan karakter bangsa ini adalah anak-anak dan orang-orang muda, guru yang telah dibentuk kepribadiannya oleh buku akan kian besar pengaruhnya.

Tuhan mengajar bangsa Israel untuk menggunakan pola belajar firman terus menerus dan dalam intensitas yang terus ditambah. Para orangtua diperintahkan untuk mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran itu di segala kesempatan: pada waktu duduk maupun pada waktu berdiri, pada waktu berjalan maupun saat berbaring. Kebenaran yang diajarkan terus-menerus dan dalam banyak kesempatan akan membentuk kebiasaan, dan kebiasaan pada akhirnya akan membentuk karakter.

Tuhan Yesus mengajar para murid melalui praktik langsung. Dia menggunakan bumi dengan segala isinya, bahkan alam semesta ini sebagai alat peraga untuk mengajarkan banyak hal. Di antara para murid, ada yang bisa belajar dengan cepat, ada yang lamban, bahkan ada yang gagal memenuhi targetnya. Namun, Dia tetap memberikan kesempatan belajar itu bagi mereka. Dia tidak pernah menutup pintu bagi setiap pribadi untuk memperbaiki diri. Ini berarti kuncinya ada pada setiap pribadi. Apakah mereka bersedia menggunakan kesempatan itu.

Bersyukurlah bahwasanya hingga hari ini kita masih berkesempatan untuk belajar. Proses belajar akan menolong kita mendapat pengetahuan, membentuk kebiasaan, membangun karakter, dan mewarisi masa depan. Agar tidak kehilangan kesempatan, pergunakanlah setiap kesempatan tersebut untuk belajar dengan baik.

Apa yang Anda baca hari ini adalah siapa Anda di masa depan.
Gbu all...

Sabtu, 25 Mei 2019

Melakukan Kebenaran Saat Situasi Menyakitkan

Ulangan 32:26
“TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 137; 2 Korintus 10; 2 Samuel 1-2

Menunggu adalah sesuatu pekerjaan manusia yang sangat membosankan, apalagi jika itu berkaitan dengan hari pembalasan Allah. Sebagai umat Kristiani, kita dituntut Allah untuk mengasihi sesama manusia. Jika ada orang yang melakukan kesalahan atau menyakiti hati kita, kita tidak boleh membalas apa yang ia atau mereka perbuat. Namun, untuk menerapkan kasih yang seperti ini dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah.

Joel Osteen pernah mengalami kondisi dimana ia sangat ingin untuk membalas perbuatan orang yang telah jahat kepada ia dan keluarganya. Pria yang cukup lama ia kenal telah melakukan perbuatan tidak etis terhadap dirinya dan istrinya Victoria dalam hal perjanjian bisnis. Orang tersebut tidak menepati janjinya dan berakhir dengan mencuri banyak uang mereka.

Joel dan Victoria pun tergoda untuk melakukan pembalasan kepada pria itu dan membuat kehidupannya sengsara. Dalam pikiran mereka, orang ini telah membuat mereka menderita; mengapa mereka tidak membuatnya menderita saja? Namun, Roh Kudus mengingatkan mereka untuk menyerahkan segala permasalahan tersebut kepada Tuhan. Awalnya berat, tetapi akhirnya mereka pun tunduk kepada suara tersebut.

Satu bulan..dua bulan..tiga bulan..hingga sampai beberapa tahun Joel dan Victoria tetap tidak melihat perubahan apa pun dalam situasi tersebut. Tetapi, mereka tetap mengingatkan diri mereka bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil. Dan ternyata hari itu tiba. Entah dari mana, Tuhan secara ajaib masuk dan mengubah keadaan itu. Dia tidak hanya mengeluarkan orang yang telah membohongi mereka dari kehidupan mereka, Dia juga membayarkan kembali dalam kelimpahan segala sesuatu yang telah diambil orang itu.

Pengalaman hidup Joel Osteen kiranya membukakan mata rohani kita bahwa jika kita tetap melakukan kebenaran di saat yang tidak memungkinkan sekalipun, segala sesuatu yang baik akan kita terima suatu saat nanti. Pada waktunya juga, orang yang pernah melukai kita akan menerima hukuman dari Tuhan. Ini bukan berarti kita senang dengan pembalasan yang Tuhan kerjakan kepada orang tersebut, tetapi ini merupakan keadilan-Nya. Apa yang ditabur seseorang itulah yang akan dituainya kelak.

Allah akan menggenapi setiap janji-Nya dalam kehidupan Anda asalkan Anda tetap taat kepada firman-Nya. 


Gbu all...

Jumat, 24 Mei 2019

Bertanya pada Pribadi yang Tepat

Hakim-hakim 20:27
“Dan orang-orang Israel bertanya kepada Tuhan -- pada waktu itu ada di sana tabut perjanjian Allah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 136; 2 Korintus 9; 1 Tawarikh 8-10

Bulan Maret 2009 lalu, publik Inggris dikejutkan dengan kemenangan dramatis Amir Khan atas sang legenda tinju Meksiko, Marco Antonio Barrera. Petinju asal Inggris ini dinyatakan menang KO setelah wasit menghentikan pertarungan pada ronde kelima. Saat konferensi pers berlangsung, Khan mengungkapkan rahasia keberhasilannya. “Mengejutkan memang. Namun semua terjadi karena saya menuruti nasihat Manny Pacquiao. Cara yang saya gunakan serupa dengan cara Manny menaklukkan Barrera beberapa waktu lalu. Manny benar-benar membuat semuanya lebih mudah. Ia bilang, ‘pukul dan bergerak, pukul dan bergerak.’ Menurut Manny, itulah cara mengalahkan Barrera. Memang bermanfaat mengikuti saran orang yang tepat,” katanya.

Ada pepatah Cina yang berbunyi, “Percakapan pribadi dengan seorang yang bijaksana sama berharganya dengan sebulan mempelajari buku-buku.” Ya, dua cara terbaik untuk menghindari kegagalan adalah bekerja sama dengan orang yang kompeten, dan meminta saran dari mereka yang lebih berpengalaman. Saya pun belajar menerapkannya, ketika bingung harus membuat keputusan atau melakukan sesuatu, saya akan bertanya pada orangtua, abang, atau orang tua, bahkan sampai kakak rohani. Harus diakui, saat mengalami masalah, telinga kita menjadi kurang tajam untuk mendengar suara Tuhan. Partner yang takut akan Tuhanlah yang sangat berperan membantu kita menemukan solusi yang Alkitabiah.

Sudahkah Anda bertanya dan meminta saran kepada pribadi yang tepat ketika persoalan menerpa kehidupan Anda? Renungkanlah!

Saat berhadapan dengan masalah, meminta nasihat dan pertimbangan orang-orang tepat yang ada di sekitar Anda adalah kunci terbaik untuk keluar dari sana. 


Gbu all....

Kamis, 23 Mei 2019

Menembus Batas

Yohanes 14:12
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu…”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 132; 2 Korintus 5; 1 Samuel 30-31

5 Maret 2010 adalah hari yang bersejarah dalam hidup Vivek Kundra karena pada tanggal tersebut Presiden Amerika Serikat, Barack Obama secara resmi mengangkatnya sebagai Ketua Bidang Teknologi Informatika (CIO) Gedung Putih. Pada jabatannya tersebut, Vivek bertanggung jawab untuk mengarahkan kebijakan dan membuat rencana investasi strategis teknologi informasi federal serta mengawasi pengeluaran teknologi federal.

Terpilihnya Vivek Kundra sebagai CIO menggantikan Karen Evans bukanlah tanpa sebab. Dalam keterangan persnya, Presiden Obama mengatakan bahwa Vivek Kundra adalah sosok yang kenyang pengalaman di arena teknologi. Kundra juga telah berjanji kepadanya untuk membuat sistem operasi pemerintahan dengan biaya rendah. Pria kelahiran 9 Oktober 1974 itu diyakini akan menjadi CIO yang memainkan peran penting dalam pemerintahan Obama.

Ada dua hal penting yang bisa kita ambil dari berita pengangkatan Kundra sebagai CIO Gedung Putih; Pertama, terpilihnya Kundra mencuatkan harapan bahwa orang muda dan khususnya yang berasal dari negara berkembang tidak kalah pintar atau hebat dengan orang-orang dari benua Eropa dan Amerika yang seringkali dianggap lebih hebat.

Kedua, perkataan Tuhan Yesus, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu…” (Yoh 14:12). Di dalam Tuhan, tidak ada masalah dari mana kita berasal, bagaimana keadaan ekonomi keluarga, atau warna kulit kita. Potensi untuk melakukan hal-hal luar biasa ada pada kita, selama Tuhan bersama kita. Namun, tentu saja semua itu tidak terjadi dalam semalam. Diperlukan kerja keras, ketekunan, komitmen, serta anugerah dari Tuhan untuk kita melakukannya.

Kundra dan Presiden Obama adalah orang yang semula tidaklah diperhitungkan. Namun, akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa anggapan sebagian besar orang meleset! Hari ini Tuhan mau mengatakan hal yang sama kepada Anda, “Ini waktunya menembus batas kemustahilan dengan Aku!” Selama Allah beserta dengan kita, tidak ada yang mustahil asalkan kita mau percaya dan melangkah seturut dengan kehendak-Nya. Kita bisa menorehkan tinta emas dalam sejarah keluarga, bahkan di dunia !

Apa yang dianggap tidak mungkin terjadi dalam hidup kita justru bisa terjadi bila kita senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal. 


Gbu all....

Rabu, 22 Mei 2019

Singkirkan yang Tak Perlu

Yesaya 62:10
“Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang, persiapkanlah jalan bagi umat, bukalah, bukalah jalan raya, singkirkanlah batu-batu, tegakkanlah panji-panji untuk bangsa-bangsa!”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 131; 2 Korintus 4; 1 Samuel 28-29

Suatu hari seorang wanita muda mengunjungi Michaelangelo di sanggar patungnya. Wanita tersebut begitu terkesima melihat Angelo bekerja, ia berkata, “Saya tahu bahwa mematung itu begitu mudah setelah melihat cara kerja Anda. Karena saya yakin saya juga dapat melakukannya.” “Tentu, sama sekali tidak sulit,” jawab Angelo. “Semua yang Anda butuhkan hanyalah sebongkah marmer, palu, pahat. Kemudian Anda hanya memukul-mukul dan membuang bagian marmer yang tidak Anda inginkan.”

Tahukah Anda bahwa untuk menjadi seorang yang unggul, manusia cukup membuang bagian-bagian yang tidak kita inginkan dalam hidup? Apa sajakah itu? Kemalasan, menunda-nunda pekerjaan, egois - segala sifat buruk yang sebenarnya dapat kita buang. Namun, itu semua tergantung pada sikap kita sendiri. Ingatlah akan hal ini: daging memang lemah, tetapi roh penurut.

Jika kita terus melatih roh kita, maka makin lama roh kitalah yang akan kuat. Dan dengan sendirinya justru kita bisa mengalahkan kebiasaan-kebiasaan negatif. Mungkin ada yang berkata, “Ya, sebenarnya saya mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang merugikan, tetapi jujur saya menyadari bahwa saya tidak sanggup.” Benarkah ini? Mengubah kebiasaan-kebiasaan negatif bukanlah soal bisa atau tidak bisa, tetapi lebih kepada adakah kemauan yang kuat untuk berubah.

Hari ini marilah kita berdoa agar Roh Kudus memberi kita kemampuan untuk mengubah setiap kebiasaan kita yang tidak berkenan di hati-Nya. Kemudian miliki komitmen untuk berubah. Dan lihatlah diri kita pasti menjadi pribadi yang semakin baik setiap harinya.

Kebiasaan-kebiasaan buruk yang terus dipelihara merupakan penghalang Anda untuk mencapai tujuan hidup yang Allah sudah rancangkan sebelumnya.

Sumber: Renungan Bulanan Profesional Desember 2009
 
Gbu all...

Selasa, 21 Mei 2019

Buah Yang Indah

Yohanes 15:4
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 130; 2 Korintus 3; 1 Samuel 26-27

“Buah” apakah yang Tuhan ingin lihat dalam kehidupan kita? Dia tidak akan tertarik pada “kegiatan-kegiatan gereja”, tetapi hanya pada buah rohani yang dihasilkan kalau kita tinggal dalam persekutuan dengan Kristus. Terlalu banyak orang Kristen yang berusaha “menghasilkan buah” dengan upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan dengan tinggal dalam Kristus serta membiarkan kehidupan Kristus yang menghasilkan buah di dalam dirinya.

Pohon buah tidak menimbulkan suara-suara yang gaduh pada waktu ia memproduksi buahnya. Pohon itu hanya membiarkan kehidupan yang ada di dalam dirnya mengalir dengan cara yang sealami mungkin, dan buah itu adalah hasilnya. “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5).

Perbedaan antara buah rohani dan “kegiatan keagamaan” manusia adalah bahwa buah itu membawa kemuliaan bagi Yesus Kristus. Kalau kita melakukan apa pun dengan kekuatan sendiri, kita mempunyai kecenderungan untuk menyombongkan pekerjaan itu. Buah rohani yang sejati sangat indah dan mengagumkan, sehingga tak seorang pun bisa mengaku atau memperoleh pujian untuk itu; kemuliaan harus ditujukan bagi Allah sendiri.

Segala sesuatu yang kita kerjakan dalam Yesus Kristus, lakukanlah semuanya itu demi nama-Nya dimuliakan dan ditinggikan di atas bumi ini.

Sumber: Sepanjang Tahun Bersama Warren W. Wiersbe; Warren W.Wiersbe; Penerbit Gospel Press 


Gbu all...

Senin, 20 Mei 2019

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 3:13
Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.

Bacaan Alkitab setahun : Mazmur 129; 2 Korintus 2; 1 Samuel 24-25

Bila kita tidak dapat memiliki apa yang kita sukai, belajarlah untuk menyukai apa yang kita miliki. Salah satu kunci kebahagiaan adalah bila kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Ketimbang menginginkan milik orang lain, kita mengucap syukur dengan apa yang kita miliki. Ketimbang marah melihat orang lain diberkati, kita menghitung berkat yang telah kita terima dari Tuhan.

Kitab Pengkhotbah berkata bahwa kemampuan untuk menikmati apa yang kita miliki adalah karunia Tuhan. Bila kita hidup di dalam Tuhan, maka Dia akan memberikan hikmat kepada kita sehingga kita dapat melihat kehidupan ini seperti Tuhan melihatnya. Nilai-nilai Tuhan akan menjadi nilai hidup kita. Tuhan akan memberikan kepuasan dalam hidup kita, sebab Dia mau memberikan diri-Nya sendiri. Dia disalib, mati dan bangkit untuk kita.

Kehidupan yang jauh dari Tuhan adalah kehidupan yang sia-sia. Sia-sialah kita memiliki harta benda yang berkelimpahan bilamana kita tidak dapat menikmatinya. Sia-sialah kita diberi makanan yang enak, bilamana kita tidak dapat menikmatinya!

Menikmati dan mensyukuri hidup yang dianugerahkan Tuhan bagi Anda adalah kunci kebahagiaan sejati.


Gbu all...

Minggu, 19 Mei 2019

Penaklukan Diri

Kolose 3:5-6
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 127; 1 Korintus 16; 1 Samuel 20-21

"Ibu, saya ingin ke luar kota untuk mencari uang dan akan pulang dengan uang yang banyak agar kehidupan kita jauh lebih baik," kata Norman Vincent Peale kepada ibunya. Namun, sang ibu yang bijaksana menjawab, "Norman, aku tidak membesarkanmu untuk itu. Aku tidak ingin engkau menjadikan uang sebagai tujuan utama hidupmu." Norman pun menanggapi jawaban sang ibu dan ingin menjadi gubernur Ohio.

"Norman, ambisi itu memang baik kalau Tuhan mengendalikannya dan kita mau dikendalikan-Nya," jawab sang ibu yang tidak mendukung ambisi anaknya. Wanita itu menginginkan agar Norman menjadi seorang Kristen yang bersih, jujur, terhormat dan lurus dengan cinta di dalam hati, melayani Tuhan dan anak-anak Tuhan. Akhirnya Norman menjadi seorang hamba Tuhan yang taat kepada Tuhan dan melayani Tuhan dengan setia.

Allah menghendaki kita untuk membunuh ambisi hidup kita yang jauh dari kehendak Tuhan. Mempunyai uang itu tidak salah, tetapi menjadi salah ketika kita menjadikan uang sebagai tujuan hidup kita. Bekerja keras tidak berdosa, tetapi kalau karena bekerja keras kita meninggalkan Tuhan, sia-sialah kerja keras kita. Rasul Paulus memberi nasehat "Matikan dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi!"

Uang adalah hamba yang baik tetapi sekaligus bisa menjadi tuan yang jahat. Sikap hati Anda terhadap uanglah yang akan menentukan hasil akhirnya.


GBU ALL...

Sabtu, 18 Mei 2019

Konfrontasi

Amsal 15:31-32
Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 126; 1 Korintus 15; 1 Samuel 18-19

Dalam berhubungan dengan sesama, kita sering kali tidak dapat luput dari konfrontasi. Konfrontasi atau menegur memang sulit dilakukan, sebab mengandung bahaya "kehilangan" hubungan tersebut. Oleh sebab itu, banyak orang lebih suka menghindari konfrontasi daripada melakukannya.

Bagaimana kita dapat memberikan teguran sehingga membangun dan menumbuhkan orang yang kita tegur? Kita perlu belajar untuk menyatakan perasan hati kita, bukan kemarahan kita. Teguran yang disampaikan dengan memaki-maki, menyerang dan menjatuhkan biasanya tidak akan efektif bagi kedua belah pihak. Orang yang dimaki-maki atau diserang tidak mungkin mau mendengar, apalagi berubah oleh teguran itu. Akibatnya besar kemungkinan hubungan itu menjadi terputus.

Kita perlu mendengar dari pihak orang yang kita tegur - mengapa ia melakukan tindakan yang tidak kita sukai itu. Tunjukkan bahwa kita adalah teman yang bersedia menolong. Bila orang yang kita tegur memiliki kesan bahwa kita adalah "musuh", ia tidak akan bersedia membuka dirinya.

Sebelum kita menegur seseorang, selidikilah apa tujuan kita. Apakah kita menegur untuk sekedar melampiaskan perasaan dan kemarahan kita? Atau, apakah kita menegur karena kita ingin agar orang yang kita tegur itu bertumbuh? Motivasi kita akan menentukan keefektifan teguran kita!

Menegur bukanlah hal yang gampang untuk dikerjakan tapi harus dilakukan untuk membangun orang lain dan juga diri kita sendiri.

GBU ALL...

Jumat, 17 Mei 2019

Kasih Karunia Allah

2 Korintus 8:7-9
Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -- dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami -- demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 125; 1 Korintus 14; 1 Samuel 16-17

Ada satu cerita tentang seorang pengemis yang bertemu dengan seorang pengacara. Ternyata pengemis itu adalah bekas teman sekolahnya. Pengacara tersebut langsung menulis cek sebesar 100 dolar dan berkata, "Ambillah cek ini, dan pakailah untuk hidupmu."

Pengemis itu terharu menerima cek dari temannya dan ia segera pergi ke bank untuk menguangkan cek itu. Tetapi, ia berhenti di depan pintu bank ketika melihat orang-orang yang bekerja dan keluar masuk bank dengan berpakaian rapi dan bersih. Lalu, ia melihat bajunya yang begitu dekil dan berpikir, "Mereka tidak akan bersedia menguangkan cek ini. Mereka pasti berpikir aku telah mencuri." Lalu, ia pergi tanpa menguangkan cek tersebut.

Pada hari berikutnya, kedua orang tersebut bertemu lagi. Pengacara itu bertanya, "Apa yang kamu lakukan dengan cek yang kuberikan kepadamu? Apakah kau pakai untuk berjudi? Minum minuman keras?" "Tidak.", kata pengemis itu. Pengemis itu lalu menceritakan mengapa ia tidak menguangkan cek itu. Lalu, pengacara itu berkata, "Yang membuat cek itu berlaku bukanlah pakaianmu atau tindakanmu, melainkan tanda tanganku."

Hidup kita sebagai orang Kristen sering kali juga seperti pengemis itu. Tuhan Yesus telah menandatangani cek keselamatan dan memberikannya kepada kita semua, tetapi kita takut dan cemas untuk menggunakan cek tersebut. Akibatnya, kita terus hidup seperti pengemis di atas. Darah Yesuslah yang telah memeteraikan keselamatan kita, bukan tindakan atau penampilan kita. Tugas kita yaitu menerima, menikmati dan hidup dalam kasih karunia yang telah Tuhan berikan.

Hiduplah sebagai anak, bukan sebagai budak karena pada dasarnya kita adalah budak yang telah diangkat menjadi anak.
 
GBU ALL...

Kamis, 16 Mei 2019

Goal Keeper

Wahyu 12:9
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 124; 1 Korintus 13; 1 Samuel 14-15

Pertandingan sepakbola, apalagi Piala Dunia, selalu mendapatkan sambutan yang meriah dari para penggemarnya. Di dalam permainan sepakbola bukan hanya ada pemain penyerang, melainkan ada juga penjaga gawang yang disebut ‘keeper'. Tugas seorang ‘keeper' sangatlah penting, yaitu mencegah pemain lawan untuk mencetak goal dengan segala daya dan upaya untuk menghalangi bola masuk ke dalam gawang.

Anak-anak Allah memiliki ‘goal' di dalam hidupnya. Jelas-jelas iblis sangat tidak suka kalau anak-anak Allah berhasil mencetak goal dan merayakan kemenangannya. Sebagai ‘goal keeper' iblis berusaha keras untuk menghalangi anak-anak Allah mencetak goal dengan cara-cara yang ‘menyesatkan'. Kata ‘menyesatkan' berasal dari kata Yunani ‘planao' yang berarti keluar dari jalur. Inilah salah satu cara iblis dari dulu sampai sekarang.

Ingat tidak bagaimana seorang keeper berhasil menangkis tendangan lawan dengan cara membuang bola menjauhi gawang. Itulah si iblis, yang selalu berdiri di depan gawang dan berusaha sekuat tenaga supaya anak-anak Tuhan tidak satu kali pun mencetak gol dan merayakan kemenangan. Jadi misi utama si iblis ialah: membuat semua manusia yang hidup di bumi keluar dari jalan atau track-nya Tuhan.

1 Petrus 1:18 mengatakan bahwa kita telah ditebus dari ‘cara hidup yang sia-sia'. Salah satu bentuk dari ‘cara hidup yang sia-sia' ialah ‘hidup tanpa tujuan'. Orang yang hidup tanpa tujuan sama seperti pemain bola yang merebut, membawa dan menendang bola, tapi tidak berniat untuk mencetak gol di gawang lawan. Ia hanya kecapean tanpa menghasilkan sesuatu.

Tanpa tujuan, hidup hanyalah sebuah eksperimen. Tuhan ciptakan kita bukan untuk hidup coba-coba. Kita bukan ‘produk gagal'-nya Tuhan (barang reject), tetapi kita di desain untuk mencetak gol di gawang lawan.

Apapun akan iblis lakukan untuk menghalangi Anda mencapai tujuan Ilahi. Tapi bersama Tuhan, tak ada satu kuasa pun yang sanggup menghalangi Anda meraihnya.

Sumber : Ps. Ferry Felani, S.Th. Pastor of City Gate Apostolic Community
 
GBU ALL...

Rabu, 15 Mei 2019

Tanggungjawab Murid Kristus

Matius 28:17-20
Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 122; 1 Korintus 11; 1 Samuel 10-11

Penyembahan mendatangkan suatu tanggungjawab (Worship brings responsibility). Melalui penyembahan, kita mengakui kuasa yang dimiliki Yesus Kristus, lalu bertindak berdasarkan kuasa yang Ia berikan kepada kita. Pada prinsipnya, penyembahan tidak relevan bagi orang yang malas dan hanya memikirkan diri sendiri; karena penyembahan lebih dari sekedar menyanyikan lagu-lagu rohani, memainlan alat musik, menutup mata dan mengangkat tangan.

Ketaatan (obedience) merupakan prinsip dasar dari penyembahan. Waktu kita tidak bersedia untuk taat, pada saat itu juga sebenarnya kita menolak untuk menyembah Tuhan. Menaikkan pujian dan penyembahan tanpa kesediaan untuk taat dan memikul salib, sama saja "ngegombalin Tuhan" (just lip service).

Perjalanan kita dengan Allah dimulai dengan kata "ikutlah" (follow me) dan berakhir dengan kata "pergilah" (go). Hidup Kristen kita harus dimulai melalui hubungan dengan Allah dan dilanjutkan dengan mengasihi jiwa-jiwa. Seorang murid yang baik bukan hanya datang untuk belajar, tetapi juga pergi untuk menerapkan apa yang telah diajarkan dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain.

Memuridkan orang lain merupakan tanggungjawab kita kepada Tuhan atas apa yang telah Ia ajarkan kepada kita (secara langsung maupun melalui orang lain). Fokus pemuridan terletak pada "ajarlah mereka melakukan". Tidak ada cara yang lebih ampuh dalam belajar kebenaran selain menerapkannya setiap hari.

Seorang bernama Donald Barnhouse pernah berkata: "Cinta yang dipanjatkan ke atas adalah penyembahan. Cinta yang diturunkan ke bawah adalah kasih karunia." Pemuridan merupakan bentuk nyata dari kasih karunia yang diturunkan ke bawah, yang pada akhirnya melihat banyak kehidupan diubahkan oleh prinsip-prinsip kebenaran Kerajaan Allah yang diterapkan secara konsisten.

Tuhan mempercayakan bumi ini untuk dimenangkan melalui kita. Konsistensi kita melakukan kebenaran akan membawa dampak bagi hidup orang lain.

Sumber : Ps. Ferry Felani, S.Th. Pastor of City Gate Apostolic Community
GBU ALL...

Selasa, 14 Mei 2019

Dari Kamar Praktek

Hagai 2:5
Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 121; 1 Korintus 10; 1 Samuel 8-9

Apakah kanker merupakan terminal akhir menuju kematian? Pertanyaan tersebut muncul setiap kali kita mendengar seseorang, keluarga atau kerabat, dinyatakan terserang kanker. Untuk mengatasi serangan kanker tersebut biasanya dilakukan klimoterapi, radioterapi, imunoterapi, kemudian paling akhir pembedahan.

Persoalan utama justru terpulang kepada bagaimana seorang dokter memilih obat berikut system pengobatannya. Agar daya tumpasnya jitu, tidak menghamburkan dana, membuang waktu serta membahayakan penderita. Ang Peng Tiam, peneliti penyakit kanker dari Rumah Sakit Mt. Elizabeth, Singapura, berkata, "Di kamar praktek saya terdapat kertas kecil, judulnya Doctor Prayer. Setiap hari, meski sudah sangat hafal, syair tersebut akan selalu saya baca ulang. Sebab saya merasa talenta, sikap profesional berikut apa yang telah dan akan saya lakukan, semuanya berhasil berkat campur tangan Tuhan". Pengalaman dari kamar praktek tersebut menegaskan tentang masih tetap terbukanya kesempatan untuk sembuh bagi para penderita kanker. Masih ada harapan.

Pekerjaan kita bukan hanya menghasilkan uang yang setiap bulan kita terima. Kiranya pekerjaan kita menerbitkan pengharapan bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain!

Pekerjaan dengan melibatkan Tuhan di dalamnya mampu menyelesaikan banyak hal yang tak mampu diselesaikan secara manusia.


GBU ALL...

Senin, 13 Mei 2019

Menciptakan Peluang

Kejadian 45:5
“Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku kesini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 120; 1 Korintus 9; 1 Samuel 5-7

Menurut Diana Kirschner, Ph.D., psikolog dan ahli komunikasi, rasa cemburu adalah suatu bentuk pemikiran negatif yang datang dari dalam sendiri. Melalui penelitian, terbukti bahwa rasa cemburu bisa menimbulkan ketegangan dan depresi. Sebagaimana diketahui, rasa cemburu bisa berujung pada sakit hati, curiga, ledakan amarah, bahkan kemunduran kualitas dalam berhubungan. Tapi, mungkinkah rasa cemburu diubah menjadi sesuatu yang positif? Inilah salah satu caranya.

Ketika rasa cemburu mulai merayapi pikiran, sadari bahwa hal itu merupakan tanda betapa Anda sangat menyayangi pasangan. Daripada melelahkan diri dengan pikiran-pikiran negatif, cobalah untuk mendekati pasangan Anda dan katakan betapa sayangnya Anda kepadanya.

Di kehidupan ini kadang kita tidak tidak bisa memilih. Suka atau tidak, kita harus belajar untuk menerima segala sesuatu apa adanya. Kenyataan di depan kita adalah fakta tak terbantahkan dan kita tidak memiliki alternatif lain. Jika hal seperti ini terjadi, bagaimana tindakan selanjutnya? Apakah kita harus marah dengan situasi yang ada? Marilah kita belajar dari kehidupan tokoh Alkitab Perjanjian Lama bernama Yusuf.

Yusuf adalah pemuda yang harus kehilangan kemerdekaan dan harkat sebagai orang merdeka karena dijual para saudaranya yang iri kepadanya. Berbagai pengalaman berat setelah itu pun harus ia alami. Namun, Yusuf tidak sudi menyerah. Dengan pertolongan Allah, ia berhasil mengubah semua rintangan di jalan kehidupannya sebagai kesempatan. Dalam beberapa tahun, ia akhirnya diangkat oleh Firaun sebagai penguasa kedua di Mesir.

Belajar dari kehidupan Yusuf diatas, marilah kita menjawab tantangan sepanjang hari ini. Ubahlah paradigma tentang ketakutan terhadap tantangan menjadi kesempatan untuk meraih keberhasilan. Allah yang ada di dalam diri kita sanggup melakukan segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Pengenalan diri yang diselaraskan dengan Firman Tuhan akan membuahkan keberhasilan sejati.
GBU ALL...

Minggu, 12 Mei 2019

Membubung dalam Kemenangan

Yohanes 3:3
“Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:89-176; 1 Korintus 8; 1 Samuel 3-4

Dalam Yohanes pasal tiga, Yesus mengajarkan bahwa kelahiran baru adalah sesuatu yang Allah kerjakan bagi kita, saat kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya dan meletakkan iman serta percaya kita di dalam Kristus. Diri kita tidak memiliki benih kehidupan baru; ini harus datang dari Allah.

Suatu hari seekor ulat bulu yang buruk memanjat sebuah pohon dan merajut sarang sutra untuk dirinya. Kemudian ia tidur, dan dalam beberapa minggu keluarlah seekor kupu-kupu yang indah.

Ketika merasa kecewa, tidak bahagia, bersalah, bingung, depresi, kita dapat datang dengan iman kepada Kristus dan muncul sebagai pribadi yang baru. Kita dapat dilahirkan kembali! Kedengarannya luar biasa, bahkan mustahil – namun itulah yang sesungguhnya terjadi! Kita menjadi anggota keluarga Allah, menanti-nantikan rumah abadi kita di Surga.

Apakah Anda merasa seperti di dalam sebuah kepompong? Datanglah kepada Kristus dan mintalah Dia untuk memberikan sayap Anda yang indah supaya Anda dapat membubung tinggi mengatasi masalah dan menang atasnya.

Kristus bri kemenangan yang pasti kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia
 
GBU ALL...

Sabtu, 11 Mei 2019

Kata Tepat Dalam Waktu Yang Tepat

Yeremia 1:9
“Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-88; 1 Korintus 7; 1 Samuel 1-2

Pada tahun 1975 seorang petani Indiana, Amerika Serikat (AS) bernama Frosty Hofmann didiagnosis dokter mengalami sakit ginjal yang parah. Usinya ketika itu baru 35 tahun, tetapi karena penyakitnya begitu parah ia pun harus merelakan diri menjalani perawatan dialysis. Dengan dibantu istrinya, Jane, ia melakukan perawatan dialysis di rumah mereka selama 2 ½ tahun.

Pada tahun 1978, saudara laki-laki dari Frosty memberinya karunia hidup, yakni sumbangan sebuah ginjal. Ia pun akhirnya bisa tinggal di dunia ini selama kurang lebih 25 tahun dan menjadi pasien transplantasi ginjal yang hidup terpanjang di AS. Ia wafat pada tahun 2002.

Selama 15 tahun terakhir, Frosty menjalani profesi baru yakni sebagai artis panggung. Bersama sang istri, mereka berdua berkeliling negeri menghibur lebih dari 1400 penonton. Dan dalam cerita yang mereka mainkan selalu berisi pesan-pesan mengenai patriotisme.

Jane dan Frosty memiliki aturan tidak tertulis selama di panggung, yakni mereka tidak boleh mengatakan masalah kesehatan yang mereka alami kepada para penonton. "Kami tidak ingin memanfaatkan atau membuat orang merasa kasihan pada kami," kata Jane. "Tapi hanya satu kali saya melanggar aturan, yakni saat membuat komentar tentang transplantasi ginjal yang dilakukan Frosty. Itu benar-benar bukan sesuatu yang saya rencanakan sebelumnya."

Pada akhir aksi panggung mereka, seorang wanita tua berjalan ke bagian depan panggung. Ia berkata, "cucu saya mengalami masalah ginjal dan mungkin harus memiliki transplantasi ginjal. Saya harus tahu semua detail tentang pengalaman Anda."

Jane mengungkapkan bahwa wanita tua tersebut terlihat sangat ingin mendengar apa yang suaminya Frosty alami. Tanpa berpikir dua kali, ia pun menceritakannya.

"Ini sangat jelas," tambahnya, "bahwa Tuhan membimbing saya untuk mengucapkan kata-kata tepat kepada wanita tua itu sehingga kami bisa menjadi sumber informasi, kenyamanan, dan semangat kepadanya."

Bukankah menakjubkan bagaimana Tuhan menggunakan seseorang berbicara persis seperti yang Dia ingin katakan kepada orang lain dalam waktu yang tepat juga? Alkitab mengkonfirmasi hal ini lewat perkataan Allah kepada Nabi Yeremia: “Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu” (29:7).

Ketika Anda hendak menjalani hari ini, berdoalah sebelumnya kepada Allah. Mintalah kepada-Nya untuk meletakkan kata-kataNya ke dalam mulut Anda. Anda mungkin tidak akan pernah tahu kapan Dia akan memakai kata-kataNya tersebut, tetapi yakinlah Dia memiliki waktu yang tepat untuk menggunakannya dalam kehidupan Anda.

Kata-kata membangun bisa berubah menjadi negatif di telinga seseorang bila Anda mengucapkannya pada waktu yang tidak pas.

Sumber: Artikel Devotional cbn.com ‘God Can Give You the Right Words’ oleh Diane Persons
 
GBU ALL...

Jumat, 10 Mei 2019

Didapati Setia

Keluaran 3:1
“Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 118; 1 Korintus 6; Rut 3-4

Setiap kali Allah melakukan pekerjaan dalam sebuah generasi, Dia membangkitkan seseorang yang kepadanya diberikan hikmat, iman, dan Roh Kudus. Kitab Keluaran mencatat salah seorang nabi sekaligus pemimpin terbesar sepanjang sejarah, yakni Musa. Ia memimpin generasinya keluar dari ikatan Mesir menuju warisan mereka, Kanaan – tanah yang telah Allah janjikan untuk Abraham dan keturunannya.

Hidup Musa bisa dibagi menjadi tiga bagian: (1) 40 tahun pertama di Mesir, ketika ia berpikir bahwa dia adalah seseorang; (2) 40 tahun berikutnya di padang gurun, ketika ia menyadari bahwa ia bukanlah siapa-siapa, dan (3) 40 tahun terakhir sebagai seorang pembebas, ketika ia belajar bahwa Allah dapat mengubah seorang yang bukan siapa-siapa menjadi seseorang.

Untuk menjadi seorang yang dipakai Allah, Anda harus rela melewati proses-Nya. Ketika Anda belajar untuk merendahkan diri, izinkan kesombongan Anda dihancurkan oleh Allah dan biarkan Dia membentuk Anda menjadi “Musa” bagi generasi Anda.

“Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (Matius 22:14). Merupakan suatu hal untuk dipanggil oleh Allah, tetapi beda halnya dengan dipilih oleh Allah. Seperti Wahyu 17:14 berkata, “Mereka yang bersama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.” Musa tidak hanya dipanggil dan dipilih oleh Allah, tetapi ia didapati setia dalam setiap hal yang ia lakukan untuk Tuhan dalam rumah-Nya (Ibrani 3:2).

Sama halnya dengan Anda, akan ada tiga pembagian dalam hidup Anda sebagai orang-orang percaya. Pertama, akan mempunyai masa dimana Anda dipanggil oleh Allah. Kemudian akan ada masa persiapan. Jika Anda melewati masa persiapan ini maka yang terakhir, akan ada waktu ketika Dia memilih dan menempatkan Anda di sebuah pelayanan. Supaya pelayanan tersebut dapat berkembang dan berbuah lebat, Anda harus didapati setia dalam melayani-Nya.

Pelayanan Anda akan sangat luar biasa bila Anda senantiasa setia melayani Allah.

Sumber: Renungan Harian ‘Memperbaharui Kehidupan Rohani Dalam 90 Hari’


GBU ALL...

Kamis, 09 Mei 2019

Roh Menghakimi

Matius 7:1
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 117; 1 Korintus 5; Rut 1-2

Seorang pria muda yang sudah menikah mulai kembali kepada kebiasaan lamanya yaitu suka dengan hal-hal yang berbau pornografi, ia pun pergi ke sebuah tempat dimana hal-hal seperti itu dapat ia temukan. Ketika orangtuanya mengetahui hal ini, mereka menegurnya dengan lembut dan bijak.

Mendapat nasihat dari ayah dan ibunya, sang anak bukannya menerima tetapi malah marah-marah kepada mereka. Ia menilai orangtuanya suka menghakimi. Dengan hati yang remuk mereka hanya bisa diam. Mereka menangis karena buah hati mereka tidak mendengarkan apa yang mereka katakan. Dan benar, tidak dalam hitungan satu tahun, hidup putranya akhirnya hancur – ia dan sang istri bercerai, lalu dirinya terkena PHK, usaha yang dibangun selama ini pun harus gulung tikar karena selalu mengalami kerugian.

Banyak orang pada masa sekarang akan mengatakan bahwa orangtua, kakak, pembimbing rohani, bahkan gembala sidang tidak berhak untuk menegur bahwa mereka salah. Mereka bahkan dengan berani mengutip kata-kata Yesus, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).

Namun, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setiap kita bertanggung jawab dengan rendah hati menegur sesama orang percaya ketika kita melihatnya berbuat dosa (Galatia 6:1,2). Jadi, Orangtua, kakak, pembimbing rohani, gembala sidang sebenarnya sedang melakukan tanggung jawabnya ketika menasihati kita.

Tuhan Yesus tidak mengatakan kita tidak boleh menentang dosa. Dia mengatakan kita harus hati-hati dalam menghakimi. Paulus menulis bahwa kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain (I Korintus 13:5). Kita harus menerapkan prinsip praduga tak bersalah dan mengenali keterbatasan diri kita sendiri. Dan kita harus menolak perasaan superioritas rohani apapun. Kalau tidak, kita juga akan jatuh ke dalam dosa.

Menegur orang lain merupakan tanggung jawab yang serius. Oleh karenanya,lakukan dengan hati-hati dan waspadalah selalu agar jangan apa yang Anda lakukan berubah menjadi penghakiman.

Menyadari bahwa kita memiliki banyak kelemahan dapat mengerem perkataan-perkataan kita ke orang lain yang sifatnya menghakimi.

Sumber: Kingdom Magazine November 2009
GBU ALL...

Rabu, 08 Mei 2019

Kehendak Diri yang Keras

Kisah Para Rasul 3:19
"Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan"

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 85; Roma 13; Ulangan 17-18

Menjadi orang Kristen adalah peristiwa sekali untuk selamanya; kita bertobat dari dosa-dosa dan menyertakan hidup hanya kepada Kristus saja untuk keselamatan kita. Ketika kita bertobat, Allah membawa kita "keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (I Petrus 2:9).

Menjadi orang Kristen juga adalah pengalaman setiap setiap hari yang berlangsung terus menerus, proses seumur hidup dalam pertobatan dan iman setiap hari. Dari sanalah kehendak-kehendak kita masuk. Walaupun kita sudah bertobat dan Allah telah datang untuk hidup di dalam kita, sifat lama kita masih "hidup dan bergolak". Kehendak-kehendak kita yang keras masih menuntut untuk menempatkan diri terlebih dahulu melebihi Kristus.

Tidaklah mudah membawa kehendak-kehendak kita yang keras dalam penundukkan kepada Kristus. Namun bila kita melakukannya, maka kita akan seperti siput yang dikembalikan ke dalam cangkangnya. Kita akan mengalami stres dan ketegangan hidup akibat tidak berdamai dengan Allah, sebaliknya kita akan menemukan ketentraman di dalam hadirat-Nya.

Siapakah yang mengendalikan kehendak Anda hari ini? Anda ataukah Kristus?

Serahkan kehendak pribadi Anda di bawa kaki Yesus maka Dia akan memimpin jalan hidup Anda senantiasa.


GBU ALL...

Selasa, 07 Mei 2019

Tempat Dimana Anda Menang

Matius 26:36
"Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 93; Lukas 5; Ulangan 31-32

Taman Getsemani di Bukit Zaitun adalah salah satu tempat favorit Tuhan Yesus untuk berdoa sepanjang pelayanan-Nya di dunia (Lukas 22:39). Tapi orang-orang beriman melihatnya sebagai tempat terbaik pertempuran rohani yang besar. Kisah Yesus memohon kepada Bapa-Nya sangat berarti bagi orang Kristen, dan inilah salah satu alasan adalah bahwa Tuhan Yesus tampak begitu manusia.

Dari kitab Injil, kita dapat melihat bahwa Yesus mengalami rasa takut, kecemasan, dan ketakutan sebagaimana dalam doa-doaNya yang bisa kita baca hari-hari ini. Dengan kata lain, Dia pun memiliki perasaan seperti kita ketika cobaan datang ke dalam hidup-Nya.

Setan mengejek orang-orang beriman dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat menjadi seperti Yesus karena Dia adalah Tuhan. Tetapi, perlu diingat ketika di dunia Yesus adalah manusia seratus persen, yang berarti bahwa Dia mengalami hal-hal di dunia seperti kita juga. Namun, Dia memenangkan setiap peperangan rohani dan kehidupan yang Dia hadapi.

Rahasia kesuksesan-Nya adalah apa yang Dia lakukan di taman Getsemani. Dia mengundurkan sendiri sejak dan berdoa sampai kehendak-Nya diserahkan penuh kepada Bapa. Pertempuran itu dimenangkan di lutut-Nya.

Yesus meninggalkan taman tawanan, tetapi pada saat yang sama Dia berjalan keluar menjadi pemenang. Dia menerima kehendak Tuhan untuk hidup-Nya, meskipun ia harus menanggung rasa sakit nantinya. Juruselamat kita telah dipanggil untuk mati, dan Dia tahu bahwa berkat-berkat potensial dan konsekuensi semua berada di tangan Bapa.

Orang-orang beriman pun menghadapi cobaan. Tuhan menggunakan kesulitan-kesulitan ini agar kita semakin serupa dengan gambar Anak-Nya(Rm. 8:29). Jika kita mau menjadi seperti Yesus, kita harus belajar dari tindakan-Nya. Dalam menghadapi kesulitan, kita harus mencari kehendak Tuhan, berkomitmen untuk mengikutinya, dan meninggalkan konsekuensi di tangan-Nya yang Maha Kuasa.

Ketika badai datang menyerang, jangan mencari pertolongan lain. Datanglah kepada Allah karena Dia adalah sumber kemenangan sejati.

Sumber: Saduran Artikel Devotional crosswalk.com "Where the Battle Is Won" - Dr. Charles Stanley


SELAMAT PASKAH

GBU ALL...

Senin, 06 Mei 2019

Tuhan Selalu Punya Cara

Mazmur 105:40-41
“Mereka meminta, maka didatangkan-Nya burung puyuh, dan dengan roti dari langit dikenyangkan-Nya mereka. Dibuka-Nya gunung batu, maka terpancarlah air, lalu mengalir di padang-padang kering seperti sungai;”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 114; 1 Korintus 2; Hakim-Hakim 15-17

Saya sampai sekarang masih terkagum-kagum dengan peristiwa dimana Tuhan memelihara bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun. Menurut saya, sehebat atau secerdas apapun orang di dunia saat itu sepertinya tidak akan bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan.

Alkitab mencatat bahwa selama masa berputar-putar, orang Israel tidak pernah kekurangan makan atau kehausan. Kebutuhan hidup mereka selalu terpenuhi. Bahkan tiang awan dan tiang api disediakan-Nya agar mereka tidak kepanasan ketika tengah hari atau kedinginan di malam hari. Dan menariknya, kisah dimana bagaiman Tuhan memelihara umat-Nya terus berlanjut di pasal-pasal selanjutnya bahkan hingga sekarang ini.

Tuhan tidak pernah kehabisan metode untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Dia bisa menggunakan sebuah peristiwa, sekitar kita, atau manusia sendiri untuk menjaga kita di bumi ini. Tetap terpelihara adalah janji-Nya bagi Anda dan saya dan Dia takkan membiarkan apapun atau siapapun menghalangi hal tersebut.

Jadi, bila saat ada diantara Anda yang merasa seorang diri atau sedang dalam permasalahan yang berat, mari berdoalah kepada Tuhan. Mintalah pertolongan-Nya dan jalan keluar kepada-Nya. Percayalah, Dia selalu punya cara untuk membuat Anda bersukacita dan terjaga di bumi ini.

Tuhan punya ribuan cara agar umat-Nya tetap terpelihara di bumi. 


GBU ALL...

Minggu, 05 Mei 2019

Ketika Allah Diam

Yesaya 26:4“Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 111; Lukas 23; Hakim-Hakim 9-10
Apa respon Anda ketika seseorang yang Anda mintakan tolong tidak melakukan apa-apa alias diam? Jengkel, marah, dendam, atau malah bersedih? Dan bagaimana bila yang menunjukkan sikap diam tersebut adalah Allah sendiri? Apakah Anda masih akan mempercayai-Nya atau malah mengambil keputusan untuk berpaling dari-Nya dan memilih kepercayaan lain?
Seorang bernama Kirk terkenal di kotanya sebagai pemuda yang taat beribadah dan tidak pernah melakukan berbagai kejahatan. Dibanding dengan teman-temannya yang lain, tingkat rohaninya bisa dikatakan lebih bagus. Namun, sebuah peristiwa kematian orang yang dicintainya mengubahnya menjadi pengikut aliran sesat.
Tentang hal ini, Kirk mempunyai alasan, “Jika Allah itu memang ada, tidak akan ada orang-orang di dunia ini yang merasakan penderitaan kelaparan; Jika Dia memang ada maka perang antarnegara pasti bisa dihentikan; Dan jika Dia memang benar-benar nyata maka ketika saya berdoa meminta kesembuhan untuk kekasih saya, ia pasti menyembuhkannya.”
Mungkin saat ini banyak dari Anda yang berpikir seperti Kirk yang memandang Allah sebagai penjawab doa umat-Nya - Tuhan yang menggenapi setiap kemauan anak-anakNya. Namun, sayangnya Dia tidak seperti itu. Ada kala memang Dia menjawab apa yang didoakan manusia, tetapi ada waktu dimana Dia berdiam diri.
Allah diam bukanlah untuk membuat kita tersiksa atau sekedar mencobai, tetapi murni untuk mengajar dan membuat hidup kita agar lebih dipenuhi kasih karunia. Dia tidak berbuat apa-apa bukan berarti Dia membiarkan kita untuk selamanya. Dia diam hanyalah untuk sementara. Jadi, yakinlah dan tetaplah memiliki telinga yang peka kepada Allah karena bila waktunya tiba, Dia akan menjawab setiap doa Anda.
Saat Anda berdoa dan Allah sepertinya diam, percayalah Dia mendengarkan. Allah sedang menunggu saat yang tepat untuk menjawab doa-doa Anda.
Sumber: Saduran artikel devotional cbn.com ‘When All We Hear from God is Silence’ oleh Diane Markins
 
GBU ALL...

Sabtu, 04 Mei 2019

Ketika Api Padam

Amsal 26:20
“Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 110; Lukas 22; Hakim-Hakim 7-8

Jika api telah habis membakar sesuatu, maka ia akan padam. Demikian juga apabila gosip sampai ke telinga seseorang yang tidak akan meneruskannya, maka berakhirlah gosip itu.

Gosip, seperti halnya dosa-dosa yang lain, bagaikan “sedap-sedapan perkataan” (Amsal 26:22). Kita senang mendengar dan menceritakannya kepada orang lain karena “rasanya” mengasyikkan. Gosip berakar pada keinginan kita untuk menyenangkan diri sendiri. Saat kita menjelek-jelekkan orang lain, kita menganggap seolah-olah diri kita lebih baik.

Karena itulah, penyebaran gosip sangatlah sulit dihentikan. Diperlukan doa dan anugerah Allah agar kita dapat menolak menceritakan atau bahkan mendengarkan gosip, bahkan terhadap sesuatu gosip tersamar dalam keprihatinan pribadi atau permintaan untuk mendoakan teman yang berbuat dosa dan bermasalah.

Kita perlu memohon hikmat dari Allah agar kita dapat mengetahui kapan harus berbicara, apa yang dibicarakan, dan kapan kita perlu menutup mulut. Karena “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Amsal 10:19).

Kerap kali, lebih bijaksana apabila kita tetap diam atau tidak banyak mengucapkan kata-kata. Namun, apabila kita harus berbicara, marilah kita membicarakan hal-hal yang membangkitkan semangat dan mendorong orang lain untuk lebih dekat dengan Allah, dan bukan hal-hal yang akan melemahkan dan melukai mereka. “Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan” (Amsal 12:18).

Hancurkanlah gosip dengan mengabaikannya.

Sumber: Kingdom Magazine Maret 2010
 
GBU ALL...

Jumat, 03 Mei 2019

Inilah Waktu Penggenapan Janji-Nya

Pengkhotbah 3:1
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 109; Lukas 21; Hakim-Hakim 5-6

Sewaktu kecil, saya suka sekali menantikan hari pembagian raport di sekolah. Bukan apa-apa, di saat itulah saya dapat meminta sesuatu barang yang ayah janjikan kepada saya apabila raport saya bagus. Walaupun ayah saya sering tidak memenuhi, tetapi setidaknya dua kali ia menepati janjinya dan saya sangat bahagia ketika ia melakukan hal tersebut.

Allah Bapa di Surga adalah Tuhan yang suka berjanji. Berbeda dengan manusia, setiap apa yang Dia ucapkan pasti digenapi. Lihatlah apa yang dilakukan-Nya kepada Abraham. Dia berjanji bahwa Abraham akan memiliki banyak keturunan bagaikan bintang di langit dan pasir di laut. Walaupun Abraham dan Sara harus menunggu puluhan tahun, tetapi apa yang dijanjikan Allah benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka - Ishak lahir ke dunia.

Apa yang saat ini Allah janjikan ke dalam hidup Anda? Kesehatan dan kekayaan yang melimpah? Kehidupan keluarga yang harmonis dan menjadi berkat? Memiliki pengaruh yang besar di masyarat? Apapun itu, percayalah Dia pasti menggenapinya. Bahkan, inilah waktunya yakni dimana Allah menggenapi janji-Nya.

Segala ketekunan dan kesabaran yang Anda perlihatkan dalam menanti-nantikan janji-Nya tidaklah sia-sia karena sekaranglah waktunya Anda menikmati semuanya itu. Bersoraklah dan tinggikan nama-Nya karena pekerjaan-Nya yang dahsyat di tengah-tengah orang-orang percaya.

Allah tidak hanya pandai berjanji kepada manusia, tetapi Dia juga sangat cerdas untuk menepati semua apa yang dijanjikan-Nya.

Sumber: Saduran Artikel cbn.com ‘The Fullness of Time’ oleh Scott Presson


GBU ALL...

Kamis, 02 Mei 2019

Masuklah ke Kanaan Anda Sekarang !

Galatia 3:29
“Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 107; Lukas 19; Hakim-Hakim 1-2

Perjalanan bangsa Israel kuno keluar dari Mesir menuju ke tanah kanaan adalah salah satu peristiwa sejarah yang tidak dapat dilepas dari dunia kekristenan. Disinilah, untuk pertama kali Allah melakukan karya pembebasan kepada umat-Nya. Namun, bukan hal tersebut yang akan kita renungkan bersama hari ini, akan tetapi 40 tahun perjalanan umat pilihan Allah sebelum masuk ke tanah perjanjian .

Pernahkan Anda benar-benar berpikir mengapa bangsa Israel harus berkeliling di padang gurun sebelum masuk ke tanah Kanaan? Apakah karena Allah hanya ingin mengerjai umat-Nya? Atau memang sebenarnya kasih-Nya tidaklah pernah tulus kepada manusia? Bila Anda memilih kedua pilihan tersebut maka Anda belum mengenal siapakah Allah yang Anda saat ini sembah.

Tidak pernah dalam pikiran Allah untuk mencobai manusia atau sekedar menjerumuskan kita. Kasih-Nya murni kepada kita. Jadi kalau begitu, salah dimanakah hingga bangsa Israel sampai begitu lama masuk ke dalam tanah perjanjian? Jawabannya adalah di dalam pola pikir mereka.

Disadari atau tidak, bangsa Israel lah yang menginginkan tinggal berlama-lama di padang gurun. Pikiran mereka tidak benar-benar fokus kepada janji-janji Allah sehingga ketika melihat sedikit masalah saja, mulut mereka sudah bersungut-sungut dan hati mereka sudah berpaling dari Allah. Mereka tidak pernah benar-benar yakin akan masuk ke dalam tanah perjanjian.

Sebagian dari kita yang hidup dan diberi anugerah menjadi umat Allah saat ini pun memiliki pola pikir yang sama dengan bangsa Israel kuno. Kita masih men-set pikiran kita bahwa kita adalah orang-orang yang penuh dosa yang nantinya akan berakhir di neraka. Kita tidak pernah percaya benar-benar bahwa kita telah ditebus dan dapat menikmati semua janji-janji berkat-Nya bukan hanya di kerajaan 1000 tahun kelak, tetapi sekarang – saat kita masih hidup di bumi.

Amsal menulis, “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia” (23:17). Jadi, bila Anda berpikir dapat merasakan hidup penuh berkat dan luar biasa, maka terjadilah seperti yang Anda pikirkan. Jika Anda berpikir bahwa Anda dan keluarga Anda akan menikmati mukjizat demi mukjizat pada tahun ini dan juga di masa-masa mendatang, maka terjadilah seperti yang Anda pikirkan.

Apa yang telah Allah janjikan ke dalam hidup Anda hari ini? Peganglah itu sungguh-sungguh karena itulah kanaan Anda. Berpikirlah seperti yang Dia rindukan karena dengan begitu Anda dapat melangkah masuk ke tanah perjanjian – tanah yang sudah dipersiapkan Allah untuk Anda dan orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Setiap orang yang menerima Tuhan Yesus sbagai Juruselamat berhak menikmati berkat-berkatNya karena itu adalah janji-Nya.

Sumber: Saduran Artikel ‘Step into Your Promised Land Today!’ oleh Brooke Keith


GBU ALL...

Rabu, 01 Mei 2019

Berpikir Sambil Berdoa

Mazmur 8:5
“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 106; Lukas 18; Yosua 23-24

Agustinus merupakan salah seorang pemikir kristiani yang paling hebat sepanjang masa. Yang menarik, ia berdoa dengan khusuk dan efektif ketika sedang serius memikirkan sesuatu. Ia mungkin dijuluki “pemikir yang berdoa”. Kerap kali Agustinus mulai menyusun sebuah dalil dan mengakhirinya dengan doa. Kutipan berikut ini adalah salah satu contoh yang diambil dari Confessions, salah satu karya teologinya:

“Betapa terlambat kudatang untuk mengasihi Engkau, Yang Terindah dari dulu dan sekarang; terlambat kudatang untuk mengasihi-MU...Engkau telah memanggilku; ya, Engkau bahkan telah membuka telingaku. Cahaya-Mu menyinari aku dan mencelikkan mataku.”

Ini bukanlah suatu renungan yang hampa dari seorang teolog gadungan atau filsuf yang hanya mampu memaparkan teori. Akan tetapi, ini adalah pemikiran dari seseorang yang memiliki kehidupan doa yang tulus.

Berpikir sambil berdoa bukanlah suatu hal yang aneh bagi Agustinus. Daud pernah merenungkan keindahan ciptaan sehingga ia menjadi terdorong untuk menyembah Sang Pencipta: ”Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?” (Mazmur 8:4-5).

Pada saat kita menjalani kehidupan, pemikiran terdalam, perasaan, dan doa kita dapat saling bertautan. Ketika kita sedang melihat keindahan alam atau bahkan sedang menyelesaikan sebuah masalah, maka saat seperti itu dapat menjadi kesempatan untuk berpikir sambil berdoa.

Berpikir sambil berdoa menuntun kita untuk bersyukur dengan penuh arti.

Sumber: Kingdom Magazine Maret 2010


GBU ALL...