Minggu, 26 Agustus 2012

Ketamakan

“Berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: "Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya." (2 Raja-raja 5:20)
tamak.jpgKetamakan bukanlah sesuatu yang asing bagi manusia. Suatu rasa lapar untuk memiliki sesuatu yang lebih banyak, sekalipun harus mengorbankan hubungan dan integritas pribadi. Dorongan yang idak pernah terpuaskan untuk memiliki lebih banyak lagi dengan mudah bisa mengarahkan kita kepada ketamakan.  Ketamakan tidak selalu berhubungan dengan uang. Ada empat hal yang bisa menjebak seseorang untuk menjadi tamak: uang, harta benda, popularitas dan kenikmatan.
Dalam pelayanannya mendampingi Elisa, ada sesuatu yang membelokkan pemikiran Gehazi. Ketika Elisa menolak pemberian Naaman, Gehazi menganggap bahwa Elisa terlalu menunjukkan sikap segan. Padahal, “bukankah panglima ini ingin menunjukkan rasa terima kasihnya? Bukankah berterima kasih adalah yang yang benar untuk dilakukan? Di samping itu, menolak pemberiannya kelihatannya tidak sopan. Bahkan panglima yang bersyukur itu mendesak untuk menerima pemberiannya. Mengapa Elisa menghalangi Naaman untuk melakukan apa yang benar?!”
Rasionalisasi Gehazi mengubah ketamakannya menjadi seolah-olah seperti kehendak Tuhan dalam hidupnya. Ia baru saja mendengar Elisa berkata, “Sesuai dengan kehendak Tuhan dan dengan kuasaNya, aku tidak akan menerima uangmu.” Namun, begitu rombongan Naaman menghilang dari pandangannya, pikiran Gehazi yang tamak memulai suatu proses ‘kreatif’ untuk mengubah apa yang salah menjadi benar. Ketamakan Gehazi bertumbuh tanpa kelihatan dan tetap disembunyikan. Tetapi itu kemudian menggerogoti kesetiaannya dan membelokkan perspektifnya.
Rupanya Gehazi pada akhirnya bertobat. Ia pun dapat meneruskan pelayanannya sebagai bujang Elisa. Tetapi akibat dari kusta yang dideritanya akan selalu mengingatkan dia kepada tiga hal: Naaman, yang kepadanya ia telah kompromikan imannya; wajah Elisa yang penuh kekecewaan karena telah dibohonginya; dan hari yang mengerikan ketika ia menyerah kepada ketamakan.
Saudara, menyadari bahwa kita bersalah karena melakukan tindakan buruk seperti ketamakan dan mengetahui bahwa kadang kala kita menyalutinya dengan hal-hal rohani, membutuhkan kewaspadaan yang tinggi dan keberanian yang besar. Tidak ada cara lain untuk membereskannya selain mengakui dan memohon pengampunan Tuhan serta memilih jalan yang berbeda.
Doa: Tuhan Yesus, ampunilah semua ketamakanku, terutama yang terbungkus rapi terkesan rohani. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar