Sabtu, 23 April 2011

Kekuatan Dahsyat di Mulut Bayi

“Hah??? Kekuatan dahsyat di mulut bayi??? Gak salah??”

Mungkin seperti itulah respon saudara ketika membaca judul tulisan ini. Bukankah kita memang seringkali kita memandang anak-anak sebagai manusia yang lemah dan tidak berdaya. Apalagi jika anak-anak itu masih bayi yang menyusui. Bayi sangatlah bergantung sepenuhnya kepada orang tua. Mereka tidak dapat melakukan apapun selain menyusui, menangis dan tidur. Jadi, bagaimana mungkin mereka memiliki kekuatan yang dahsyat?

Ingatkah kita peristiwa ketika Tuhan Yesus mengamuk di Bait Allah? Di sana Ia membalikkan semua meja money changer, mengusir hewan yang diperdagangkan, melepaskan semua burung merpati bahkan membuat cambuk dari tali kemudian mencambuki semua pedagang yang telah membuat Bait Allah menjadi seperti sarang penyamun. Setelah Bait Allah dibersihkan, datanglah orang-orang timpang dan orang-orang buta yang kemudian disembuhkan Yesus. Tindakan Tuhan Yesus segera menuai protes dari para imam kepala dan ahli Taurat yang kehilangan penghasilan tambahan.

Sikap mereka diresponi Yesus dengan berkata: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?" (Mat. 21:16). Yesus mengutip dari Mzm. 8:2 dengan mengubah beberapa kata: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Ternyata yang dimaksud oleh Daud sebagai dasar kekuatan yang dahsyat yang dapat membungkamkan lawan adalah puji-pujian! Haleluyah!!

Tapi, mengapa itu justru ada pada bayi yang menyusui? Bukankah (sekali lagi) mulut mereka cuma bisa menangis? Bukankah mereka tidak dapat memuji Tuhan sebaik yang dilakukan orang dewasa? Bukankah orang dewasa dapat menyanyikan pujian yang indah dan merdu? Tapi mengapa bukan di mulut orang dewasa kekuatan itu diletakkan Tuhan?

Dalam Alkitab kita jumpai bahwa dalam beberapa kesempatan Tuhan Yesus sering menjadikan anak kecil sebagai ukuran, misalnya bertobat harus seperti anak kecil, merendahkan diri seperti anak kecil (Mat. 18:1-4; Mrk. 9:36-37) dan menyambut Yesus seperti anak kecil menyambut Dia (Mrk. 10:15; Luk. 18:17). Apakah yang istimewa dari anak kecil? Satu hal yang pasti adalah anak kecil memiliki hati yang murni. Mereka tulus, polos, tidak memiliki motivasi tersembunyi. Inilah hal yang sangat dirindukan Tuhan dari orang percaya; memuji Tuhan karena memang Dia Tuhan yang patut dipuji, bukan karena kita menginginkan sesuatu dari Dia!

Seringkali kita tidak dapat merasakan kekuatan dahsyat yang ada dalam pujian yang kita nyanyikan karena pujian itu tidak lahir dari hati yang sungguh-sungguh. Pujian yang dinaikkan hanya sekedar lip service dan tuntutan liturgy ibadat tidak akan menghasilkan kuasa yang dahsyat. Tetapi dengan hati mereka yang murni, tangisan yang keluar dari mulut bayi pun bisa menjadi dasar kekuatan yang dahsyat yang dapat membungkam kekuatan lawan. Betapa luar biasanya! (Stand'S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar