Jumat, 31 Juli 2020

Pernikahan Bukan Peternakan

"TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

Beberapa minggu yang lalu ada salah seorang siswa yang sudah berkeluarga berbincang-bincang dengan saya selepas kuliah. Obrolan akhirnya sampai kepada keluarga, dan dia bercerita bahwa ia menceraikan istrinya dan kemudian menikah lagi. Alasannya apa? "karena tidak bisa punya anak.." katanya ringan sambil tertawa kecil. Saya merasa kaget, tapi sebenarnya itu adalah sebuah potret kehidupan. Begitu banyak orang yang akhirnya mengalami kegagalan rumah tangga karena kekecewaan akan pasangannya yang belum juga mampu menghadirkan keturunan. Ketika usia terus bertambah, namun tidak juga mendapat keturunan, apalagi setiap hari ditanyai "kapan punya anak" dari keluarga atau teman-teman, mereka pun mulai berpikir bahwa pernikahan mereka telah gagal. Sebagian lagi akan memakai hal ini sebagai alasan untuk menikah lagi untuk kedua kalinya. Apakah saya merasa tidak butuh keturunan? Sama sekali tidak. Saya masih terus berdoa agar Tuhan berkenan memberkati kami dengan keturunan. Saya, sama seperti pasangan lainnya, tentu mengharapkan keluarganya dilengkapi dengan anak-anak. Wajar jika kita berharap akan lahirnya anak-anak dari pernikahan kita. Namun yang ingin saya sampaikan adalah, tujuan utama sebuah pernikahan bukanlah untuk mempunyai anak. Pernikahan bukanlah peternakan.


Dari contoh siswa saya di atas tadi, dan banyak kasus lain mengenai kegagalan rumah tangga akibat tidak mendapat keturunan, saya melihat adanya salah kaprah mengenai tujuan utama mendirikan lembaga pernikahan. Mereka memandang pernikahan layaknya sebuah peternakan, dimana kita bisa mengembangbiakkan keturunan kita. Sekali lagi, pernikahan bukanlah peternakan. Sebuah pernikahan, dimana Tuhan sendiri yang memateraikan pembentukannya, punya tujuan yang jauh lebih penting daripada sekedar memiliki keturunan. Apalagi jika dasarnya hanyalah "kejar tayang" atau takut disebut "bujang lapuk/perawan tua", akibat nafsu, gengsi, desakan orang tua dan lain-lain. Itu semua bukanlah tujuan utama sebuah pernikahan menurut firman Tuhan. Ayat bacaan hari ini menyatakan dengan jelas tujuan Allah menciptakan pasangan buat manusia, yaitu sebagai penolong. Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam (ay 21), yang menunjukkan sebuah hubungan erat, bahwa istri adalah bagian hidup suami, bukan sekedar alat pemuas nafsu dan "pabrik" pembuat anak.Tapi Tuhan melengkapi kita dengan seorang pasangan agar kita bisa saling melengkapi, saling menyempurnakan dan saling menolong. Dalam sebuah pernikahan yang diberkati Tuhan, kita bisa mengalami, menikmati dan saling berbagi sukacita dan cintakasih. Kita bisa saling support ketika salah satu tengah mengalami kesulitan. Kita bisa menghidupkan sebuah persekutuan dengan memuliakan Allah diatas segalanya. Janji pernikahan yang kita ucapkan pun menyatakan hal itu, bukan menyatakan bahwa kita menikah untuk membuat anak. Memiliki penerus garis keturunan adalah penting dan merupakan dambaan hampir setiap orang, namun itu bukanlah yang terutama.

"Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN.." (Mazmur 127:3). Anak adalah pemberian dan anugerah dari Tuhan. Jangan tawar hati jika hingga saat ini anda masih seperti saya yang belum saatnya dikaruniai anak. Biarlah itu terjadi sesuai kehendak Tuhan, Sang Pencipta. Yang penting adalah kita menyadari hakekat dari sebuah pernikahan sesuai apa yang difirmankan Tuhan. Jangan merasa bahwa tanpa anak, lembaga pernikahan yang anda bangun sebagai sebuah kegagalan. Karena ada Allah yang bertahta di atasnya, yang telah memberkati dan mengikat penyatuan hubungan antara suami dan istri. Jadikan pernikahan sebagai tempat dimana anda bisa bersinergi dengan pasangan untuk memuliakan Tuhan, dan bersama-sama seiring sejalan melakukan kehendak Allah atas kehidupan kita. Pernikahan yang gagal bukanlah pernikahan yang tidak melahirkan anak, melainkan pernikahan yang tidak berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ada anak atau tidak, tetaplah miliki pernikahan yang sukses penuh dengan kebahagiaan

Sumber : Email


Gbu all...

Kamis, 30 Juli 2020

Jangan pernah lupakan ini!

Ulangan 31:8
“”Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30; Kolose 3; 2 Tawarikh 16-17

Suatu kali, kira-kira beberapa tahun yang lalu, Billy Graham mengalami masa-masa yang gelap dalam hidupnya. Meskipun ia telah berdoa kepada Tuhan mengenai apa yang ia alami, namun ia merasa langit seperti menjadi tembaga baginya. Tuhan seolah-olah telah menghilang dari hidupnya dan ia sendirian bersama pencobaan dan bebannya.

Billy Graham akhirnya menulis surat pada ibunya mengenai pengalamannya itu. Beberapa hari kemudian, ia pun mendapat surat balasan dari ibunya yang isinya sebagai berikut: “Nak, ada saatnya ketika Allah menarik diri-Nya untuk menguji imanmu. Dia ingin kau mempercayai Dia dalam kegelapan. Sekarang, raihlah dengan iman melewati kabut dan kau akan menemukan bahwa tangan-Nya ada di sana.”

Selesai membaca surat dari ibunya tersebut, tiba-tiba air mata keluar dari mata Billy Graham. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, ia pun mulai menangis dan hadirat Allah yang melimpah dengan sekejap ia rasakan. Hari itu sungguh menjadi hari yang tidak pernah ia lupakan hingga saat ini.

Entah kita merasakan atau tidak merasakan hadirat Allah di saat jalan kita gelap, namun tetap berimanlah bahwa Dia ada disana. Jangan ragukan firman-Nya yang berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” karena memang itulah kebenaran yang sesungguhnya.

Allah selalu ada bersama Anda dan dalam keadaan apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan Anda seorang diri.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia
Gbu all...

Rabu, 29 Juli 2020

Tidur Nyenyak

Mazmur 4:9
“Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 25; Matius 25; Yesaya 5-6

Salah satu permasalahan dunia saat ini adalah tingginya ketergantungan manusia akan penggunaan obat-obatan dan alkohol. Lebih parahnya lagi, hari-hari ini, orang-orang khususnya mereka yang tinggal di perkotaan menggunakan kedua barang tersebut agar dapat tidur nyentak di malam hari.

Hal itu tentunya menyedihkan Allah. Bukannya menghadapi dan mengurus masalahnya, mereka justru menggunakan obat-obatan atau alkohol untuk melarikan diri.

Namun, “solusi“ semacam itu hanya membuat semuanya bertambah buruk sebenarnya. Penulis kitab Amsal mengingatkan bahwa alkohol “.....memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak” (Amsal 23:32).

Allah sangat mengasihi Anda dan Dia ingin memberi Anda kedamaian yang diperoleh dari pengenalan akan Dia. Janji Yesus bagi para pengikut-Nya pada Matius 11:28 tidak perlu diragukan. Kelegaan pasti diterima bagi siapa saja yang lemah letih yang datang kepada-Nya.

Hanya Allah yang dapat memberikan damai sejati, tak ada yang lain yang mampu melakukannya.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia


Gbu all...

Selasa, 28 Juli 2020

Berterima Kasih

Kolose 3:17
“Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 24; Matius 24; Yesaya 3-4

Tolong dan terima kasih adalah sebagian dari kata-kata pertama yang diajarkan kepada kita. Tak ada yang segembira orangtua atau kakek dan nenek, saat seorang anak mengucapkan kata-kata itu untuk pertama kalinya dan tahu hubungan antara meminta dengan sopan dan menerima dengan berterima kasih.

Namun, saya yakin bahwa saat kita tumbuh dewasa, kita lebih terlatih untuk berkata “tolong” daripada “terima kasih”, terutama kepada Bapa surgawi. Kita lebih memusatkan perhatian kepada kebutuhan yang mendesak daripada apa yang sudah kita terima; kita lebih banyak memohon daripada menaikkan pujian.

Dalam Kolose 3, Paulus tiga kali mengingatkan kita untuk tetap bersyukur kepada Allah: “bersyukurlah” (ayat 15); bernyanyi dengan penuh syukur kepada Tuhan (ayat 16); “lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (ayat 17).

Dr. Michael Avery, presiden Sekolah Alkitab Allah di Cincinnati, Ohio, berkata, “Aroma harum dari jiwa yang bersyukur, menghormati dan memuliakan Allah. Hal itu mengusir kemuraman dan mendatangkan kedamaian yang indah serta pengharapan yang penuh berkat. Rasa syukur mendorong kemurahan hati.” Bersyukur kepada Allah itu adalah suatu tindakan yang baik.

Mengucap syukur seharusnya merupakan sikap yang terus menerus, bukan kadang-kadang.
 
Gbu all...

Senin, 27 Juli 2020

Hidup Tenang dan Tenteram

I Timotius 2:2
“Kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 22; Matius 22; 2 Tawarikh 25-26

Sebagai seorang Kristiani, kita tidak boleh mengisolasi diri dari dunia tempat kita hidup. Kita adalah bagian dari masyarakat, dan kita pun ikut terlibat dalam kesulitan, masalah, dan pengharapan yang dialaminya.

Alkitab banyak berbicara tentang tanggung jawab sosial kita. Nabi-nabi Perjanjian Lama menegur mereka yang mengabaikan orang miskin dan memanfaatkan orang lemah. Kehidupan manusia dipengaruhi oleh dosa, dan setiap upaya untuk memajukan masyarakat akan selalu tidak sempurna. Kita tidak akan pernah membangun masyarakat yang sempurna di muka bumi.

Kita harus mengurangi penderitaan, dan menyingkirkan akar masalah ketidakadilan, prasangka ras, kelaparan, dan kekerasan. Kita bekerja demi hidup yang tenang dan tentram serta harkat manusia bagi sesama. Mengapa? Karena Allah mengasihi dunia yang menderita ini. Yesus melihat kerumunan orang dan “tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan” (Matius 9:36).

Kristus peduli dengan pribadi manusia secara keseluruhan - termasuk lingkungan masyarakat tempat manusia itu hidup. Apakah kita juga memiliki kepeduliaan-Nya?

Keberadaan anak-anak Tuhan di muka bumi ini adalah untuk menjadi jawaban atas segala permasalahan yang ada di sekitarnya.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia
Gbu all...

Minggu, 26 Juli 2020

Biru

Bilangan 15:38
“Katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 21; Matius 21; 2 Tawarikh 23-24

Pada zaman dahulu, Allah selalu berbicara kepada bangsa Israel melalui perantaraan Nabi-nabi. Dia tidak pernah langsung mengatakan apa yang Dia inginkan kepada umat pilihan-Nya tersebut. Suatu kali Allah memberikan perintah kepada Musa untuk diteruskan kepada bangsa Israel. Dia menyuruh agar rombongan yang keluar dari Mesir itu membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka yang di dalamnya dibubuh benang ungu kebiru-biruan (Bilangan 15:38).

Jumbai-jumbai tersebut adalah pengingat bagi bangsa Israel agar tetap setia melakukan segala perintah-Nya dan menjadi kudus bagi-Nya (ayat 40). Benang biru, seperti warna langit, berbicara tentang kuasa dan anugerah keselamatan dari Allah yang tak terukur.

Hari ini kita masih perlu diingatkan. Di dalam segala kesibukan hidup, kita dapat dengan mudah melupakan Allah dan kasih-Nya bagi kita. Ada hal-hal yang dapat membantu mengingatkan kita akan kehadiran-Nya. Salah satunya adalah warna biru.

“Langkah pertama adalah mengingat,” kata Aslan di dalam buku C.S Lewis ‘The Silver Chair’. Aslan, sebagai figur Kristus, berpesan kepada Jill untuk “mengingat tanda-tanda” yang telah ia berikan kepadanya. Jika Anda mengerti tanda-tanda Allah, seperti nilai penting dari warna biru, Anda akan lebih mudah mengingat kasih-Nya. Danau di tengah pegunungan, sungai yang mengalir dari atas gunung, lautan langit yang biru, semuanya mengingatkan kita akan surga dan kasih Allah yang tak terukur.

Mulai sekarang, cobalah ketika melihat warna-warna biru tersebut, ingatlah akan kasih Allah, khususnya kasih-Nya yang Dia tunjukkan kepada Anda.

Berkat sehari-hari mengingatkan kita akan Allah setiap hari.
 
Gbu all...

Sabtu, 25 Juli 2020

Tidak Melihat Sebagai Kegagalan

Amsal 24:16
“Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 20; Matius 20; Amos 8-9

Penyelenggaraan Piala Dunia 2010 telah berakhir dan kita pun sudah mengetahui negara manakah yang membawa pulang trofi ajang empat tahunan ini. Walaupun begitu, banyak hal yang ternyata bisa dipetik dari ajang sepakbola sejagat ini. Salah satunya mengenai tidak lolosnya tim tuan rumah, Afrika Selatan ke putaran perdelapan final (16 besar).

Tim berjuluk Bafana Bafana ini sempat diunggulkan sejumlah pihak akan lolos dari putaran pertama karena posisinya sebagai negara penyelenggara PD 2010. Menurut kebiasaan, negara yang menjadi tuan rumah akan selalu lolos ke putaran kedua. Akan tetapi, hal ini ternyata tidak berlaku bagi timnas Afsel. Kalah dalam selisih gol dengan Meksiko membuat impian Mokoena dkk mengangkat trofi piala dunia hilang sudah.

Walaupun tak melaju ke perdelapan final, pelatih timnas Afsel Carlos Alberto Parreira memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa yang terjadi dengan timnya. "Kami kecewa karena tidak lolos, tapi saya tidak melihatnya sebagai sebuah kegagalan," ujar Parreira.

Timnas Afsel memang tidak bisa maju ke putaran selanjutnya, namun di hadapan para pendukungnya, skuad Carlos Alberto Parreira menorehkan tinta manis yakni mengalahkan juara Piala Dunia 1998 dan juara Eropa 2000, Prancis, pada laga terakhir grup A dengan skor 2-1.

Dalam hidup ini kita memiliki banyak target pribadi. Setiap target yang telah kita buat, kita mau itu terjadi dalam kehidupan kita. Bahkan dengan keyakinan ‘saya sudah mendoakannya kepada Tuhan’, kita begitu percaya diri bahwa target kita tersebut akan terealisasi pada waktu yang sudah kita doakan. Akan tetapi, dalam kenyataannya hal ini kerap tak berjalan dengan semestinya.

Apa yang kita pikirkan akan berhasil atau tercapai ternyata dalam realisasinya tidaklah demikian. Kita mungkin di awal tahun membuat target agar di pertengahan tahun memiliki atau mendapatkan sesuatu. Tetapi, sampai waktu yang direncanakan, hal tersebut tidak terjadi. Rasa kecewa pasti ada ketika apa yang kita targetkan meleset. Namun, janganlah itu dilihat sebagai sebuah kegagalan.

Satu kekalahan atau tidak tercapainya target-target tertentu bukan berarti kita gagal. Justru ini adalah kesempatan terbaik untuk mengintrospeksi diri dan belajar bersyukur atas segala kebaikan yang sudah kita terima dari Tuhan.

Orang berhasil bukanlah orang yang targetnya tidak pernah meleset, tetapi orang yang tak pernah putus asa sekalipun apa yang ditargetkan meleset dari yang direncanakan. 


Gbu all....

Jumat, 24 Juli 2020

Tergesa Membawa Celaka

Amsal 16:32
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 19; Matius 19; Amos 6-7

Alkisah pada masa dinasti Song ada seorang petani yang tidak pernah sabar. Ia merasa padi di sawahnya tumbuh sangat lambat. Akhirnya ia berpikir, “Jika saya menarik-narik padi itu ke atas, bukankah saya membantunya bertumbuh lebih cepat?” Lalu ia menarik-narik semua padinya. Sampai di rumah, dengan bangga ia bercerita kepada istrinya bahwa ia baru saja membantu padinya bertumbuh lebih cepat.

Keesokkan harinya ia pergi ke sawah dengan bersemangat, tetapi betapa kecewanya ia ketika melihat bahwa semua padi yang kemarin ditariknya ke atas sudah mati. Karena tidak sabar, “usahanya untuk membantu” malah membuatnya rugi besar.

Demikian pula dengan Saul, raja Israel. Sebelum Saul berperang ke Gilead melawan bangsa Filistin, Samuel sudah berpesan bahwa ia akan datang kepada Saul untuk mempersembahkan korban. Samuel meminta Saul menunggu ia datang untuk memberi instruksi (I Samuel 13:8). Namun, Saul tidak mengindahkan perintah Samuel maupun hukum Tuhan. Ia tidak sabar menunggu Samuel. Ia lebih takut ditinggalkan rakyatnya dari pada takut pada Tuhan. Ketidaksabarannya membawa dampak yang fatal, Tuhan menolaknya sebagai raja (ayat 14).

Dalam hidup ini, kita juga kerap tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika pertolongan Tuhan rasanya tak kunjung tiba, jangan tergesa mengambil jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, malah sering kali mendatangkan masalah baru yang justru lebih besar! Akar ketidaksabaran adalah tidak percaya. Jika kita sungguh-sungguh percaya Allah mampu menolong, kita akan menanti Dia dengan sabar.

Dalam hidup orang yang sabar selalu ada banyak kesempatan untuk Allah bekerja.
 
GBu all...

Kamis, 23 Juli 2020

Di Balik Kebisingan

Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 18; Matius 18; Amos 3-5

Sebagai orang Kristen sudah seharusnya kita tidak berpikir seperti dunia ini. Dunia dengan segala iklan, percakapan, dan filosofinya mengandung unsur-unsur pencucian otak besar-besaran. Orang-orang Kristen kadang kala tidak sadar bahwa mereka diserang dari berbagai arah propaganda duniawi, yang mendorong kita untuk hidup bagi diri sendiri dan menempatkan materi serta kesenangan pribadi melebihi Allah. Sistem limbah dunia membawa ancaman kontaminasi pada aliran pikiran orang Kristen.

Namun, di balik kebisingan kita dapat mendengar bunyi firman Tuhan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).

Hitunglah waktu yang Anda luangkan bila nanti membaca Alkitab dan berdoa. Bandingkan dengan jumlah waktu menonton televisi atau bermain internet. Apakah Allah memperoleh bagian dalam waktu dan perhatian Anda? Apakah dunia ini yang membentuk pikiran Anda ataukah Kristus?

Sekuat apapun dunia mencoba meracuni pikiran Anda, itu tidak akan berhasil jika Anda terus mendekat kepada Allah.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia 


Gbu all...

Rabu, 22 Juli 2020

Percaya Pada Tuntunan Tuhan

Mazmur 107:30
“Dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 17; Matius 17; Amos 1-2

Mazmur 107 menceritakan tentang “orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal” (ayat 23). Sepanjang perjalanan mereka di laut, mereka melihat Allah sebagai Pribadi yang berada di balik badai yang bergelora dan Pribadi yag menenangkan badai tersebut. Di dunia kapal layar, ada dua ketakutan besar, yaitu angin ribut yang menakutkan dan tidak ada angin sama sekali.

Di dalam puisi yang berjudul ‘The Rime of the Ancient Mariner’, penyair Inggris, Samuel Taylor Celeridge (1772-1834) menggambarkan badai dan kesunyian di laut. Dua kalimat dari puisi tersebut telah sangat terkenal. “Air, air di mana-mana. Dan tak setetes pun dapat menghapus dahaga.”

Pada posisi garis lintang tertentu, angin benar-benar berhenti bertiup sehingga kapal layar tidak bergerak. Kapten dan awak kapal “terjebak” tanpa bantuan. Akhirnya, tanpa adanya angin yang bertiup, persediaan air mereka pun habis.

Kadang kala kehidupan menuntun kita untuk bertahan di dalam badai. Namun pada kesempatan yang lain, kita juga diuji di dalam kejemuan. Kita mungkin merasa terjebak. Sesuatu yang sangat kita idam-idamkan, sama sekali tidak dapat kita raih. Akan tetapi, sekalipun kita berada di dalam keadaan krisis atau berada di sebuah tempat di mana “angin” rohani telah diambil dari pelayaran kita, sangatlah penting bagi kita untuk mempercayai tuntunan Allah. Tuhan yang bertakhta atas situasi yang berubah-ubah, pada akhirnya akan menuntun kita menuju pelabuhan kesukaan kita (Mazmur 107:30).

Allah menentukan perhentian sekaligus perjalanan kita.


Gbu all...

Selasa, 21 Juli 2020

Pembawa Kristus

Matius 21:5
“Lihat, Rajamu datang padamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 14; Matius 14; 2 Raja-Raja 11-12

Seorang pendeta berkhotbah tentang Kristus yang memasuki kota Yerusalem dengan penuh kemenangan. Ia lalu bertanya, “Bagaimana jika seandainya keledai yang dinaiki Yesus berpikir bahwa semua sorak-sorai itu ditujukan untuk dirinya? Bagaimana jika seandainya hewan kecil itu yakin bahwa seruan hosana dan ranting-ranting itu ditujukan untuk menghormati dia?”

Sang pendeta lalu menunjuk kepada dirinya sendiri dan berkata, “Saya adalah seekor keledai. Semakin lama saya berdiri di sini, maka Anda akan semakin menyadarinya. Saya hanyalah seorang pembawa Kristus, bukan pribadi yang menjadi pusat pujian.”

Pada Minggu Palem, sang keledai hanyalah pembawa Kristus, yang membawa Putra Allah ke dalam kota. Di sana Dia akan memberikan nyawa-Nya bagi dosa dunia.

Apabila kita dapat mengembangkan “mentalitas keledai” yang sehat, maka kita akan memiliki aset yang luar biasa untuk menjalani hidup ini. Dengan mental seperti itu, kita tidak akan memikirkan hal yang dipikirkan orang lain tentang diri kita, tetapi kita justru akan bertanya, “Dapatkah mereka melihat Kristus Yesus, Sang Raja?” Kita tidak akan mengharapkan pujian atas pelayanan yang kita lakukan. Namun, sebaliknya kita akan puas bila dapat meninggikan Tuhan.

Hidup seorang Kristen bagaikan sebuah jendela yang melalui dirinya orang lain dapat melihat Yesus.
Gbu all...

Senin, 20 Juli 2020

Meredakan Kemarahan

Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 9-10

Mungkin tidak banyak dari Anda yang mengenal pasangan suami istri asal Amerika Serikat ini, tetapi jika Anda mengetahui apa yang telah mereka lakukan di dalam kehidupan mereka pasti akan membuat mulut Anda terbuka lebar. Percy Arrowsmith dan Florence sempat masuk ke dalam buku rekor Guinness tahun 2005 sebagai suami istri tertua di dunia karena keduanya telah menikah selama 80 tahun.

Saat sebuah media lokal menanyakan mengenai rahasia keawetan rumah tangganya, pasangan kakek nenek ini menjawab bahwa mereka tidak akan pernah tidur sebelum konflik antarkeduanya selesai. Menurut mereka, membawa kemarahan di waktu tidur tidaklah mengenakkan. Mereka juga mengungkapkan, setiap bertengkar mereka selalu berusaha mengampuni sebelum larut malam agar hari itu bisa ditutup dengan ciuman dan genggaman tangan.

Kemarahan dapat datang tiba-tiba; ketika kita dicurangi, dituduh bersalah, atau saat melihat ketidakadilan. Pemazmur mengetahui apa yang dialami oleh hampir setiap manusia di dunia ini sehingga ia menuliskan mengenai bagaimana cara meredakannya. Pemazmur memberikan nasihat agar bagi orang yang marah hendaklah memberhentikan amarahnya (Mazmur 37:8) dan menyerahkan masalah yang ia sedang hadapi kepada Tuhan (ayat 5). Biarkanlah Tuhan yang bertindak dan memunculkan keadilan di saat kita alami ketidakadilan (ayat 10:11). Kemarahan tidak berguna. Jika disimpan, ia bagai sampah yang membusuki hati.

Apakah Anda sedang marah atau seringkali marah? Datangnya marah tak bisa dicegah, tetapi ia bisa diredakan. Ceritakan kekesalan Anda kepada Tuhan, nantikan Dia bertindak, lalu padamkan amarah Anda sebelum mentari terbenam. Jangan biarkan kemarahan mengotorkan hati, mematahkan semangat, dan mengganggu waktu tidur Anda!

Kemarahan itu bagaikan kanker, ia harus segera dibabat sebelum merambat.
Gbu all...

Minggu, 19 Juli 2020

Bukan Mimpi Belaka

Kejadian 37:5
“Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 11; Matius 11; 2 Tawarikh 22

Setiap manusia pasti pernah bermimpi dalam hidupnya. Baik mereka yang hidup dalam perkotaan maupun di desa-desa, semuanya pasti pernah memimpikan sesuatu. Namun, saya disini tidak berbicara mengenai mimpi-mimpi yang bersifat negatif, melainkan mimpi-mimpi yang membangkitkan semangat dan motivasi hidup.

Secara pribadi, saya sebenarnya bukanlah orang yang suka bermimpi ketika tidur. Sampai saat ini saja jumlah kejadian dimana saya bermimpi waktu sedang tidur adalah tidak lebih dari lima kali. Salah satu mimpi di tidur saya yang masih saya ingat hingga sekarang adalah mimpi dimana saya keliling Indonesia dan beberapa negara lain di dunia.

Sejujurnya, saya tidak pernah tahu mengapa saya memimpikan hal tersebut dan percaya apakah itu bisa terwujud. Bagi saya yang masih berusia 8 tahun, mimpi tersebut sangatlah tinggi. Namun berjalannya waktu, apa yang saya mimpikan dulu mulai tergenapi. Lewat jalur pendidikan, beberapa provinsi dan kota khususnya di pulau Jawa telah saya jalani.

Memang apa yang saya alami ini masih sangatlah jauh dari ukuran “mengelilingi Indonesia dan beberapa negara di dunia”, tetapi paling tidak jalan untuk tergenapinya salah satu mimpi saya ini telah terbuka. Saya yakin bahwa apa yang Tuhan lakukan di dalam kehidupan Yusuf anak Yakub dahulu kala dimana setiap mimpi Yusuf digenapi di dalam kehidupannya pasti juga terjadi di dalam kehidupan saya.

Adakah mimpi-mimpi di kala tidur Anda yang belum juga menjadi kenyataan hingga hari ini? Berapakah jumlahnya? Apakah ketika itu belum terwujud, rasa optimisme Anda menjadi berkurang? Seperti Yusuf anak Yakub, marilah percaya dengan mimpi-mimpi Anda. Berdoalah kepada Tuhan agar Dia membukakan jalan bagi tergenapinya mimpi-mimpi Anda tersebut. Tanamkan kata-kata penguatan ini di hati Anda masing-masing: “mimpi saya bukanlah mimpi belaka.”

Yang memutuskan mimpi Anda menjadi sebuah kenyataan atau tidak adalah diri Anda sendiri.


Gbu all..

Sabtu, 18 Juli 2020

Tangan Terbuka VS Tangan Tergenggam

Lukas 12:34
“Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 10; Matius 10; Obaja 1

Film buatan Inggris berjudul Millions (Jutaan) mengisahkan secara menarik mengenai dua orang kakak beradik yang menemukan sekantong penuh uang, yang tidak jelas siapa pemiliknya. Si bungsu ingin menggunakannya untuk menolong orang miskin, sementara si sulung melihat uang itu sebagai jalan menuju popularitas dan hidup yang enak. Film itu membandingkan secara kontras kebebasan dari roh yang murah hati dengan kefrustasian dari tangan yang menggegam.

Seorang pendeta yang berkhotbah di sebuah ibadah dimana saya pernah ikuti berkata, “kejatuhan manusia ke dalam dosa telah membuat tangan kita menggegam kuat.” Ajaran Yesus tentang iman dan kemurahan hati menuntun kita untuk membuka tangan. Dia berkata, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! ... Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada!” (Lukas 12:32-34).

Kata-kata Tuhan mungkin terdengar begitu radikal, sehingga sulit bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara mempraktikkannya. Namun, jika kita benar-benar mencari tuntunan-Nya, Dia akan menuntun setiap langkah kita dan menjaga hati kita dari kekhawatiran.

Ada lebih banyak kuasa di dalam tangan yang terbuka daripada tangan yang tergenggam.
 
Gbu all...

Jumat, 17 Juli 2020

Panggilan Tertinggi

Lukas 14:33
“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 8; Matius 8; 2 Raja-Raja 5-6

Ketika perusahaan minyak Standard Oil Company mencari perwakilan di Timur Tengah, mereka mendekati seorang misionaris dan menawarkan 10.000 dolar kepadanya. Ia menolak tawaran itu. Mereka menaikkannya menjadi 25.000 dolar, dan sekali lagi ia menolaknya.

“Apa yang kurang?” tanya mereka.

Ia menjawab, “Harganya sudah bagus, tetapi pekerjaan Anda terlalu kecil.” Allah telah memanggilnya menjadi misionaris, dan segala sesuatu tidak dapat menyamai panggilan itu.

Kita menjadi apa bagi Kristus? Kebanyakan orang Kristen tidak dipanggil untuk menjadi misionaris atau Pengkhotbah, tetapi mereka dipanggil untuk mengikut Kristus. Mereka dipanggil untuk setia di mana pun Dia menempatkan mereka – di sekolah, di rumah, di pabrik atau kantor, di tengah masyarakat dan bangsa. Mereka dipanggil untuk dikendalikan oleh Roh dan menghasilkan buah Roh. Mereka dipanggil untuk menjadi duta-duta Kristus di mana pun Allah menempatkan mereka.

Tidak ada yang sungguh-sungguh layak kita perhatikan lebih daripada panggilan Allah.

Memenuhi panggilan Raja di atas segala raja adalah sebuah kehormatan yang nilainya tidak dapat digantikan oleh apa pun juga yang ada di muka bumi ini.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia 


Gbu all...

Kamis, 16 Juli 2020

Jadilah Bijak

Yeremia 2:30
“Sia-sia Aku telah memukuli anak-anakmu, hajaran tidaklah mereka terima”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 7; Matius 7; 2 Raja-Raja 3-4

Bangsa Israel berkali-kali mengabaikan didikan Allah (Yeremia 2:30). Tuhan merasa sedih karena bangsa Israel tidak mau mengakui kesalahan dan mengubah cara hidup mereka.

Saya pernah bertemu dengan para orangtua yang patah hati melihat perilaku anak-anak mereka. Karena itu, sungguh melegakan ketika mendengar seorang pendeta muda yang pada upacara pemakaman ayahnya mengungkapkan ucapan syukur dan hormat atas koreksi-koreksi kesalahan yang pernah dilakukan orangtuanya.

Pendeta muda itu menceritakan bahwa ketika masih remaja, ia pernah ditangkap polisi karena melempar batu ke sebuah tempat yang dapat mencelakakan dirinya sendiri. Polisi itu memberitahu ayahnya jika ia mampu mendisiplinkan anaknya, maka anak itu tidak perlu dimasukkan ke lembaga pengawasan anak nakal.

Pendeta muda itu masih ingat, dari wajah sang ayah tersirat bahwa sebenarnya ayahnya lebih suka menyerahkannya ke lembaga tersebut. Namun, hal itu tidaklah menyakiti hatinya karena ia tahu bahwa ayahnya sungguh-sungguh mencintainya. Ketika semakin dewasa, pendeta muda itu mulai menunjukkan perubahan ke arah yang baik. Bahkan, ia mengaku kini telah menjadi orang yang bertanggung jawab dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya semua berkat didikan sang ayah yang dikasihinya.

Tidak jadi masalah apakah koreksi itu berasal dari Tuhan, orangtua, atau dari pihak lain, karena hasilnya nanti ditentukan oleh respon kita. Ingatlah, “Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi” (Amsal 15:32).

Terimalah koreksi dari orang-orang di sekitar Anda karena lambat laun koreksi untuk Anda akan terus berkurang. 
 
Gbu all...

Rabu, 15 Juli 2020

Terkenal dan Dihormati

Kisah Para Rasul 14:12
“Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena dialah yang berbicara”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 6; Matius 6; 2 Raja-Raja 1-2

Menjadi terkenal dan dihormati adalah impian hampir sebagian besar manusia di bumi. Tidak hanya mereka yang bergelut di dunia keartisan, para pejabat, pemimpin perusahaan, atau pun tokoh masyarakat sekalipun pasti sangat senang ketika orang banyak menyanjung nama mereka dan memberikan penghormatan.

Paulus dan Barnabas adalah dua tokoh di Alkitab yang dicatat pernah begitu terkenal dan dihormati semasa mereka hidup. Mereka mendapat kedua hal itu karena mukjizat yang Tuhan adakan melalui mereka (Kisah Para Rasul (KPR) 14:8-10). Kedua rasul Tuhan tersebut bahkan begitu dipuja layaknya dewa (ayat 11-13). Bisa dibayangkan prospek kenikmatan yang bisa mereka nikmati jika mereka menerima pemujaan itu. Namun, Paulus dan Barnabas tidak tergoda dan tidak lupa diri (ayat 14-15a). Mereka ingat siapakah mereka dan apa tugas mereka. Oleh karena itu, mereka segera memakai kesempatan tersebut untuk menunaikan tugas memberitakan injil (ayat 15b-17).

Adalah manusiawi kalau kita ingin terkenal dan dihormati. Adalah alami juga kalau kita menjadi tenar dan dihormati karena keberanian dan kesuksesan kita. Akan tetapi, janganlah sampai ketenaran dan penghormatan itu membuat kita lupa diri. Ingatlah, segala keberhasilan kita adalah anugerah Tuhan sehingga sudah seharusnya kita menggunakannya untuk memuliakan Dia dan memberkati orang lain.

Ketenaran dan penghormatan diberikan Tuhan bagi kita untuk memuliakan Dia dan mendatangkan berkat bagi sesama.
Gbu all...

Selasa, 14 Juli 2020

Orang yang Tak Pernah Keliru

Pengkhotbah 9:18
“Hikmat lebih baik daripada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 5; Matius 5; 2 Tawarikh 20-21

Suatu kali seorang teman saya pernah mengingatkan saya tentang kekeliruan. Menurut dia, saat ini banyak orang yang kebablasan menanggapi kekeliruan. Kekeliruan dianggap sebuah hal yang biasa dilakukan oleh semua manusia dan itu sah-sah saja bila terjadi dalam kehidupan mereka. Padahal seorang manusia sebenarnya bisa saja tidak pernah melakukan kekeliruan sedikit pun sepanjang hidupnya.

Waktu saya mendengar hal ini, awalnya saya tidak saya tidak setuju dengan apa yang ia ungkapkan. Namun, ketika saya merenungkan kembali kata-kata teman saya itu dalam hati dan pikiran saya, saya menjadi mengerti bahwa apa yang dikatakannya adalah benar.

Harus diakui, kita kerap memberikan porsi yang lebih kepada kekeliruan. Ini terlihat pada saat kita melakukan suatu kekeliruan. Ketika kita telah melakukan satu kekeliruan di dalam kehidupan kita pada hari ini, kita bukannya belajar dari kekeliruan yang pernah kita perbuat tersebut dan memperbaikinya, malah kita justru cenderung melakukan kekeliruan demi kekeliruan yang sama lagi di kemudian hari.

Tuhan mengetahui “kelemahan” kita ini. Terbukti pada waktu Dia menciptakan kita ke bumi, Dia memperlengkapi kita dengan hikmat. Hikmat inilah yang mampu menjauhkan kita dari kekeliruan yang akan kita perbuat. Akan tetapi, hikmat manusia belum lah cukup. Kita perlu sesuatu yang lebih kuat menopang diri kita agar tidak terus masuk ke dalam lubang kekeliruan dan itu hanya dapat diberikan oleh Tuhan sendiri.

Hanya hikmat Tuhan yang sanggup membuat Anda tidak berlaku keliru di dunia ini. Bukan hanya itu, dengan hikmat-Nya, Anda juga akan semakin bijaksana ketika menjalani hidup. Setiap perbuatan dan perkataan Anda akan semakin serupa dengan-Nya.

Apakah Anda mau memiliki hikmat Tuhan ini di dalam kehidupan Anda? Cara mendapatkannya sangatlah mudah: Bangunlah kehidupan pribadi dengan-Nya setiap waktu dan bacalah firman-Nya setiap hari. Hanya lewat dua hal inilah Anda bisa menjadi orang yang tidak pernah keliru.

Bersama Allah, Anda tidak akan pernah melakukan kekeliruan.
 
Gbu all...

Senin, 13 Juli 2020

Pengampunan yang Melimpah

Mazmur 32:1
“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 3; Matius 3; 1 Raja-Raja 19-20

Suatu hari ada seorang anak laki-laki sensitif di abad ke delapan belas yang bergabung dalam ketentaraan Inggris. Ia terlihat begitu semangat ketika menjalani latihan pertama kali. Setiap instruksi pelatih, ia lakukan dengan penuh semangat. Hingga tibalah waktu latihan dengan menggunakan senjata api.

Ia mulai gelisah begitu melihat satu per satu rekannya mulai menembakkan senjata ke target yang telah ditentukan oleh atasannya. Belum sampai waktunya untuk maju, anak laki-laki ini kabur dari kesatuan tanpa ada pemberitahuan kepada atasannya.

Bertahun-tahun kemudian ia menjadi seorang astronom besar, bahkan menemukan sebuah planet. Tanpa disangka-sangka, Raja George mengirimkan surat undangan datang ke Istana kepada anak laki-laki yang telah bertumbuh menjadi seorang pria gagah ini. Ia pun memenuhi undangan raja dengan perasaan takut mengingat ia pernah kabur dari kemiliteran.

Dalam pikiran pria ini adalah ia akan mendapat hukuman dari raja karena perbuatannya di masa lalu. Namun, perkiraannya salah. Saat Raja George tiba dan bertemu dengannya, ia diperlakukan dengan sangat hangat. Tak ada kesan bahwa raja marah kepadanya. Bahkan, sebelum raja berpisah dengannya, ia diberikan sebuah amplop dimana di dalamnya berisi mengenai pengampunan kerajaan kepadanya dan pengangkatan dirinya sebagai anggota rumah tangga kerajaan.

Inilah yang Allah janjikan juga pada setiap manusia di bumi bahwa Dia memberikan pengampunan kepada kita yang mau mengakui dosa-dosa kita di hadapan-Nya. Dia melakukannya bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena Dia sangatlah mengasihi kita.

Maukah Anda menerima anugerah pengampunan-Nya yang melimpah ini? Anugerah yang tidak akan dapat dinikmati apabila Tuhan Yesus telah datang kembali ke muka bumi. Oleh karenanya, sebelum semua terlambat, ambillah kesempatan ini sekarang juga !

Sebesar apapun dosa yang Anda perbuat, ketika Anda mau mengakuinya dan mau bertobat maka pengampunan Allah tersedia bagi Anda.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia
 
Gbu all...

Minggu, 12 Juli 2020

Tiga Kata Ajaib

Efesus 4:29
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 2; Matius 2; 1 Raja-Raja 17-18

Seorang dosen beragama Kristen di kampus saya pernah memberikan wejangan kepada kami, para mahasiswanya, sebelum memberikan mata kuliah. Beliau mengatakan, bahwa ada tiga kata ajaib yang harus diingat oleh setiap kami sebagai bagian dari kelompok masyarakat, yakni tolong, maaf, dan terima kasih. Menurutnya, meskipun pendek, ketiga kata itu sangatlah bermanfaat saat kami menjalin relasi dengan orang lain.

Salah satu nasihat yang diberikan oleh Paulus untuk jemaat di Efesus adalah agar mereka memerhatikan dengan seksama perkataan yang mereka ucapkan. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia” (Efesus 4:29).

Membiasakan diri untuk mengucapkan kata ‘tolong’, ‘maaf’, dan ‘terima kasih’ merupakan bagian dari perkataan baik yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus. Selain dapat membangun diri setiap orang yang mendengarnya, kata-kata tersebut dengan ajaib dapat menambah jumlah sahabat, mempererat hubungan dalam keluarga, meningkatkan rasa hormat, bahkan dapat menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Maukah Anda mengalami keajaiban dari perkataan baik yang Anda ucapkan? Jika iya, mulailah hari ini memakai tiga kata tersebut ketika Anda bertemu dengan orang-orang di sekitar Anda. Lihatlah ketika Anda melakukannya, keajaiban demi keajaiban akan Anda alami. Percayalah !

Hidup Anda adalah buah dari perkataan Anda


Gbu all...

Sabtu, 11 Juli 2020

Patuh Pada Pemerintah

Roma 13:1
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 1; Matius 1; 1 Raja-Raja 15-16

Pemerintahan setiap negara di dunia ini selalu memiliki kebijakan masing-masing dalam mengatur rakyatnya. Mungkin ada aturan-aturan yang sama, tetapi tidak jarang juga ada yang berbeda. Secara universal, tujuan dari dibuatnya suatu peraturan atau peraturan-peraturan di dalam suatu negara yakni agar orang-orang yang ada di sana dapat hidup lebih tertib dan teratur.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma berpesan agar mereka taat kepada pemerintah. Ia mengingatkan bahwa keberadaan sebuah pemerintahan tidak terlepas dari perkenanan Tuhan. Pemerintah adalah wakil Allah sehingga kepatuhan kepadanya juga berarti kepatuhan kepada Allah. Namun dalam kenyataannya, tidak setiap pemerintah mampu bersikap adil. Bisa saja terjadi pembedaan seperti yang dialami oleh Nabi Daniel.

Ketika pemerintah tempatnya mengabdi menjatuhkan sanksi - yang boleh dipandang sebagai pemerintah yang sedang menjalankan kebijakannya, Daniel tidak melakukan perlawanan. Ia justru menjalani setiap sanksi yang ditimpakan kepadanya tanpa keluar kata-kata keluhan sedikit pun dan Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai sebuah kebenaran. Tuhan akhirnya memberikan pertolongan kepada Daniel lewat cara-Nya yang ajaib dan luar biasa.

Apakah Anda selama ini sudah menjalankan tugas sebagai seorang warga negara yang baik? Jika belum, marilah berubah dan mulai lakukan apa yang sudah diatur pemerintah kita dengan hati yang rela dan tanpa bersungut-sungut.

Orang beriman menyatakan imannya melalui kehidupan dalam ketaatan yang nyata.


Gbu all...

Jumat, 10 Juli 2020

Peran Dalam Cerita Keluarga

II Korintus 5:18
“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 31; Kolose 4; 2 Tawarikh 18-19

Banyak orang menyukai cerita mengenai keluarga. Selain karena menyentuh hati, hal yang diceritakan sangat nyata dengan kehidupan manusia.

Pengarang Henri Nouwen, di dalam bukunya yang berjudul The Return of The Prodigal Son, mengatakan bahwa semua orang Kristen, pada titik tertentu dalam perjalanan iman mereka, diwakili oleh salah satu dari ketiga karakter utama dalam cerita tersebut. Kadang-kadang kita menjadi anak yang memberontak, yang membutuhkan pertolongan dan pengampunan. Pada kesempatan lain, kita adalah sang kakak yang ingin menyimpan kemarahan dan tidak mau mengampuni. Namun, apabila kita semakin dewasa, kita akan menjadi seperti sang bapak, yang rindu melihat semua anaknya diperdamaikan.

Dalam akhir bukunya, Nouwen menuliskan kata-kata berikut ini: “Pada saat saya memperhatikan tangan saya yang menua, saya kemudian menyadari bahwa kedua tangan itu diberikan untuk menjangkau mereka yang menderita, untuk menepuk bahu-bahu mereka yang datang, dan untuk menawarkan berkat dari kebesaran kasih Allah.”

Peran apakah yang Anda mainkan di dalam cerita keluarga Anda? Apakah Anda membutuhkan keberanian untuk bertobat dan memohon pengampunan? Atau apakah Anda membutuhkan belas kasihan untuk memberikan pengampunan?

Allah telah memberikan kepada anak-anak-Nya “pelayanan pendamaian” (I Korintus 5:18,19). Sekarang adalah waktu untuk memulainya.

Sikap yang benar terhadap keluarga dimulai dengan sikap yang benar terhadap Allah.


Gbu all...

Kamis, 09 Juli 2020

Meraih Tangan-Nya

Ulangan 31:8
“”Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30; Kolose 3; 2 Tawarikh 16-17

Suatu kali, kira-kira beberapa tahun yang lalu, Billy Graham mengalami masa-masa yang gelap dalam hidupnya. Meskipun ia telah berdoa kepada Tuhan mengenai apa yang ia alami, namun ia merasa langit seperti menjadi tembaga baginya. Tuhan seolah-olah telah menghilang dari hidupnya dan ia sendirian bersama pencobaan dan bebannya.

Billy Graham akhirnya menulis surat pada ibunya mengenai pengalamannya itu. Beberapa hari kemudian, ia pun mendapat surat balasan dari ibunya yang isinya sebagai berikut: “Nak, ada saatnya ketika Allah menarik diri-Nya untuk menguji imanmu. Dia ingin kau mempercayai Dia dalam kegelapan. Sekarang, raihlah dengan iman melewati kabut dan kau akan menemukan bahwa tangan-Nya ada di sana.”

Selesai membaca surat dari ibunya tersebut, tiba-tiba air mata keluar dari mata Billy Graham. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, ia pun mulai menangis dan hadirat Allah yang melimpah dengan sekejap ia rasakan. Hari itu sungguh menjadi hari yang tidak pernah ia lupakan hingga saat ini.

Entah kita merasakan atau tidak merasakan hadirat Allah di saat jalan kita gelap, namun tetap berimanlah bahwa Dia ada disana. Jangan ragukan firman-Nya yang berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” karena memang itulah kebenaran yang sesungguhnya.

Allah selalu ada bersama Anda dan dalam keadaan apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan Anda seorang diri.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia


Gbu all...

Rabu, 08 Juli 2020

Sahabat Sampai Akhir

Amsal 18:24
“Ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 28; Kolose 1; 2 Tawarikh 12-13

Biasanya di setiap sekolah kedokteran, para mahasiswa telah dilatih untuk menolong pasien agar tetap hidup, sementara itu mereka diberi sedikit instruksi untuk membantu pasien menghadapi kematian. Namun, hal ini kemudian berubah dengan ditambahnya mata kuliah tentang pendampingan orang yang mendekati ajal. Kini para dokter diajarkan bahwa apabila mereka telah mengerahkan seluruh kemampuan medis tetapi tidak menghasilkan kesembuhan, mereka harus memanfaatkan kesempatan untuk mendampingi pasien yang sekarat dengan penuh belas kasih dan menjadi sahabat baginya.

Kematian mungkin dapat menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar kita dan membuat kita merasa canggung menghadapi seorang pasien yang sudah sekarat. Namun, kesempatan terbesar kita untuk menolong seseorang dalam nama Yesus dapat datang selama hari-hari terakhirnya di dunia ini.

Alkitab berbicara tentang persahabatan yang tidak memiliki batasan. Orang bijak berkata, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu” (Amsal 17:17). Dan “ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara” (Amsal 18:24). Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13).

Tuhan Yesus yang kita sembah adalah Tabib Yang Agung sekaligus Sahabat kita. Dia berjanji tidak akan meninggalkan ataupun mengabaikan kita (Ibrani 13:5). Untuk itu Dia pun meminta kita untuk mendampingi sahabat dan keluarga kita di dalam namaNya, saat mereka hampir di penghujung perjalanan mereka di dunia. Inilah yang akan dilakukan seorang sahabat sejati.

Seorang sahabat sejati akan setia sampai akhir.

Gbu all...

Selasa, 07 Juli 2020

Indahnya Sebuah Kebersamaan

Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 27; Filipi 4; 2 Tawarikh 10-11

Bagi Wendri, jam istirahat kantor adalah waktu yang ia nanti-nantikan karena disitu ia bisa makan bersama-sama dengan teman kantornya. Kebersamaan yang terjadi ketika itu, menurutnya sangatlah menyenangkan. Hal yang sama ia inginkan ketika berada dalam satu komunitas orang-orang muda di gerejanya, atau ketika ia meluangkan waktu untuk pulang ke rumah dan bertemu dengan orangtuanya. Makan bersama, meski terkadang dengan lauk sederhana, tidak menjadi masalah oleh karena ada kebersamaan yang dirasakan.

Firman Tuhan mengajar kita agar mengedepankan kebersamaan. Hal itu menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Mengapa? Karena kebersamaan membuat kita rela melebur menjadi satu sehingga tidak ada lagi keinginan untuk menonjolkan diri. Kebersamaan juga membuat kita mampu memperkaya nilai-nilai yang diyakini orang lain. Bertambahnya wawasan juga membuat kita semakin berdaya. Kebersamaan juga dapat membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Dalam kebersamaan berlaku prinsip sinergi- kekuatan besar yang dihasilkan ketika dua unsur atau lebih menghasillkan kerjasama. Kebersamaan dalam kehidupan orang percaya dilahirkan dari kesatuan pikiran dan perasaan di dalam Yesus Kristus.

Berlawanan dengan kebersamaan yang Tuhan ajarkan adalah kebersamaan yang diajarkan dunia. Jika ada kebersamaan, terkadang masing-masing orang dipancing untuk saling bersaing. Bukan dengan cara baik dan mengutamakan spiritualitas, melainkan agar masing-masing pribadi bersedia menempuh segala upaya demi kemenangan diri. Tidak jarang, sinergi yang terbentuk bukan untuk mencapai tujuan mulia, melainkan untuk tujuan yang tercela. Di dalam Tuhan, kebersamaan denga motivasi semacam itu tidak boleh terjadi.

Setiap kita berpeluang untuk membangun dan mengisi kebersamaan yang membuahkan manfaat, guna memberdayakan diri sendiri maupun orang sekitar. Sediakan diri kita untuk bekerja sama dengan orang lain, demi menghasilkan sesuatu yang maksimal sepanjang hari ini. Kiranya Tuhan dan mereka yang satu tujuan dengan kita berkenan akan hal tersebut.

Kerjasama yang baik membuat kita memperoleh hasil yang prima.


Gbu all...

Senin, 06 Juli 2020

Ditolong Oleh Buaya

Mazmur 119:71
“Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 29; Kolose 2; 2 Tawarikh 14-15

Pada masa perang dunia II, ada sebuah metode menarik yang diterapkan dalam sebuah kamp pelatihan tentara di Amerika Serikat. Metode yang pertama kali diterapkan di Florida ini disebut dengan “gator aid” atau pertolongan buaya. Materi pelatihan yang diberikan kepada prajurit itu sebenarnya sama saja dengan kebanyakan materi-materi di tempat pelatihan lainnya, di dalamnya termasuk berlari melewati daerah yang penuh rintangan.

Namun yang membedakan adalah pada akhir tes yang tujuannya menguji daya tahan, para prajurit itu harus bergelayut pada seutas tali dan kemudian melintasinya. Tali itu sendiri dipasang diatas sebuah kolam yang lebar namun tidak terlalu dalam.

Di bawah sinar matahari, permukaan kolam sungguh berkilauan, sangat menarik hati sehingga banyak prajurit hanya menyebrang separuh kolam lalu menceburkan diri ke dalamnya dan kemudian berenang sampai ke seberang kolam. Tiba-tiba seorang Letnan yang berani memasukkan seekor buaya besar ke dalamnya. Sejak itu, setiap prajurit yang hendak melompat sudah mengambil ancang-ancang hampir lima meter dari tepi kolam dan melintasi kolam yang lebar itu tanpa mau menceburkan diri ke dalamnya dan akhirnya mereka mendarat di seberang dengan bergulingan.

Demikian pula sifat kita sebagai orang Kristen, terkadang harus dipacu oleh “dorongan” situasi yang tidak kita harapkan. Tanpa koreksi penuh kasih dari Allah dan disiplin yang sungguh-sungguh, daya tahan rohani dan kemampuan kita untuk menanggung segala sesuatu tak akan pernah bertumbuh. Jika Tuhan tidak mengizinkan kita mengalami keadaan sulit, kita akan segera terjebak dalam perasaan puas diri dan terlalu percaya diri.

Saat ini, jika Anda sedang mengalami kepedihan karena keadaan yang menekan, ingatlah perkataan Daud, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mazmur 119:71).

Tantangan dalam hidup bukanlah untuk menghancurkan kita melainkan mengarahkan kita kepada Allah.

Gbu all...

Minggu, 05 Juli 2020

Give the Best For Him

II Korintus 9:6
“Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 25; Filipi 2; 1 Raja-Raja 11-12

Ayat diatas merupakan salah satu kebenaran alkitab yang mengajarkan prinsip tabur tuai. Jika kita menabur, maka pasti akan menuai dengan apa yang kita tabur. Tanpa mengurangi pengertian diatas, yang ingin saya sampaikan saat ini bukan soal menuai “sedikit atau banyak”, tetapi kesediaan kita untuk memberi menurut kerelaan hati masing-masing memberi dengan rasa syukur dan sukacita, tanpa rasa sedih dan paksa.

Tuhan mau kita memberi bukan karena hal kebiasaan atau rutinitas, tetapi Dia mau kita memberi dengan tulus dan ikhlas. Pemberian yang Tuhan kehendaki adalah bagaimana cara kita memberi dan apa motivasi kita dalam memberi kepada-Nya. Milikilah nilai dan makna yang benar agar pemberian kita berbau harum di hadapan Tuhan.

Banyak orang Kristen yang berorientasi kepada “berkat yang akan mereka terima” ketika mereka memberi untuk Tuhan. Mereka percaya bahwa kalau mereka memberi kepada Tuhan, maka Tuhan akan balas memberkati mereka. Hal ini tidaklah salah, tetapi jika orang Kristen memberi dengan motivasi seperti itu, justru mereka menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan. Ketika mereka belum mendapatkan berkat, mereka akan berkata, “Saya kan sudah banyak memberi kepada Tuhan, kok sampai sekarang hidup saya masih begini-begini saja?” dan masih banyak lagi nada ungkapan kekecewaan pada Tuhan.

Tuhan mengasihi orang-orang yang memberi dengan sukacita sebagai persembahan yang keluar dari hati yang tulus, sebagai wujud kasih kepada-Nya yang telah begitu baik bagi kita semua, tanpa mengharapkan balasan apapun dari Tuhan dan kita wajib memberi persembahan yang terbaik bagi Tuhan.

Bagian kita adalah memberi dengan tulus, dan bagian Tuhanlah yang akan memberkati kita seturut kasih dan kemurahan-Nya. Jangan kita pernah berpikir bagaimana saya memberi supaya Tuhan membalas, tetapi mulailah kita berpikir bagaimana cara saya memberi sehingga Tuhan berkenan atas pemberian saya. Marilah kita memberi dengan tidak termotivasi oleh berkat, tetapi oleh kesadaran, bahwa memberi kepada Tuhan adalah bagian dari ibadah kepada Tuhan.

Memberi yang terbaik kepada Tuhan adalah sesuatu yang seharusnya setiap orang Kristen lakukan.


Gbu all.....

Sabtu, 04 Juli 2020

Mantapnya Percaya

Mazmur 50:15
“Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 24; Filipi 1; 2 Tawarikh 8-9

Suatu hari seorang pria dari suku Indian yang telah bertobat ditanya oleh sahabatnya, “Mengapa kamu selalu membicarakan dan menyebut nama Yesus?” Mendapat pertanyaan tersebut, pria Indian ini terdiam sebentar. Bukan langsung menjawab, ia malah mengambil sejumlah ranting dan rumput yang kering dan dibuatnya menjadi lingkaran. Setelah jadi, ia pun membakarnya. Namun sebelum itu, ia sudah meletakkan seekor ulat di tengah-tengah api.

Api semakin besar, tetapi belum ada satu patah kata pun keluar dari pria Indian tersebut. Justru ia dan sahabatnya menyaksikan bagaimana ulat yang ditaruh di tengah-tengah api itu menggeliat dan ingin segera keluar dari sana. Tidak lama kemudian, ia pun lalu mengeluarkan jari tangannya dan dengan segera si ulat merambat naik dengan selamat.

“Seperti itulah yang dilakukan Tuhan Yesus ketika saya tidak berdaya, berada di tengah-tengah bahaya, saya berseru mohon pertolongan pada-Nya. Dia mendengarkan saya dan memberi pertolongan,” kata pria Indian setelah menolong ulat keluar dari lingkaran api.

Dalam hidup ini, yakinlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, tangannya senantiasa terulur untuk menolong dan menyelamatkan kita. Dia adalah menara perlindungan, kota benteng, gunung batu dan perisai keselamatan umat-Nya. Sudah selayaknya untuk kita memercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya. Namun sayangnya, kadang kala kita mendapati orang-orang percaya mengharapkan pertolongan di luar Tuhan, meski sebenarnya mengerti siapa yang dapat menolongnya. Hanya Allah yang menjadi sandaran dan kepercayaan kita.

Di saat segala sesuatu tampaknya sulit, bahkan seakan tembok tebal menghalangi kita, jawabannya hanya satu, berserah penuh kepada kuasa Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Ingatlah bahwa tangan kasih-Nya senantiasa terulur untuk menolong, memberi jalan keluar dan memimpin seluruh hidup kita. Mari berserah pada-Nya.

Disaat Anda merasa tidak berdaya dan memiliki kekuatan apa-apa, Allah justru menunjukkan kuasa-Nya.

Gbu all...

Jumat, 03 Juli 2020

Kesalehan di Dalam Rumah

Yohanes 15:5
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 22; Efesus 5; Pengkhotbah 8-9

Bagaimana kita hidup di rumah merupakan ujian bagi orang Kristen baik pria maupun wanita. Jauh lebih mudah mempraktikkan hidup yang sempurna di antara teman-teman kita, ketika kita menyajikan makanan yang terbaik dan menantikan komentar publik, daripada hidup untuk Kristus di dalam rumah sendiri.

Lingkup keluarga kita melihat kita setiap saat. Mereka melihat kita saat keletihan dan stres menekan. Lingkup keluarga kita mengetahui apakah Kristus hidup di dalam dan mengalir melalui kita.

Jika saya adalah Kristen sejati, maka saya tidak akan bertingkah gusar, tidak sabar, salah sangka, kasar, tidak ramah, curiga, egois, atau malas di rumah. Sebaliknya, setiap hari hidup saya akan mengeluarkan buah Roh, yaitu, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Bagaimana perbedaan suasana rumah Anda jika secara konsisten mempraktikkan kesalehan-kesalehan yang menyerupai Kristus ini?

Perilaku yang Anda tunjukkan sehari-hari di dalam rumah adalah Anda yang sebenarnya.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia


Gbu all...

Kamis, 02 Juli 2020

Istirahat Bagi yang Lelah

Matius 11:28
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 21; Efesus 4; Pengkhotbah 6-7

Sedikit orang yang tahu bagaimana cara beristirahat di hari-hari ini. Bahkan di saat liburan, banyak orang memaksakan diri sedemikan rupa sebelum mereka kembali bekerja, dimana mereka menghabiskan dua kali lipat energi untuk menyelesaikan pekerjaan dan surat-surat yang sudah menumpuk selama mereka tidak masuk. Banyak dari kita membutuhkan liburan hanya untuk beristirahat dari liburan kita! Mungkin kita telah mencari istirahat di tempat-tempat yang salah.

Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku....Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Seperti halnya kedamaian, istirahat dan kelegaan hanya dapat ditemukan di satu tempat, dari satu sumber, dan itu adalah Tuhan Yesus Kristus.

Yesus memberi kita istirahat yang sesungguhnya, kepercayaan diri yang kita perlukan, untuk keluar dari rasa frustasi dan kekacauan di sekekeling kita. Beristirahatlah di dalam Dia dan jangan khawatir dengan apa yang akan terjadi di depan. Yesus Kristus sudah mengurus hari esok.

Ketika Anda merasa lelah dengan segala rutinitas Anda sehari-hari, datanglah kepada Yesus karena Dia adalah pemberi kelegaan yang handal.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia


Gbu all...

Rabu, 01 Juli 2020

Fokus Pada Kebaikan Tuhan

Amsal 23:18
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 20; Efesus 3; Pengkhotbah 3-5

Motivator terkenal asal Amerika Serikat, Zig Ziglar dalam bukunya ‘Breaking To The Next Level” menyatakan bahwa bila kita terus terfokus pada kegagalan-kegagalan di masa lalu, masalah-masalah yang kita hadapi pada hari ini dan kecemasan akan apa yang akan terjadi di esok hari maka kita akan bersikap negatif. Menurutnya, pendekatan kehidupan seperti ini akan memperpendek umur kita dan membuat waktu terasa seakan lama berputar.

Zig Ziglar memberikan solusi agar seseorang tidak bersikap negatif: “mulailah dengan fakta bahwa Anda masih hidup sekarang ini. Kemudian, konsentrasikan pikiran pada pengalaman- pengalaman Anda yang positif dan menyenangkan”. Dengan pergantian fokus ini, tambahnya, maka kita akan mendapat manfaat yang sangat mengagumkan.

Apakah hari-hari ini ini Anda selalu bersikap negatif kepada orang lain atau bahkan kepada kehidupan yang Anda sedang jalani? Bila iya, mulailah terapkan apa yang dianjurkan Zig Ziglar di atas, yakni memfokuskan pada pengalaman positif dan menyenangkan yang pernah Anda alami. Ketika Anda mulai melakukannya, bukan hanya orang lain yang akan diberkati karena sikap Anda, tetapi juga diri Anda sendiri. Percayalah !

Fokuslah pada kebaikan Tuhan dan masa depan yang indah yang telah Dia sediakan maka Anda tidak akan mudah kecewa dengan kehidupan Anda.

Gbu all...