Sabtu, 31 Mei 2014

SAHABAT SEJATI

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. (Yes 40:29)

Yesaya 40 : 25 - 31
Mazmur 58 – 60

Ada gula, ada semut. Peribahasa ini tampak begitu nyata dalam kehidupan orang-orang yang ditinggalkan teman-temannya pada saat mengalami kegagalan. Kenyataan membuktikan bahwa lebih mudah mendapatkan teman pada saat segala sesuatunya berjalan dengan baik, sukses, dan gemilang. Tetapi di saat-saat yang sulit; dalam kebangkrutan, kegagalan dan penderitaan, mereka berpaling pergi. Teman sejati adalah mereka yang tidak meninggalkan temannya sekalipun dalam duka dan keadaan sulit.

Melebihi seorang teman sejati di dunia, Tuhan adalah Sahabat sejati bagi kita. Dia tak pernah meninggalkan kita dalam situasi seburuk apa pun. Firman-Nya, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yosua 1:5). Saat dunia mencampakkan orang yang gagal, Dia justru datang untuk menolong orang-orang yang sakit, menghibur yang berduka, memberikan kelegaan kepada mereka yang letih lesu dan berbeban berat, memberikan kekuatan kepada yang lelah, dan menambah semangat kepada yang tak berdaya. Dia sangat peduli kepada kita!

Saat ini, apakah Anda sedang membutuhkan dukungan semangat dari seorang teman? Sekalipun Anda tidak dapat melihat-Nya secara fisik, Anda dapat merasakan kehadiran-Nya dengan nyata. Dia memberikan dukungan semangat setiap saat kepada kita untuk terus berjuang melakukan yang terbaik. Dia tak pernah mengabaikan kita. Dia selalu ada bagi kita, Dia sangat mengasihi kita. Hidup kita begitu berharga bagi-Nya, sehingga Dia memberikan nyawa-Nya untuk menebus kita. Maka, bersandarlah teguh kepada-Nya. Andalkanlah Dia, Sahabat kita, Sang Sumber kekuatan kita.- HA

MELANGKAHLAH BERSAMA-NYA, SAHABAT SEJATI KITA MAKA TIDAK ADA ALASAN BAGI KITA UNTUK MENYERAH DALAM HIDUP!


Gbu all...

Jumat, 30 Mei 2014

Berhenti Mencoba

Suatu saat, seorang peneliti melakukan percobaan dengan ikan untuk mengetahui apakah hewan berdarah dingin tersebut bisa kehilangan kepercayaan.

Sebuah kotak yang tidak terlalu besar diisi air. Kemudian, ditengah kotak tersebut diberi pembatas sebuah kaca bening. Di salah satu sisi dimasukan ikan yang relatif besar dan sangat kelaparan. Sedangkan di sisi lainnya, dimasukan beberapa ekor ikan kecil yang cukup untuk dimakan oleh si ikan besar.

Melihat hadirnya ikan-ikan kecil yang biasa menjadi mangsanya itu, ikan besar langsung menjadi beringas. Dengan penuh semangat ia berenang ke arah ikan-ikan kecil berada. Apa yang terjadi? kita semua sudah dapat menduganya. Setiap kali Ikan besar berenang menghampiri mangsanya, setiap kali itu pula dia menabrak dinding kaca pembatas.

Rasa lapar yang amat sangat memaksanya untuk terus mencoba, sampai akhirnya dia menghentikan usahanya yang sia-sia tersebut. Dan... menyerahlah si Ikan besar.

Percobaan dilanjutkan, kali ini kaca pembatas yang ada di tengah-tengah kotak air tersebut diambil. Sekarang apa yang yang terjadi?

Ajaib! Dengan leluasa ikan-ikan kecil dapat berenang, bahkan sampai mendekati dan menyentuh sirip atau insang ikan besar yang tetap diam dan tak bergerak sedikitpun. Bisa saja sebenarnya si Ikan besar melahap Ikan-ikan kecil, tapi ia diam saja.

Ikan besar telah menyerah, pasrah dengan asumsi bahwa sekarang bukan saatnya untuk menyantap mangsa walaupun sebenarnya dia mempunyai kesempatan.
Kisah ini ada persamaannya dengan kita saat menjalankan pekerjaan sehari-hari. Banyak orang yang mempunyai kesempatan, namun selalu berpikir bahwa rintangannya terlalu banyak dan tidak mungkin dapat teratasi.

Di sisi lain dia juga tidak berbuat apapun untuk mengatasinya sehingga menghasilkan sikap peduli amat (I don't care), sama seperti Ikan besar dalam cerita di atas yang akhirnya akhirnya menyerah, pasrah.

Manusia pesimistis, seperti si ikan besar, sering membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Banyak hal sebenarnya yang dapat anda lakukan agar pekerjaan menjadi lebih menarik, menantang dan memuaskan. Anda juga dapat menganalisa metode-metode atau teknik-teknik apa yang cocok untuk
meningkatkan hasil kerja anda. Sejuta cara dapat kita coba dan lakukan terus untuk mencapai target kita. Jauh lebih memuaskan daripada sekedar mengkritik tanpa sedikitpun melakukan tindakan positif.
 
Gbu all...

Kamis, 29 Mei 2014

Bahasa Cinta

Seorang pendeta pernah memberi kesaksian yang menarik. Ia bercerita bahwa selama belasan tahun, setiap kali membeli ayam untuk istrinya, ia selalu membelikan bagian dada. Selama masa pacaran, ia melihat istrinya selalu makan bagian dada, sehingga ia beranggapan pastilah istrinya menyukai dada ayam. Setelah belasan tahun berjalan, ketika mereka saling membuka diri satu sama lain, barulah ia tahu bahwa sebenarnya istrinya paling suka bagian paha ayam. Lalu mengapa istrinya dulu selalu memilih bagian dada? Ternyata dada ia pilih karena ia tahu suaminya menyenangi bagian paha. Belasan tahun berjalan, tapi masih juga ada hal-hal yang belum diketahui mengenai pasangan hidup. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anda dan saya.

Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita sukai pastilah disukai juga oleh pasangan kita, anak kita, keluarga, teman-teman atau orang lain. Ada banyak ayah yang beranggapan bahwa jika mereka mampu mencukupi kebutuhan materi dari anak-anak atau istrinya, ia sudah menjalankan fungsi sebagai ayah teladan. Padahal mungkin pada banyak kesempatan, anak dan istrinya jauh lebih membutuhkan perhatian dan kehadirannya ketimbang pemenuhan kebutuhan materi. Selama saya mengajar dan berinteraksi dengan banyak orang sepanjang hidup saya, saya sampai pada satu kesimpulan: manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. Baik dari sifat, tingkah laku, hobi, kegemaran, dan sebagainya. Artinya, apa yang saya suka, belum tentu orang lain suka. Apa yang terbaik bagi saya, belum tentu terbaik bagi orang lain.

Tuhan Yesus mengajarkan demikian: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kemudian di kesempatan lain: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:12) dan "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."(Yohanes 15:17). Perintah Yesus adalah untuk mengasihi orang lain, seperti Tuhan Yesus sendiri telah mengasihi kita. Bagaimana Yesus mengasihi kita? Tuhan Yesus mengasihi kita secara luar biasa, hingga mengorbankan diriNya untuk mati di atas kayu salib agar kita semua tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Mengasihi sesama seperti bagaimana Yesus mengasihi kita akan membuat kita harus mulai memikirkan untuk mengasihi orang lain sesuai dengan apa yang mereka butuhkan/inginkan, dan kemudian berusaha untuk memberikan tepat seperti itu. Bukan menurut kita, namun menurut mereka. Karena semua orang berbeda kebutuhan/keinginan nya.

Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan sebuah pengertian mendalam mengenai "bahasa kasih" agar kita bisa menjangkau hati orang-orang disekitar kita. Yang saya maksudkan dengan bahasa kasih adalah sesuatu yang kita berikan kepada orang lain yang didasarkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan, bukan menurut apa yang kita sukai. Ada 5 hal yang biasanya menjadi "bahasa kasih" bagi orang:
1. Kata-kata pujian
Orang yang memiliki bahasa kasih ini biasanya akan bahagia atau merasa dikasihi jika mereka mendapatkan kata-kata positif, seperti dukungan, pujian, pengakuan dan lain-lain. Jika mereka mendapatkan sebaliknya, seperti cacian, kata kasar, melecehkan dan sebagainya, akan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan.
2. Saat Bersama
Jenis ini akan merasa dikasihi jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka, berbincang-bincang dari hati ke hati, jalan-jalan dan sebagainya.
3. Hadiah
Tipe seperti ini akan sangat senang jika mendapat pemberian, meski yang paling sederhana sekalipun.
4. Bantuan
Orang dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk membantu mereka, meski sedang sangat sibuk. Itu akan sangat berarti bagi mereka.
5. Sentuhan
Tapping on the shoulder, atau bagi suami-istri atau orang tua pada anak: pelukan, ciuman atau gandengan tangan, bisa berarti yang sangat besar bagi mereka.

Beda orang, beda bahasa kasih. Sudahkah anda mengetahui bahasa kasih dari pasangan anda,anak-anak anda, teman anda, dan orang tua anda? Dalam menggenapkan perintah Kristus untuk mengasihi orang seperti halnya Dia mengasihi kita, kita harus tahu apa yang paling mereka butuhkan, sama seperti Yesus mengetahui betul apa yang paling kita butuhkan. Meskipun segala sesuatu yang kita berikan dengan tujuan baik didasari kasih yang tulus tetaplah baik adanya, ada kalanya curahan kasih kita tidak akan maksimal jika kita salah memberi. Terkadang tanpa mengetahui bahasa kasih dari orang yang kita sayangi, kita bisa gagal dalam menyatakan kasih kita pada mereka. Malah bisa berujung pada pertengkaran, karena kita merasa pemberian kita tidak dihargai, mereka merasa tidak diperhatikan dan lain-lain. Jika Yesus mengasihi kita dengan memberikan yang terbaik buat kita, karena Dia tahu betul apa yang kita butuhkan, ini saatnya kita memberikan yang terbaik pula buat orang-orang yang kita kasihi, dengan mengenal terlebih dahulu apa yang paling mereka butuhkan sesuai dengan bahasa kasih mereka. Mari kenali bahasa kasih masing-masing, dan nyatakanlah kasih dengan maksimal.

Kenali bahasa kasih dari orang-orang yang kita sayangi

Di ambil dari Kumpulan Khotbah Bapak Pendeta Andi Setiawan


Gbu all...

Rabu, 28 Mei 2014

BERONTAK ATAU BERSERAH

Bacaan : 2 Korintus 12:7-10
Nats: Jawab Tuhan kepadaku, "Cukuplah anugerah-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu, aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku (2 Korintus 12:9)

Seorang anak sakit keras. Ia harus segera disuntik agar obat bisa langsung masuk ke dalam pembuluh darahnya. Namun, begitu melihat jarum suntik, si anak memberontak. Meronta-ronta sambil menjerit dan menangis. Takut disuntik. Karena bergerak terus, sulit bagi dokter untuk memasukkan jarum suntik. Baru setelah ia kelelahan dan lemas kehabisan tenaga, dokter bisa menyuntiknya. Obat pun masuk ke dalam tubuhnya. Proses penyembuhan dimulai.

Tanpa sadar, kita sering bersikap seperti anak kecil tadi. Ketika menghadapi kenyataan sulit, kita berontak. Panik. Protes. Marah. Sulit menerima kenyatan itu. Begitu pula Rasul Paulus. Saat mendapatkan "duri dalam daging" berupa sakit-penyakit, spontan ia berseru pada Tuhan minta disembuhkan. Berkali-kali. Sayang, upaya itu gagal. Paulus tidak disembuhkan. Namun, harapannya tidak sirna. Dari situ ia belajar satu hal penting: perlunya berdamai dengan kelemahannya. Bukannya berontak, ia berserah diri. Bergantung pada Tuhan sepenuhnya. Justru pada saat itulah, kuasa Tuhan turun menaunginya. Ia dimampukan hidup bersama kelemahan itu dengan kekuatan ilahi.

Adakah masalah yang selama ini terus merongrong diri Anda? Bentuknya bisa berupa sakit-penyakit, cacat kepribadian, atau kelemahan lainnya. Sudahkah Anda berdamai dengan kelemahan Anda tersebut, atau terus memberontak? Jika Tuhan tidak menyembuhkan, relakah Anda hidup bersama kelemahan itu? Tuhan bisa mengaruniakan kekuatan agar Anda sanggup menanggungnya. Maka, serahkanlah diri Anda kepada-Nya! Jika Anda lemah, maka Anda kuat! --JTI

KADANG KITA DIBIARKAN MEMILIKI KELEMAHAN SUPAYA KITA BELAJAR BERGANTUNG PADA KUASA TUHAN


2Korintus 12:7-10
7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 


Gbu all...

Selasa, 27 Mei 2014

MILIKI DASAR YANG KOKOH

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.” Matius 24:35

Prinsip pertama untuk mencapai keberhasilan yang benar dalam hidup orang percaya adalah melalui pembacaan firman Tuhan setiap hari dan merenungkan firman itu siang dan malam. Prinsip ini jugalah yang disampaikan Tuhan kepada Yosua saat ia dipercaya menggantikan Musa memimpin bangsa Israel : “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8). Firman Tuhan akan memenuhi setiap kebutuhan kita dan membantu kita berdiri tetap kuat dalam masa-masa kesulitan. Membaca firmanNya setiap hari serta merenungkannya membuat hidup kita makin berkenan kepada Tuhan karena kita telah membentuk suatu pola hidup yang sesuai dengan kehendakNya.

Tidak ada seorang pun sanggup membangun rumah yang tahan terhadap amukan badai tanpa terlebih dahulu membuat pondasi yang kuat bagi rumah itu. Masing-masing kita merupakan bangunan rohani dan tanpa pondasi rohani yang benar dan kokoh, bangunan itu tidak akan mampu bertahan dan akan mudah runtuh bila badai kehidupan datang menerjang. Jadi bangunan rohani kita juga harus dibangun di atas dasar firman Tuhan sebagai pondasinya. “Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Matius 7:24-25).

Prinsip kedua adalah melalui doa. Tanpa doa orang Kristen tak akan dapat mempertahankan kehidupan kekristenannya. Doa adalah cara untuk mempertahankan kekuatan dan mencapai kemenangan dari serangan musuh yaitu si Iblis. Doa bagaikan nafas kehidupan bagi orang percaya. Seorang filsuf mengatakan, “Berdoa adalah perilaku dari jiwa yang paling luhur dan dalam, dan akan tetap demikian selama dikehendaki oleh Tuhan.” Karena itu 'Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya. ..” (Efesus 6:18b).

Tanpa firman dan doa, kita adalah orang Kristen yang jadi sasaran empuk Iblis!
 
Gbu all...

Senin, 26 Mei 2014

PERCAYA LEBIH DULU

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Yohanes 20:29b

Banyak orang menuntut agar Tuhan menyatakan mujizat terlebih dahulu sebelum mereka percaya bahwa Ia ada.. Terkadang mereka juga ingin membuktikan apakah Yesus itu benar ada melalui penglihatan mata jasmaninya, baru mau mengikut Dia dan bertobat dengan sungguh. Tidaklah heran bila orang dunia menuntut demikian, karena Tomas yang sudah menjadi murid Tuhan Yesus, berkumpul bersamaNya setiap hari selama Dia berada di bumi ini pun masih meminta bukti nyata.

Ketika murid-murid yang lain bersaksi bahwa Yesus telah bangkit dan mereka melihatNya, Tomas tidak begitu saja percaya, katanya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (ayat 25). Yesus menyadari ketidakpercayaan Tomas, karena bagi manusia 'bangkit dari kematian' adalah perkara mustahil, tidak masuk akal. Maka setelah delapan hari Yesus datang kembali ke rumah itu menemui Tomas dan berkata, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (ayat 27). Setelah memperoleh bukti, akhirnya Tomas benar-benar percaya, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (ayat 28).

Di zaman serba canggih sekarang ini orang-orang lebih mengandalkan kekuatan dan kepintarannya. Meskipun sudah mendengar Injil tentang Yesus, mereka masih saja tidak mau percaya. Yang sakit dan berbeban berat lebih memilih datang kepada dukun (paranormal) daripada harus percaya kepada Tuhan. Mereka menuntut bukti dulu, diberkati dan disembuhkan lebih dulu, baru percaya dan mau menerima Yesus dalam hidupnya. Keadaan ini tidak jauh berbeda seperti dahulu: setelah Filipus memberitakan Injil dan banyak terjadi tanda-tanda heran, barulah orang-orang percaya: “Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.” (Kisah 8:6).

Percaya kepada Tuhan Yesus lebih dulu, barulah kita dapat menerima pertolongan dan mujizatNya!
 
Gbu all..

Minggu, 25 Mei 2014

No Retreat!

Bilangan 14:6-9 - Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka."

Julius Caesar merupakan salah satu pemimpin dunia yag dikagumi oleh masyarakat internasional. Namanya bersinar dan dikenang orang sampai sekarang ini. Masyarakat internasional mengenang dia karena dalam hidupnya dia pernah mencapai kejayaan. Kejayaan yang dia raih bukan karena warisan, tetapi karena sebuah perjuangan. Julius Caesar dengan pasukan yang dia pimpin telah berjuang habis-habisan setiap kali menghadapi peperangan. Baginya, kunci kemenangan adalah no retreat! Pantang mundur! Catatan sejarah menceritakan bahwa ketika Julius Caesar hendak menaklukan Inggris, dia mulai berlayar dari pantai di Perancis ke daratan Inggris. Setibanya di Inggris, Julius Caesar membakar semua kapal yang membawa mereka sampai disitu. Keputusan ini terkesan “gila”, tetapi ini adalah satu-satunya cara supaya pasukannya tidak mundur dari medan peperangan. Bagi Julius Caesar, membakar kapal merupakan isyarat yang harus diketahui pasukannya untuk memenangkan peperangan, karena tak ada pilihan lain. Jalan alternatif untuk mundur sudah dimusnahkan, kapal-kapal sudah habis dibakar, kalah berarti mati. Karena itu untuk dapat bertahan hidup, perang harus dimenangkan. No retreat! Tidak ada kata mundur! Jika perang telah dimulai, tak ada cara lain untuk menang selain maju terus pantang mundur. Itulah yang mengharumkan nama Julius Caesar sampai sekarang.

Jauh hari sebelum Julius Caesar memakai prinsip pantang mundur, dua orang tokoh Alkitab yang bernama Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune telah melakukan hal itu. Mereka merupakan dua diantara dua belas orang yang mengintai tanah perjanjian. Sepuluh orang lainnya adalah pecundang, tetapi Yosua dan Kaleb adalah pemenang. Dalam Bilangan 14:9b mereka berkata, “Janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis.” Dalam memotivasi bangsa Israel untuk maju terus, Yosua dan Kaleb juga mendasarkan keyakinan mereka pada pertolongan Allah. Disinilah perbedaannya dengan pemimpin-pemimpin dunia, termasuk Julius Caesar.

Teladan lain dalam Alkitab dan bahkan yang paling sempurna menunjukkan prinsip no retreat adalah Tuhan Yesus. Untuk menggapai kemenangan dan keselamatan manusia, Tuhan Yesus maju terus menghadapi kebengisan tentara Romawi, fitnah para tokoh agama bahkan ngerinya Via Dolorosa dan kayu salib. Apa yang dilakukan oleh Yosua dan Kaleb, dan terutama oleh Tuhan Yesus harus diteladani oleh orang Kristen. Dengan mengikuti teladan itu kita akan menjadi pemenang dan bukan pecundang. Jika Anda mau berhasil dalam hidup ini, maju terus berdasarkan kebenaran firman Allah. Hadapi segala tantangan yang ada dengan keyakinan penuh akan pertolongan Tuhan. Jangan kalah sebelum berperang. No retreat!

DOA: Tuhan, aku sadar bahwa pada saat ingin meraih sukses, maka tantangan itu senantiasa menghadang. Berikan aku kekuatan untuk terus maju menghadapi tantangan yang ada berdasarkan firmanMu. Dalam Nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

KATA-KATA BIJAK: Semangat pantang mundur sudah membuat kita mendapat setengah dari kemenangan.


Gbu all...

Sabtu, 24 Mei 2014

Untung Tuhan Tidak Pernah Menyerah

Pada tanggal 7 Desember 1998 di bagian utara Armenia, suatu gempa dengan kekuatan 6,9 skala richter menghancurkan sebuah gedung sekolah diantara bangunan-bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan suasana panik, seorang bapak berlari menuju ke sekolah tersebut, dimana anaknya menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari, ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia ucapkan kepada anaknya itu, "Hai anakku, apapun yang terjadi, papa akan selalu bersamamu!"

Sesampainya di tempat di mana sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati hanyalah sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan semen sisa dari gedung yang hancur total! Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana sambil menahan tangis. Namun kemudian...tiba- tiba ia pergi ke bagian sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan tangannya sendiri ia mulai menggali dan mengangkat batu-batu yang bertumpuk di sana. Ada seseorang yang
sempat menegurnya, "Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua pasti sudah mati."

Bapak itu menjawab, "Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu bisa membantu mengangkat batu-batu ini!" Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut menolong, namun setelah beberapa jam mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si bapak tidak bisa berhenti memikirkan anaknya, maka ia menggali terus.

Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh jam, tigabelas jam, delapan belas jam. Lalu tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat sebagian dari papan itu, dan berteriak, "Armando!", dan dari kegelapan di bawah itu terdengarlah suara kecil, "Papa!". Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain sementara anak-anak yang selamat itu ikut berteriak!

Semua orang yang ada di sekitar reruntuhan itu, kebanyakan para orang tua dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur saat menyaksikan dan mendengar teriakan mereka. Mereka menemukan 14 anak yang masih hidup itu! Pada saat Armando sudah selamat, dia membantu untuk menggali dan mengangkat batu-batu sampai teman-temannya sudah diselamatkan semua. Semua orang mendengarnya ketika ia berkata kepada teman-temannya itu, "Lihat, aku sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita!"

Mari kita renungkan bagaimana kita menjalani hidup kita. Di saat kita dalam kegelapan, tertimpa oleh macam-macam beban masalah, jatuh dalam kelemahan dan dosa. Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus harapan, dan lantas mengibarkan bendera putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah kita akan bersikap seperti Armando, yang terus menggenggam HARAPAN? bahwa Seseorang sedang mencari kita dan siap menyelamatkan kita? Seseorang yang tak akan pernah menyerah sampai kita sudah di dalam pelukan-Nya?

Yesus sedang mencari kita dan siap menyelamatkan kita dan tidak akan pernah menyerah sampai kita sudah dalam pelukannya.

".....;seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai Engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."

( Yosua 1:5b )
 
Gbu all...

Jumat, 23 Mei 2014

BERJUANG MERAIH PENGHARAPAN

(Roma 8:18-30)
Pdt. Saumiman Saud

Setiap orang pasti mempunyai pengharapan tersendiri. Pengharapan itu biasanya berupa suatu cita-cita supaya keadaan hidup kelak yang lebih baik. Jika anda sebagai orang tua, pasti berharap agar kelak anak-anak anda bisa menjadi orang yang berguna. Anda biasanya tidak akan segan-segan membayar mahal untuk menyekolahkan mereka di sekolah yang paling favorit baik di Indonesia maupun luar negeri. Anda memberikannya les bahasa Inggris, Piano, Mandarin dan segala les sampai kadang-kadang anak anda itu tidak ada waktu untuk bermain. Tujuannya agar mereka lebih baik dari hari ini, paling sedikit lebih baik dari kedua orang tuanya. Jikalau hari ini anda sebagai orang muda, maka pengharapan anda lain lagi, anda mungkin berharap menjadi orang yang kaya-raya dan bahagia, lalu andapun mulai kuliah dengan baik, kemudian mencari pekerjaan yang terbaik, cari isteri yang cantik, melahirkan anak-anak yang cerdas Sdan sebagainya.

Namun semua pengharapan ini tidak selalu berjalan mulus, kadang kala anda akan mengalami liku-liku bahkan kegagalan. Anak yang sudah menghabiskan hampir separuh harta kekayaan kita ternyata tidak berguna, tidak menghormati orang tua bahkan gagal dalam menempuh sekolahnya. Tidak jarang kita mendengar anak-anak yang dikirim ke luar negeri sekolah, mereka menghambur-hamburka n uang orang tuanya, terlibat narkotika dan seks bebas. Cita-cita anda tidak pernah tercapai, apalagi ditambah dengan masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha dan dagang yang mulai sulit dan lapangan pekerjaan yang susah di dapat. Banyak orang merasa kecewa; bahkan mereka yang tamat luar negeri terpaksa harus pulang ke negeri asal gara-gara tidak berhasil mendapat pekerjaan.

Anda mulai frustrasi, stress. Mengapa? Sebab orientasi manusia adalah sesuatu yang berhasil itu baru disebut sukses, apabila tidak berhasil maka dianggap sebagai suatu kegagalan atau sial. Nah ketika kita gagal, maka muncul rasa kecewa dan putus asa yang bercampur-baur. Oleh sebab itu rasul Paulus merasa perlu menasehati kita. Ayat 18, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Kemuliaan itu merupakan pengharapan setiap orang percaya.

Alkitab yang kita baca ini mencatat bahwa, rasul Paulus mengatakan yang menantikan pengharapan itu adalah "seluruh makluk". Perhatikan bahwa, yang dimaksud "seluruh makluk" di sini adalah "seluruh ciptaan Allah", kecuali "manusia". Mengapa dikatakan begitu? Sebab di dalam ayat 23, Paulus baru mengatakan "kita juga", yang artinya kita manusia. Jelas dalam penantian itu harus melalui "proses" yang cukup panjang, dan "proses" tersebut tidak semuanya berjalan mulus dan lancar. Ada liku-likunya, di sana-sini ada berbagai kesulitannya dan penderitaan. Nah ini semua bukan merupakan keadaan yang dirindukan dan diharapkan oleh manusia; karena manusia sesuai dengan naturnya yang berdosa lebih menyukai yang senang-senang, instan dan kekayaan dari pada kesusahan, lambat-laun serta kesusahan.

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana supaya supaya kita meraih pengharapan itu? Apakah sudah menemui jalan buntu atau mandek?

1. Pengharapan bagi orang percaya itu pasti adanya
Ayat 21 menekankan kepada kita bahwa, baik penderitaan yang kita alami (8:17-18) maupun kesia-siaan yang dialami oleh ciptaan Allah (8:20) bersifat sementara, dan akan diganti dengan kemerdekaan yang mulia. Ayat 22 merupakan ilustrasi Paulus yang mengatakan bahwa penderitaan itu sifatnya seperti orang yang sakit bersalin. Bagi para ibu yang sudah pernah melahirkan tentu lebih mengerti apa yang dimaksud dengan rasa sakit bersalin. Disitulah letak perjuangan antara hidup dan mati; tetapi ketika bayi tersebut sudah lahir ke dunia ini, rasa sakit itu langsung berakhir diganti dengan sukacita. Percayalah pada suatu saat segala ciptaan akan dibebaskan dan segala ciptaan yang mengeluh akan menjadi ciptaan yang mulia! Orang percaya tidak boleh selalu berpusat pada penderitaan- penderitaan yang dialaminya pada saat ini; ia menantikan kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.

Tahun 1999 ketika saya cuti ke Medan, saya melihat keadaan di sana cukup aman; paling sedikit dibandingkan dengan keadaan kota Jakarta waktu itu. Namun yang menyedihkan adalah keadaan perekonomian masyarakat Medan agak terganggu. Hampir 80% orang yang saya temui sedang mengeluh, mengapa? Sebab uang mereka di "ciak" (baca makan) oleh perusahaan yang bersifat Multi Level Marketing. Kalau di Surabaya yang dikenal hanya Banyumas Mulia Abadi yang menggandakan uang, namun di sana ada banyak perusahaan yang berbuat demikian. Selain Banyumas yang disebut BMA, ada juga yang disebut Higam-Net (Hidup Giat Awet Muda), ada lagi New Era, mereka semua telah melarikan uang masyarakat, bukan lagi milyar-milyar- an tetapi sudah triliun-triliun- an.

Ada seorang ayah yang saya kenal, kerjanya penjahit, ia menjual mobil Panthernya, mesin jahitnya serta rumahnya; untuk dimasukkan ke dalam perusaan Multi Level ini. Memang janjinya cukup menggiurkan; dan pada saat permulaan dia mendapat bayaran yang besar. Namun akhirnya seluruh uangnya di "ciak", sekarang bapak itu seperti orang gila yang luntang-lantung dijalanan. Belum lagi sewaktu kami hendak kembali dari Medan, dipelabuhan Belawan; kapal yang kami tumpangi sempat tertunda 5 jam, bukan karena rusak. Tetapi ada seorang ibu yang karena stress sebab uangnya juga di "ciak", ia nekad terjun ke laut. Para awak kapal sudah berusaha mati-matian mencarinya, namun tidak ditemukan.

Apa yang dapat kita pelajari dari kenyataan ini? Sesungguhnya manusia mulai merasa gelisah dan tidak tahan akan segala kesusahan, penderitaan yang dia alami. Ketika ada kesempatan yang gampang untuk mencari keuntungan, siapa sih yang mau menolak kesempatan ini. Namun Tuhan ingin menguji kita, seberapa kuat kita boleh bertahan? Yang sangat menghibur kita lagi adalah, ingat bahwa penderitaan itu sifatnya sementara, karena kita menyembah pada Allah yang penuh pengharapan dan pasti.

2. Pengharapan bagi orang percaya membuahkan hasil yang baik
Sebagai orang percaya kita yakin bahwa semua kejadian yang terjadi dalam hidup kita ini berada di bawah pengawasan Allah. Tidak ada satu kejadianpun yang terluput, termasuk kejadian-kejadian yang bagi pandangan kita buruk, merugikan, tidak kita sukai dan yang menyakitkan. . Sebagai orang percaya kita harus yakin bahwa Allah akan mengerjakan hasil yang baik buat kita.

Banyak orang cenderung mengaitkan "prestasi" yang dicapai dengan "kesuksesan" dan "ketiadaan prestasi" dengan "kegagalan". Jikalau hari ini anda diberi sekarung emas, maka anda akan dikatakan orang sukses; jika tidak maka anda akan disebut gagal. Jika anda memperoleh selembar ijazah, maka anda akan dikatakan sebagai orang yang sukses, jika tidak maka anda gagal. Jika anda telah sanggup memikat hati wanita yang anda cintai, anda "orang yang sukses". Jika tidak, anda "orang yang gagal". Orang-orang dunia tidak mau tahu dari mana dan bagaimana caranya anda memiliki emas, memiliki ijazah, dan memiliki wanita, yang penting itulah yang kelihatan nyata di dalam hidup kita yang dianggap berhasil.

Anda yang suka menonton film Hongkong tentu mengenal Jackie Chan (Chen Lung). Karena tak dapat memberi makan ketika bayi, orang tuanya ingin menjual Jackie seharga US$26 kepada dokter kandungan Inggris yang mengantarnya. Pada umur 7 tahun, Jackie bekerja di Academy Of Chinese Opera, yang terkenal akan kedisiplinannya di mana lebih dari 10 tahun, dari pagi sampai tengah malam, tujuh hari seminggu, Jackie harus menahan diri untuk tidak melihat acara musik, tari-tarian, dan pelatihan seni perang tradisionil. Pelatihan yang ia ikuti biasanya brutal dan kasar, di mana siswanya digigit dan dibuat jerah jika tampil kurang bagus.

Nantinya ia tampil di film Hongkong sebagai stunman dan merangkak menjadi koordinator stunman lantas ia menjadi sutradara. Ketika Bruce Lee mati, Jackie dan bintang lain terpanggil mengisi kevakuman. Sayangnya ia gagal. "Sulit, sangat sulit sekali," ujar Jackie, "dari pada menjadi Bruce Lee palsu, lebih baik jadi diri sendiri"

Jackie lahir dengan nama kecilnya Steve, yang nantinya diubah Jackie Chan dan akhirnya Raymond Chow dari Golden Harvest mengubahnya menadi Jackie. Pamornya naik pada tahun 1978 dalam film Snake In Eagle's Shadow. Sekarang Jackie menjadi bintang film besar Hongkong dan berpenghasilan besar di Amerika hampir US$50 juta setahun! Orang yang masa kecilnya seperti tidak berpengharakan lagi, telah berubah menjadi sukses luar biasa. Kondisi itu dialami oleh Mr Jackie yang saya tidak tahu menahu tentang kepercayaannya. Terlebih-lebih bagi orang-orang yang percaya, saya sangat yakin bahwa Tuhan itu menjaga kita seratus persen.

Sekali lagi, orang percaya diselamatkan dari pengharapan, walaupun semua itu tidak pernah kita lihat dari mata kepala kita sendiri. Artinya hanya boleh dijalani dengan iman kepada Tuhan. Sebuah pepatah yang indah berbunyi "Lebih baik mencoba dan, dari pada gagal mencoba." Sesuai dengan Roma 8:26 Roh yang akan membantu menyelesaikan segala kesulitan yang kita alami. Oleh sebab itu , sesuai dengan firman Tuhan: "Marilah kepadaKu orang yang letih dan lesu aku akan memberikan kelegaan kepadamu", maka jangan sungkan serahkan pengharapan itu sepenuhnya kepada-Nya.

3. Pengharapan bagi orang percaya merupakan kemuliaan
Apabila kita memperhatikan Roma 8:29-30, di sini menggambarkan seuntai rantai yang terdiri dari lima mata rantai. Mata rantai yang pertama bunyinya "Sebab semua orang yang dipilih-Nya" (terjemahan yang lebih baik untuk dipilih adalah dikenal, di sini Paulus memakai kata proginosko artinya secara harafiah "mengenal sebelumnya") . Di dalam Amos 3:2 "Kata kenal di dalam ayat ini juga berarti memilih", maka tidaklah heran apabila Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkannya dengan "dipilih-Nya dari semula"). Paulus tidak mengatakan oleh karena Allah mengenal kita dari semula maka Ia menentukan kita menjadi anak-anak-Nya, tetapi sebelum kita melakukan apa-apa, Ia sudah terlebih dahulu memilih kita; ini membuktikan kasih-karunia- Nya.

Mata rantai yang kedua berbunyi "Ditentukan dari semula" untuk menjadi gambar Allah yang sejati. Ketika kita disebut sebagai gambar Allah, maka seharusnya apa yang dialami oleh Tuhan kita Yesus, adalah pengalaman kita juga. Namun ada orang percaya yang menghindari penderitaan, maunya yang senang-senang saja; sehingga ia tidak serupa dengan Tuhan Yesus.

Mata rantai selanjutnya bunyinya, "mereka dipanggil-Nya" , kemudian "dibenarkan- Nya" dan akhirnya mereka "dimuliakan" . Tentunya ketiga mata rantai ini ada prosesnya yang tersendiri. Orang-orang yang dipanggil itu tentu merupakan suatu panggilan yang efektif dari Allah melalui iman pada Kristus. Setelah itu dibenarkan, bukan diampuni atau diselamatkan atau diberi hidup baru, sesuai dengan Roma 1:17 "Orang yang dibenarkan karena iman akan hidup". Dan akhirnya barulah masuk di dalam "kemuliaan".

Nah kelima mata rantai ini semua memakai tesses “Aorist" dengan modus indikatif, artinya suatu peristiwa yang sudah terjadi. Namun permisi tanya, apakah kita sudah dimuliakan? Mungkin sudah, tetapi ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang akan dinyatakan pada akhir zaman.

Terus terang saja, kita sebagai manusia itu tidak sabar, maunya yang sederhana, mulus, enak, gampang dan jalan tol. Kita ingin dimuliakan tetapi tanpa penderitaan atau kesulitan; bahkan bila perlu tanpa pengorbanan sedikitpun.

Konon ceritanya di sebuah Dermaga, waktu itu ada sebuah kapal penumpang bersandar di sana. Banyak penumpang yang turun dan dijemput sanak-saudara. Di tepi dermaga ada seorang bocah yang berusia kurang lebih 5 tahun sedang mengejar balonnya yang diterpa angin pantai. Ia lari sana-sini akhirnya terjatuh ke dalam laut. Ketika melihat anak itu terjatuh banyak orang berteriak-teriak minta pertolongan. Namun tidak ada satupun diantara mereka yang berani mengambil resiko untuk menolong anak itu; karena laut itu terkenal dengan ikan buasnya.

Namun tiba-tiba ada seorang kakek yang berusia 60 tahun sudah berada di dalam laut. Dia berenang sekuat tenaga untuk menyelamatkan anak ini ke atas dermaga. Banyak orang datang memberi selamat dan samabil memuji-muji kakek ini. Datang juga wartawan bertanya kepadanya, "Apa kesan-kesan bapak waktu menolong anak anak ini?"

"Dengan tenang dan mantap kakek ini berkata, "Tunggu, tunggu sebentar; saya mau nanya. Wartawan yang ada menjadi heran, kenapa kakek itu yang balik bertanya? Lalu kakek itu berkata “Tadi siapa yang mendorong saya ke laut??" Ternyata kakek itupun tidka bermaksud menolong; tetapi karean didorong orang maka terpaksa ia menolong.
Jangan kita tertawa dahulu, bukankah cerita ini sering kali kita praktekkan? Kita ingin kemuliaan, pujian dan kehormatan; tetapi kita tidak mau melakukan pekerjaan dan kesulitan. Sebagai pengurus yang terpilih, semangat pelayanan anda mengebu-gebu pada saat beberapa bulan saja, karena baru dilantik menjadi pengurus. Anda merasa bangga dan senang karena nama anda selalu muncul di warta gereja. Tetapi hal itu berjalan sebentar saja, tatkala anda kecewa, sakit hati, marah; semangat itu menjadi buyar. Coba ingat kemabli. kita tidak bertanggung jawab pada ketua majelis atau pada pendeta, tetapi kita langsung bertanggung jawab pada Tuhan. Jangan coba-coba menghalangi pekerjaan Tuhan. Raihlah pengharapan maka nama Tuhan dimuliakan.
 
Gbu all...

Kamis, 22 Mei 2014

Jadilah Pemimpin, Bukan Boss

(Yohanes 13: 1-17)

Betapa orang sering gagal untuk menjadi pemimpin karena mereka tidak berlaku sebagai pemimpin melainkan berlaku sebagai Boss. H.Gordon Selfridge adalah pendiri salah satu department store di London yang merupakan salah satu Department store terbesar di dunia. Ia mencapai kesuksesan tersebut dengan menjadi seorang "Pemimpin" dan bukan menjadi "Boss"...... apakah perbedaan antara Pemimpin dengan Boss ? Dibawah ini adalah perbandingan yang diberikan oleh Gordon Selfridge antara orang yang bertipe Pemimpin dan orang yang bertipe Boss.

Seorang boss mempekerjakan bawahannya;
tetapi seorang pemimpin mengilhami mereka.

Seorang boss mengandalkan kekuasaannya;
tetapi seorang pemimpin mengandalkan kemauan baiknya.

Seorang boss menimbulkan ketakutan;
tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih.

Seorang bos mengatakan AKU ;
tetapi seorang pemimpin mengatakan KITA.

Seorang boss menunjuk siapa yang bersalah;
tetapi seorang pemimpin menunjuk apa yang salah.

Seorang boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan;
tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya

Seorang boss menuntut rasa hormat;
tetapi seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat.

Seorang bossberkata PERGI !!! ;
tetapi seorang pemimpin berkata MARI KITA PERGI !

Maka jadilah anda seorang Pemimpin dan bukan seorang Boss.
(dikutib dari:1Tan, Paul Lee, Encyclopedia of 7,700 Illustration, Garland, Texas: Bible Communications, Inc.1966.)

Ketika Yesus membasuh kaki murid muridNYA Ia bertanya, "Mengertikah kamu apa yang telah Ku perbuat kepadamu?" Yesus adalah GURU dan TUHAN kita. Kata GURU dan TUHAN menunjukan bahwa Yesus ada pada level yang lebih tinggi dari pada murid muridNya karena Ia tidak hanya mengajari atau memerintah mereka dengan kata kata tetapi Ia memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana seharusnya melakukannya. Jadilah seorang Pemimpin, bukan seorang Boss.

DOA: Bapa, ampunilah aku jika aku pernah bersikap seperti boss dan bukan sebagai pemimpin. Berilah aku kerendahan hati seperti Yesus. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.

Leadership is the art of getting someone else to do something that you want because he wants to do it. (Dwight D.Eisenhower)
 
Gbu all...

Rabu, 21 Mei 2014

MENCARI TUHAN SETIAP WAKTU

“Carilah Tuhan dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu!” 1 Tawarikh 16:11

Raja Daud menyadari benar betapa pentingnya memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Daud menyadari di sepanjang hidupnya dia mengalami teramat banyak pertolongan dan kasih Tuhan, sehingga hatinya senantiasa dipenuhi ucapan syukur dan kerinduan untuk menceritakan perbuatan Tuhan kepada orang lain. Serunya, “Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib!” (ayat 8-9). Tak lupa Daud juga membimbing anaknya (Salomo) untuk lebih mengenal Tuhan dan beribadah kepadaNya dengan tulus, dan agar Salomo terus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti Daud sendiri, pesannya, “...anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.” (1 Tawarikh 28:9).

Apa yang disampaikan Daud kepada Salomo itu juga bagi segenap umat Tuhan di dunia ini. Selagi Tuhan berkenan ditemui, biarlah kita mencari Dia setiap waktu, karena apabila kita meninggalkan Tuhan, Dia akan membuang kita untuk selama-lamanya. Sungguh tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan kita bila Tuhan sampai membuang kita. Kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan; setiap saat sepanjang hidup kita memerlukanNya, bukan saja ketika susah, tetapi juga saat semuanya berjalan baik, kita harus mencari dan tetap memerlukan Dia.

Inilah nafas hidup orang percaya yaitu tidak dapat terpisah dari Tuhan. Tuhan harus menjadi kebutuhan hidup kita yang utama; bukan harta, kekayaan, pangkat, atau ketenaran sandaran hidup kita. Maka kita membutuhkan persekutuan denganNya setiap waktu, jangan menjadi 'penodong' belaka yang meminta paksa kepada Tuhan ketika kita butuh pertolongan, padahal Ia bersedia ditemui setiap saat, dalam keadaan apa pun.

Tangan Tuhan melindungi orang yang mencari Dia, tapi murkanya menimpa orang yang meninggalkanNya (baca Ezra 8:22b). 


Gbu all...

Selasa, 20 Mei 2014

Mengajarkan Firman Tuhan Pada Anak

Ayat bacaan: Ulangan 6:6-7
"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."

Ada seorang teman online saya orang Amerika yang sudah lanjut usia. Baru-baru ini ia menggali kembali foto-foto lama keluarganya, dan mengenalkan ayahnya yang sudah lama meninggal dunia. Dia mengatakan betapa bersyukurnya dirinya memiliki sosok ayah seperti beliau, yang selalu memberi kasih sayang, perhatian dan mengajarkan budi pekerti selama ia bertumbuh. "Apa yang ia wariskan pada saya bukan uang atau harta kekayaan, namun segala bentuk perhatian dan kasih sayangnya mengasuh saya hingga dewasa,hal itu sungguh warisan yang sangat berharga. Saya tidak akan bisa seperti sekarang tanpa sosok seperti ayah." itu katanya. Apa yang kita tinggalkan bagi orang lain disebut sebagai warisan. Biasanya orang akan mengacu pada harta kekayaan, baik uang maupun benda, ada pula yang mewariskan kekuasaan, perusahaan, dan hal-hal lain yang dianggap bernilai tinggi. Sebaliknya, warisan juga bisa mengacu pada hal-hal negatif, seperti warisan hutang, reputasi/nama buruk dan sebagainya.

Warisan apa yang baik untuk kita berikan pada keturunan kita? Sudah pasti tidak akan ada yang mau meninggalkan warisan dalam bentuk hutang dan reputasi buruk. Banyak orang tua akan selalu berusaha untuk meninggalkan warisan harta sebanyak-banyaknya. Tapi Alkitab mencatat ada sebuah warisan yang jauh lebih berharga dibandingkan harta benda dan bentuk-bentuk kekayaan lainnya, yaitu warisan iman akan Kristus. Mari kita baca dalam kitab Ulangan 6. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7). Kita diwajibkan untuk memahami firman Tuhan, mengenal pribadi Allah lewat Kristus, dan harus pula mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita. Ketika kekayaan berupa harta benda dan uang pada suatu saat akan habis lenyap, tidak demikian halnya dengan iman akan Kristus. Ini adalah bekal yang sungguh bermanfaat sepanjang kehidupan di dunia, dan menjadi bekal untuk kehidupan kekal kelak.

Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita harus mengenalkan firman Tuhan sejak dini pada anak-anak kita. Ketika kita duduk di rumah, dalam perjalanan, ketika berbaring dan ketika kita bangun. Ini menunjukkan bahwa kita haruslah mengenalkan dan mengajarkan firman Tuhan secara berulang-ulang dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Tidak cukup berhenti hanya sampai tidak menghalang-halangi seperti renungan yang kita baca kemarin, namun kita juga dituntut untuk mengajarkan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan, pada setiap aspek kehidupan mereka, sepanjang perjalanan hidup mereka sejak awal hingga dewasa, kapan saja kita masih punya kesempatan untuk berada bersama-sama mereka. Lebih jauh lagi, kita juga harus mampu menjadi teladan bagi mereka, bagaimana kita menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita, dan bagaimana aplikasinya secara nyata.

Daud menyadari hal ini. "Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!" (Mazmur 34:13). Apa yang hendak diajarkan Daud mengenai takut akan Tuhan pada mereka? Kita lihat ayat selanjutnya. "Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (ay 13-18). Dan seterusnya hingga perikop ini selesai.

Sudahkah anda dengan tekun mengajarkan anak-anak anda untuk mengenal Kristus, dan demikian mengenal pribadi Allah? Dan yang lebih penting lagi, sudahkah anda menjadi contoh teladan yang baik bagi mereka? Semua ini akan menjadi bekal yang sungguh berharga bagi perjalanan kehidupan mereka di masa mendatang. Firman Tuhan berkata: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."(Amsal 22:6). Ini investasi yang sangat penting, sekaligus akan menjadi warisan yang paling berharga bagi mereka.

Mewariskan iman tidak hanya berguna di dunia, tapi juga di Surga
 
Gbu all...

Senin, 19 Mei 2014

Stars In The Sky

Filipi 2:12-18. tetaplah kerjakan keselamatanmu bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih lagi sekarang waktu aku tidak hadir (Filipi 2:12).

Bob Briner, seorang pakar dalam dunia manajemen pernah berujar, Katakan apa yang anda lakukan, bukan apa yang anda pikirkan. Integritas adalah mengatakan apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita pikirkan. Integritas tidak berbicara tentang apa yang kita lakukan, melainkan berbicara tentang apa yang siapa diri kita.

Integritas adalah sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap orang Kristen. Tanpa Integritas, kesaksian kita hanya sekedar jadi kisah dan dongeng yang sedap di dengar namun tidak melahirkan buah yang matang bagi kerajaan Surga. Tanpa Integritas, kekristenan kita hanyalah sebuah symbol agamawi dan bukan gaya hidup Kerajaan Surga yang sebenarnya. Intinya, tanpa integritas kita tidak akan mudah untuk menjadi bintang yang bercahaya di dunia ini. Jika demikian, bagaimana kita dapat menjadi saksi Kristus?

Paulus berkata, agar kita mengerjakan keselamatan yang telah kita peroleh dari Tuhan Yesus dengan gratis. Bukan saja saat ada hamba Tuhan, bukan saat hari Minggu, bukan saat persekutuan doa, bukan saat ada KKR atau seminar, bukan saat tugas pelayanan sebagai diaken, kolektan atau majelis, tetapi setiap hari, setiap saat, saat tidak ada hamba Tuhan, saat bukan hari Minggu, saat kita sedang sendiri dan tidak dalam kondisi pelayanan. Itulah integritas.

Apa yang hendak kita berikan kepada Tuhan? Persembahan apa yang ingin kita bawa di hadapan-Nya? Integritas. Sebuah kesungguhan. Sebuah kesejatian jiwa. Itu yang seharusnya kita berikan pada Tuhan. Dengan integritas, kita akan menjadi bintang yang bercahaya di kelamnya langit dunia.

Doa: Tuhan, berikan kesungguhan padaku untuk menjadi bintang-MU *** 2 Raja-raja 16, Yehekiel 39.


Gbu all...

Minggu, 18 Mei 2014

Haus

Di tengah suatu padang gurun, seorang pengembara sedang bergumul untuk bertahan hidup karena kehabisan air minum. Namun, akhirnya ia menemukan sumber mata air minum satu-satunya di daerah tersebut. Dan dia menemukan sepucuk surat tersimpan di dalam kaleng yang terikat pada pompa tua yang terpasang di sumber mata air tersebut.

Isi suratnya sebagai berikut, "Pompa ini berfungsi sebagaimana mestinya karena saya telah mengganti perangkat penghisap didalamnya yang seharusnya bisa bertahan cukup lama. Namun bagian penghisap ini pasti akan kering setelah beberapa saat dan perlu 'dipancing' kembali dengan air. Nah, di bawah batu yang berwarna putih, jauh dari sinar matahari saya telah mengubur sebotol air bersih. Didalam botol itu tersedia cukup air untuk dapat dipakai 'memancing' air dari sumur."

"Namun, airnya akan kurang apabila air tersebut Anda minum terlebih dahhulu. Percayalah, sumur ini tidak pernah kering. Setelah Anda berhasil mengeluarkan air dari sumur, jangan lupa untuk mengisi penuh botol ini kembali dan kuburkan botol ini ke tempat semula untuk orang lain yang membutuhkannya. Tertanda, temanmu di saat haus. N.B.: Ingat, jangan minum isi botolnya, pakailah untuk memancing pompanya, maka Anda akan mendapatkan air jauh lebih banyak dari yang Anda butuhkan."

Dapatkah Anda bayangkan pergumulan didalam batin orang ini, antara segera menyelamatkan diri dengan meminum isi botol tersebut atau mempergunakannya unuk mendapatkan air yang lebih banyak dari sumur, seperti yang dijanjikan surat itu.

Namun sesungguhnya kepercayaannya kepada surat tersebut untuk kemudian melakukan persis seperti yang dianjurkan surat tersebutlah yang akan membuat dia tetap dapat bertahan hidup.

Bukankah dalam kehidupan rohani kita sering menghadapi pergumulan yang sama? Kita cenderung melakukan apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang lebih pasti (tapi bersifat sementara) karena kasat mata dan ada di depan kta, dibandingkan dengan kepercayaan kepada firman Tuhan, yang sering kita anggap mengandung "resiko" untuk ditaati.

Alkitab bukan sekedar "Surat" yang berisi janji-janji yang tidak teruji. Alkitab adalah kebenaran yang dapat memenuhi lebih dari semua yang Anda butuhkan,. Namun, dibutuhkan iman untuk melakukan apa yang diperintahkanNya. Dan iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan.

Apabila Anda mempergunakan apa yang ada didalam tangan Anda dalam memiliki iman kepada Nya dengan melakukan seperti apa yang difirmankanNya, maka Anda menemukan lebih dari semua yang Anda butuhkan didalam segala aspek kehidupan Anda. Firman Tuhan berkata bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman kita menjadi sempurna.


Gbu all...

Sabtu, 17 Mei 2014

Kisah 1000 Hari Sabtu

Shared by Fr. Rick of Kingston , NY

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.
Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.
 
Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.
"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".
Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".
 
Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung- hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".
 
"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".
"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .
 
"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".
 
"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".
 
"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan
lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
 
"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan".
"Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum.
"Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."


SPEND YOUR WEEKEND WISELY AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL
AND MAY YOU HAVE MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.
Gbu all...

Jumat, 16 Mei 2014

Pencipta Sejarah

Bacaan : Yohanes 6:1-14

Suatu Minggu pagi, salju menyelimuti Colchester di Inggris. Semula John Egglen berniat tinggal di rumah, sebab berjalan kaki hampir 10 kilometer ke gereja dalam cuaca bersalju tidaklah mudah. Namun, tanggung jawab sebagai diaken membuatnya berubah pikiran. Di gereja, hanya 12 jemaat yang hadir dan satu jiwa baru -- seorang remaja 13 tahun. Pendeta tidak bisa datang karena rumahnya tertimbun salju. Sebagian jemaat menyarankan kebaktian ditiadakan. Namun, Egglen tetap mengadakan kebaktian. Karena pendeta tidak hadir, Egglen pun berkhotbah. Khotbahnya begitu buruk, sebab ia memang tak bertalenta di situ dan baru pertama kali berbicara di depan banyak orang. Namun, setelah mendengar khotbah itu, remaja tersebut menyerahkan diri kepada Tuhan.

Tahukah Anda, siapa remaja itu? Charles Haddon Spurgeon! Seorang pengkhotbah legendaris di Inggris. Andai Egglen memutuskan tinggal di rumah dan meniadakan kebaktian, mungkin Inggris atau bahkan kekristenan takkan pernah memiliki Spurgeon. Pada Minggu pagi yang dingin itu, Egglen mencatat sejarah.

Sesungguhnya, setiap hari kita punya kesempatan mencipta sejarah. Mungkin Anda seorang guru Sekolah Minggu yang menghadapi murid-murid bandel. Namun, tetaplah setia, sebab siapa tahu kelak seorang dari mereka akan dipakai Tuhan dengan luar biasa. Ingat pula kisah Agustinus. Setiap hari -- selama 14 tahun -- ibunya berdoa bagi Agustinus hingga ia bertobat dan mengguncang dunia dengan pelayanannya. Anak kecil dalam Yohanes 6 juga adalah anak biasa, yang bahkan namanya tidak dikenal. Namun lewat kemurahan hatinya, mukjizat Yesus tercatat dalam Alkitab -PK

SETIAP ADA KESEMPATAN, LAKUKANLAH YANG TERBAIK
MAKA KITA AKAN BERKESEMPATAN UNTUK MENCIPTA SEJARAH


Gbu all...

Kamis, 15 Mei 2014

ADA BAPA YANG MENGEMUDI

Mazmur 23:2-3
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

Seorang pembicara, Dr. Wan, menceritakan pengalamannya ketika ia dan seisi keluarganya tinggal di Eropa. Satu kali mereka hendak pergi ke Jerman. Dengan mengendarai mobil tanpa henti siang dan malam, mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk tiba di sana . Mereka sekeluarga pun masuk ke dalam mobil -- dirinya, istrinya, dan anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Anak perempuan kecilnya ini belum pernah bepergian pada malam hari. Malam pertama di dalam mobil, ia ketakutan dengan kegelapan di luar sana .
"Mau kemana kita, papa?"
"Ke rumah paman, di Jerman."
"Papa pernah ke sana ?"
"Belum."
"Papa tahu jalan ke sana ?"
"Mungkin, kita dapat lihat peta."
[Diam sejenak] "Papa tahu cara membaca peta?"
"Ya, kita akan sampai dengan aman."
[Diam lagi] "Dimana kita makan kalau kita lapar nanti?"
"Kita bisa berhenti di restoran di pinggir jalan."
"Papa tahu ada restoran di pinggir jalan?"
"Ya, ada."
"Papa tahu ada dimana?"
"Tidak, tapi kita akan menemukannya."

Dialog yang sama berlangsung beberapa kali dalam malam pertama, dan juga pada malam kedua. Tapi pada malam ketiga, anak perempuannya ini diam. Dr. Wan berpikir mungkin dia telah tertidur. Tapi ketika ia melihat ke cermin, ia melihat anak perempuannya itu masih bangun dan hanya melihat-lihat ke sekeliling dengan tenang. Dia bertanya-tanya dalam hati kenapa anak perempuan kecil ini tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaannya lagi.
"Sayang, kamu tahu kemana kita pergi?"
"Jerman, rumah paman."
"Kamu tahu bagaimana kita akan sampai ke sana ?"
"Tidak"
"Terus kenapa kamu tidak bertanya lagi?"
"Karena papa sedang mengemudi."

Jawaban dari anak perempuan kecil berumur 3 tahun ini kemudian menjadi kekuatan dan pertolongan bagi Dr. Wan selama bertahun-tahun, ketika dia mempunyai pertanyaan-pertanyaan dan ketakutan-ketakutan dalam perjalanannya bersama Tuhan. Ya, Bapa kita sedang mengemudi. Kita mungkin tahu tujuan kita (seperti anak kecil yang tahu mau ke ‘Jerman' tanpa mengerti di mana atau apa itu sebenarnya). Kita tidak tahu jalan ke sana, kita tidak dapat membaca peta, kita tidak tahu apakah kita akan menemukan rumah makan sepanjang perjalanan. Tapi gadis kecil ini tahu hal terpenting, -- Papa sedang mengemudi -- dan dia aman.

Dia tahu papanya akan menyediakan semua yang dia butuhkan. Kenalkah engkau Bapa anda, Gembala Agung, sedang mengemudi hari ini? Apa sikap dan respon anda sebagai seorang penumpang, anak-Nya yang dikasihi-Nya?

Kita mungkin telah menanyakan terlalu banyak pertanyaan sebelumnya, tapi kita dapat menjadi anak kecil itu, belajar menyadari fokus terpenting adalah ‘Papa sedang mengemudi'. Tuhan adalah Bapa bagi anda. Ijinkan IA untuk mengemudikan hidup anda. Maka kekuatiran bukan menjadi milik anda lagi.


Gbu all...

Rabu, 14 Mei 2014

BAGAIMANA JIKA dan SESUNGGUHNYA

by MAX LUCADO

Ia membimbing aku ke air yang tenang (Mazmur 23:2)

Anak Anda yang berusia sepuluh tahun khawatir. Begitu resah sampai-sampai ia tidak bisa makan. Begitu cemas ia tidak bisa tidur. " Ada apa?" Anda ingin tahu. Ia menggeleng kepala dan mengeluh, "Aku tidak punya rencana dana pensiun".

Atau anak Anda yang berusia empat tahun menangis di ranajn, " Ada apa sayang?" Ia merintih, "Aku tidak akan pernah lulus di mata kuliah kimia di perguruan tinggi."

Wajah anak Anda yang berusia delapan ditekuk stres. "Aku akan menjadi orangtua brengsek. Bagaimana jika aku menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anakku ?"

Bagaimana tanggapan Anda terhadap pernyataan-pernyataan seperti itu? Selain memanggil seorang psikolog anak-anak, tanggapan Anda pasti tegas dan bersungguh-sungguh:" Kamu terlalu muda untuk meresahkan hal-hal seperti itu. Pada waktunya nanti, kamu bakal tahu sendiri harus berbuat apa."

Beruntung, kebanyakan anak tidak punya pikiran seperti itu.

Harus disayangkan, kita yang dewasa terlalu banyak berpikiran seperti itu. Kekhawatiran adalah tas besar yang berisi banyak beban. Tas itu melimlah dengan "bagaimana jika" dan "sesungguhnya".

"Bagaimana jika hujan turun di hari pernikahanku?"
"Sesungguhnya aku tahu nggak sih bagaimana mendidik anak-anakku?"
"Bagaimana jika aku menikah dengan laki-laki yang mendengkur?"
"Sesungguhnya apa kami punya cukup uang untuk membayar uang sekolah anak kami?"
"Bagaimana jika setelah bersusah payah berdiet, mereka mendapat tahu bahwa daun letus menggemukkan dan coklat tidak?"

Tas besar kekhawatiran. Berat sekali. Besar sekali. Tidak atraktif. Membuat lecet. Sulit dijinjing. Menyebalkan membawanya dan tidak mungkin bisa diberikan pada orang. Tidak ada orang yang ingin mendapat kekhawatiran Anda.
Kalau mau jujur, Anda sendiri juga tidak mau, bukan? Tidak ada orang perlu mengingatkan Anda betapa tinggi ongkos keresahan. (Tetapi - bagaimanapun - saya akan melakukannya.) Kekhawatiran memecahkan pikiran. Kata Alkitabiah untuk khawatir (merimnao) adalah perpaduan dari dua buah kata Yunani, merizo ("memecahkan") dan nous ("pikiran"). Keresahan meretakkan energi kita antara prioritas hari ini dan masalah esok hari. SEbagian pikiran kita ada pada jaman sekarang; sisanya ada pada yang belum ada. hasilnya adalaah menjalani hidup dengan pikiran yang terpecah dua.

Itu bukan akibat satu-satunya. Merasa khawatir bukanlah penyakit, tetapi menyebabkan penyakit. Kekhawatiran dihubungkan dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung kororner, kebutaan, migren, malfungsi kelenjar gondok, dan setumpuk ketidak-beresan lambung.

Keresahan adalah kebiasaan yang mahal. Tentu saja, bisa saja meresahkan sesuati itu perlu jika membuahkan hasil. Tetapi hasilnya tidak ada. Kekhawatiran kita itu sia-sia. Yesus berkata," Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupmu?" (Matius 6:27). Keresahan tidak pernah mencerahkan hari-hari Anda, menyelesaikan suatu masalah, atau menyembuhkan suatu penyakit.

Bagaimana kita bisa menangani keresahan? Anda bisa mencoba kita-kiatnya seseorang. Ia begitu resah sehingga menyewa seseorang untuk melakukan pekerjaan beresah ria itu untuknya. Ia menemukan seorang laki-laki yang setuju menjadi peresah bayarannya dengan upah $200,000 per tahun. Setelah laki-laki itu menerima pekerjaan tersebut, pertanyaan pertamanya kepada sang majikan adalah, "Darimana Anda bisa dapat $200,000 per tahun?" Dan si majikan menanggapi," Yang khawatir kan kamu."

Menyedihkan. Tapi khawatir adalah pekerjaan tang tanggung-jawabnya tidak bisa kita alihkan kepada orang lain, tetapi Anda bisa mengatasinya. Tidak ada tempat yang paling baik untuk Anda mulai kecuali dalam ayat dua dari mazmur sang gembala.

"Ia membimbing aku ke air yang tenang," Daud menyatakan. Dan, seandainya kita tidak mengerti maksudnya, ia mengulangi frasa ini dalam ayat berikut: "Ia menuntun aku di jalan yang benar."

"Ia menuntun aku." Allah tidak berada di belakang saya, berteriak, "Jalan!" Ia ada di depan saya, memohon, "Mari!" Ia ada di depan, membuka jalan, membabat semak-semak, menunjuk jalan. Tepat sebelum tikungan Ia berkata, "Belok di sini." Sebelum mendaki, Ia mengarahkan, "Mendaki di sini." Berdiri di sisi batu-batu, Ia mengingatkan, "hati-hati di sini."

Ia menuntun kita. Ia memberi tahu kita apa yang kita butuh ketahui apabila kita harus mengetahuinya. Seperti seorang penulis Perjanjian Baru akan tegaskan: "Kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:16).

Allah membantu pada waktunya. Ia membela kita dengan cara yang sama seperti seorang ayah memberi tiket pesawat terbang kepada keluarganya. Waktu saya melakukan perjalanan dengan anak-anak saya, saya membawa semua tiket kami dalam tas saya. Apabila saatnya tiba untuk naik pesawat, saya berdiri diantara karyawan penerbangan dan anak saya. Sementara tiap anak lewat, saya tempatkan selembar tiket dalam tangannya. Ia, sebaliknya, memberi tiket itu kepada si karyawan. Masing-masing mendapat tiket mereka pada waktunya.

Yang saya lakukan untuk anak-anak saya, Allah lakukan kepada Anda. Ia menempatkan diriNya antara Anda dan kebutuhan. Adan pada saat yang tepat, Ia memberi Anda tiketnya. Bukankah ini janji yang Ia berikan kepada para murid-Nya? "Jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu, pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus" (Markus 13:11).

Bukankah ini pesan yang Allah sampaikan kepada umat Israel ? Ia berjanji untuk memasok manna bagi mereka setiap hari. Tetapi Ia memberi tahu mereka untuk hanya mengumpulkan persediaan sehari saja. Mereka yang tidak taat dan mengumpulkan cukup untuk dua hari kecele, karena manna itu menjadi busuk. Satu-satunya pengecualian adalah hari sebelum Sabat. Pada hari Jumat mereka boleh mengumpulkan dua kali lebih banyak. Selain itu, Allah akan memberi mereka apa yang mereka butuhkan, dalam waktu mereka membutuhkannya.

Allah menuntun kita. Allah akan melakukan hal yang tepat dan benar pada waktu yang tepat. Dan yang Ia lakukan membuat perbedaan besar sekali.

Karena saya tahu bahwa Ia selalu tepat waktu dengan pasokannya, maka saya bisa saja menikmati masa kita saya.

"Berikan seluruh perhatianmu kepada apa yang Allah akukan sekarang, dan jangan resah mengenai apa yang mungkin akan atau mungkin tidak akan terjadi besok. Allah akan membantumu menghadapi hal-hal sulit yang muncul apabila saatnya tiba" (Matius 6:34 - Alkitab The Message - MSG).

Frasa terakhir patut Anda sorot dengan stabilo: "apabila saatnya tiba."

"Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika suami saya meninggal."
Anda akan tahu, apabila saatnya tiba.

"Apabila anak-anak meninggalkan rumah, saya pikir bakal berat sekali bagi saya."
Memang tidak akan mudah, tetapi kekuatan akan datang apabila saatnya tiba.

"Saya tidak pernah bisa memimpin sebuah gereja. Terlalu banyak yang saya tidak tahu."
Mungkin Anda benar. Atau mungkin Anda ingin mengetahui terlalu banyak terlalu cepat. Mungkinkah Allah akan mengungkapkan jawaban-jawaban kepada Anda apabila saatnya tiba?

Kuncinya adalah ini: Songsong masalah-masalah hari ini dengan kekuatan hari ini. Jangan mulai mengurus masalah hari esok sampai esok. Anda masih belum punya kekuatan hari esok. Sudah cukuplah apa yang Anda hadapi hari ini.

Lebih dari delapan puluh tahun lalu seorang dokter besar berkebangkasaan Kanada, Sir William Osler, menyampaikan pidato kepada para siswa Universitas Yale, bertajuk " A Way of Life". Dalam pesannya mengenai cara hidup ini ia mengisahkan suatu kejadian di kapal yang ia tumpangi. Suatu hari ia berkunjung ke kamar nakhoda kapal, alarm yang nyaring dan menusuk telinga terdengar, diikuti suara gemeretak dan berdentam di bawah dek. "Itulah kompartemen-kompartemen kedap air yang menutup," sang nakhoda menerangkan. "Itulah bagian penting dari latihan keselamatan kita. Andai benar-benar terjadi kecelakaan, air yang bocor masuk ke dalam satu kompartemen tidak akan mempengaruhi bagian lain dari kapal. Bahkan jika kita bertubrukan dengan gunung es seperti Titanic, air yang membanjir masuk hanya aka nmengisi kompartemen yang robek saja. Tetapi kapal akan tetap terapung."

Waktu ia berbicara kepada siswa di Yle, Osler mengingat gambaran sang nakhoda mengenai kapalnya:

Masing-masing kalian tentu saja organisator yang lebih menakjubkan daripada kapal samudera yang besar itu dan kalian menuju ke perjalanan yang jauh lebih lama. Yang saya sangat anjurkan adalah bahwa kalian menguasai kehidupan kalian dengan menjalani setiap hari dalam kompartemen kedap hari dan ini akan pasti menjamin keselamatan kalian selama seluruh perjalanan kehidupan kalian. Sentuh sebuah tombol dan dengarkan, pada setiap tahap kehidupan kalian, pintu-pintu besi menutup terhadap Masa Lalu - hari-hari kemarin sudah mati. Sentuh sebuah tombol lain dan tutup, denga tirai logam, Masa Depan - hari-hari esok yang belum lahir. Maka kalian aman - aman selama hari ini.

Jangan pikirikan tentang berapa banyak prestasi yang kalian harus raih, kesulitan-kesulitan yang harus diatasi, tetapi dengan takzim kerjakan tugas kecil di sisi kalian, biarkan pekerjaan itu cukup untuk hari ini saja; karena tentu saja kewajiban kita jelas bukanlah untuk melihat apa yang samar-samar terletak jauh di depan tetapi melakukan apa yang dengan gamblang ada di sisi kita.

Yesus menjelaskan hal yang sama secara lebih singkat: "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" (Matius 6:34)

Mudah mengatakannya. Tidak selalu mudah melakukannya, ya nggak ? Kita cenderung berkhawatir. Baru saja semalam saya merasa khawatir dalam tidur saya. Saya bermimpi bahwa saya didiagnosa mengidap ALS, sebuah penyakit yang melemahkan otot, yang merenggut nyawa ayah saya. Saya terjaga dari mimpi itu dan, pada saat itu juga di tengah malam, mulai khawatir. Kemudia saya teringat akan kata-kata Yesus, "Janganlah kamu kuatir akan hari besok." Dan akhirnya, saya memutuskan untuk tidak khawatir. Saya menjatuhkan tas keresahan itu. Bagaimanapun, mengapa sih membiarkan masalah hari besok yang dikhayalkan merebut istirahat saya malam ini ? Apakah saya bisa mencegah penyakit itu dengan tetap tidak tidur ? Apakah saya akan menunda penyakit itu dengan memikirkannya ? Tentu saja tidak. Jadi saya mealkkuakn hal yang paling spiritual yang bisa saya lakukan. Saya kembali tidur.

Mengapa Anda tidak melakukan yang sama ? Allah menuntun Anda. Biarkan masalah hari besok sampai besok.

Arthur Hays Sulzberger adalah penerbit New York Times selama Perang Dunia II. Karena konflik dunia tersebut, ia hampir tidak bisa tidur lagi. Ia tak pernah bisa mengusir kekhawatirannya dari pikirannya sampai ia menggunakan kata-kata berikut sebagai mottonya - "satu langkah cukup bagiku" - diambil dari kidung rohani "Lead Kindly Light" (Kidung Jemaat 411 - John Henry Newman / John Bacchus Dykes)

Lead, kindly Light ...
Keep Thou my feet; I do not ask to see
The distant scene; one step enough for me

Ya cahaya kasih, o bimbinglah ...
Tak usah nampak akhir jalanku
Cukup selangkah saja bagiku

Allah juga tidak akan membiarkan Anda melihat pemandangan yang jauh. Jadi sebaiknya Anda berhenti mencari-carinya. Ia menjanjikan sebuah lampu untuk kaki kita, bukan bola kristal untuk masa depan. Kita tidak perlu tahu apa yang akan terjadi besok. Kita hanya perlu tahu bahwa Ia menuntun agar kita "menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan ktia pada waktunya" (Ibrani 4:16).
 
Gbu all...

Selasa, 13 Mei 2014

Tuhan Gembalaku

Tak perlu was-was dan tak perlu dipusingkan oleh kebutuhan hidup... Tak perlu takut hidup dalam kekurangan... Gembalaku peliharaku.

Tak perlu dicekam rasa gelisah. Uang bukan jawabannya. Kedudukan dan popularitas juga tak bisa menjamin. Bahkan pil penenang pun tak akan bisa membuat kita tenang. Gembala kitalah yang menuntun ke air yang tenang.

Jangan biarkan beban dan tekanan hidup menghimpit kita sehingga membuat kita letih dan hampir-hampir menyerah kalah... Ia menyegarkan jiwa kita.

Kita mudah tersesat. Kita mudah bingung saat harus mengambil keputusan di sebuah persimpangan jalan. Ia menuntun kita di jalan yang benar.

Ketika perjalanan menjadi begitu sulit. Menerima tusukan semak berduri. Merasakan tajamnya bebatuan yang harus kita jalani.

Susahnya lembah curam yang
harus dilewati ... Ia membawa kita melintasinya.

Bagaimana jika rasa sepi menyergap? Bagaimana jika suatu keadaan memaksa kita untuk menjalaninya seorang diri? Ia selalu beserta kita.

Bagaimana dengan bahaya yang mengancam? Bagaimana dengan musuh yang siap menyerang kita? Sang Gembala tak pernah terlelap untuk melindungi

Hidup yang berkemenangan? Memiliki hidup yang lebih dari pemenang? Memiliki iman yang mengalahkan dunia? Mengatasi pencobaan dan menaklukannya? Ia menyediakan kemenangan di hadapan lawan kita.

Bukan kehidupan yang biasa-biasa. Lebih dari cukup. Berkelimpahan. Melimpah dalam segala bidang kehidupan. Bahkan kita bisa berbagi dengan banyak orang. Ia mengisi piala kita dengan melimpah.

Siapa yang bisa memuaskan hasrat dan kerinduan kita yang paling dalam? Siapa yang bisa menyentuh hati kita dan memberikan damai sejati? Keintiman yang membuat kita menghabiskan sisa umur kita di rumah Tuhan sepanjang masa.

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.


Gbu all...