Roma 8:28
Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka
yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 44; 2 Timotius 2; Yesaya 41-42
Salah
satu pertanyaan klasik manusia adalah, "Mengapa manusia harus
menderita?" Sekiranya bukan kita yang menderita, tentu pertanyaan ini
rasanya lebih ringan, tapi jika kita yang dirundung derita, maka
pertanyaan ini lebih dari sekedar diskusi filsafat.
Seorang
ayah menyaksikan anaknya lahir dengan kelainan. Kakinya bengkok ke
dalam, sehingga telapak kakinya tidak membentuk sudut 90 derajat. Untuk
memulihkannya, dokter menyarankan agar begitu lahir, kakinya diurut dan
dipaksa diputar ke posisi normal.
Ketika
sang ayah melakukannya, tentu saja si bayi menangis keras-keras, karena
rasa sakit yang luar biasa. Tapi tidak ada pilihan lain, karena jika
tidak dilakukan dia akan tumbuh menjadi anak cacat dan pincang. Sang
ayah menangis saat memaksakan tangannya melengkungkan telapak kaki si
bayi, sementara dia meronta-ronta dan menangis kesakitan. Yang lebih
menyakitkan adalah terapi itu dilakukan 3 kali sehari untuk waktu yang
lama, sampai telapak kakinya lurus.
Kebanyakan
dari kita tidak akan mengerti mengapa kesakitan begitu menusuk hidup
sampai kita menggelepar-gelepar. Mungkin bukan hanya sesaat, tapi untuk
waktu yang lama. Hanya Tuhan yang tahu, yang merancangkan segala sesuatu
untuk kebaikan kita, menahan air mataNya, demi masa depan kita. Dia
membiarkan kesakitan sementara, agar kita memperoleh sukacita abadi dan
hidup yang penuh arti. Seperti sang bayi itu yang tidak mengerti, kita
juga seringkali tidak mengerti bahwa kesakitan kita yang disertai air
mata Bapa adalah demi kebaikan kita.
Bapa kadang merancangkan "kepedihan" kita untuk kebaikan kita.
Gbu all...