Rabu, 20 April 2011

Keterbukaan Dalam Keluarga

“Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” Kejadian 3:25

Adam dan Hawa sangat terbuka sebelum mereka jatuh dalam dosa. Ketelanjangan bukan hanya berarti tidak berpakaian dan tidak malu, sebab belum ada manusia lain. Tetapi ketelanjangan secara rohani berarti ada keterbukaan antara suami dan isteri, saling mengetahui keadaan masing-masing dan tidak malu. Mau menerima pasangannya apa adanya. Keduanya benar-benar transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi. Setelah Adam dan Hawa berdosa mereka jadi malu, meskipun belum ada orang lain, sehingga mereka tidak dapat menerima dirinya sepenuhnya lagi. Sorotan mata mereka lebih mengutamakan kelemahan masing-masing, mulai saling curiga, saling menyalahkan satu dengan lainnya. Perhatikan apa yang diucapkan Adam dan Hawa ketika Allah bertanya: “Ya gara-gara Hawa kata Adam, dan gara-gara ular kata Hawa.” Tidak dapat menerima dirinya dan pasangannya apa adanya. Biasanya yang merusak dan menghancurkan keterbukaan suami dan isteri adalah sengaja menyembunyikan sesuatu. Ini adalah sikap yang tidak terpuji. Contoh, dengan berkata kepada anaknya: "Ibu beri ijin, tetapi jangan cerita kepada ayahmu ya…asal ayahmu tidak tahu aja." Tujuannya agar tidak ada percekcokan, tetapi ini salah. Jangan biarkan ada penyekat, kita harus dobrak. Jangan beri kesempatan. Sebagai suami isteri pasti tidak akan luput dari percekcokan atau pertengkaran. Tetapi bukan berarti kita hanya diam membisu, kita harus berkomunikasi dengan baik. Akan lebih baik cepat bertengkar tetapi cepat berdamai daripada tidak pernah bertengkar, tidak pernah berkomunikasi dengan alasan kalau berbicara nanti salah. Berhati-hatilah dan hindarilah cara berkomunikasi yang salah seperti beberapa hal di bawah ini.
Pertama, Kalau berbicara selalu bersikap tajam, selalu mengkritik, cerewet, menyakiti. Amsal 25:24, ”Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah daripada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.”
Kedua, Tidak mau mengakui kesalahannya, selalu merasa diri paling benar. Sebagai manusia pasti kita tidak sempurna, pasti pernah salah berbicara. Yakobus 5:16, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh (ada pemulihan)…”
Ketiga, Jangan suka membuka rahasia kepada orang lain. Jelek-jelek kan isteri atau suami sendiri, kalau mau curhat, lebih baik curhat kepada Yesus lewat doa dan saat teduh. Jangan sampai pasangan kita merasa dipermalukan di hadapan orang lain dan makin  menguatkan tekadnya untuk tidak berubah dan terus mengulang kesalahan yang sama.
     
Terakhir, jangan suka menghina  meremehkan suami atau isteri, membandingkan kekurangannya dengan kelebihan orang lain. Misalnya: kapan kamu bisa dandan seperti mantan pacarku….” Roma 15:7, "Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita,…” Kolose 4:6, "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar…." Berkat turun dengan limpah  jika keluarga kita rukun.(SJ)
Doa: Bapa, penuhilah keluargaku dengan awan kemuliaanMu di waktu siang dan di waktu malam dipenuhi dengan api kasihMu, sehingga siang ataupun malam keluargaku damai dan bahagia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar