Pada
olimpiade musim panas tahun 1982 di Barcelona, Spanyol, terjadi sebuah
peristiwa yang menarik perhatian dunia. Ketika Derek Redman melangkah
menuju arena, dia membayangkan kemenangan yang akan diraihnya. Inilah
saat yang telah dinantikannya, seumur hidupnya. Dalam hatinya, ia tahu,
bahwa inilah perlombaan yang telah Tuhan tetapkan baginya, sejak semula
ia diciptakan. Pada menit terakhir sebelum perlombaan itu dimulai, ia
memandang ke arah deretan kursi penonton, mencari-cari wajah ayahnya.
Memang ia ingin meraih kemenangan dalam lomba itu untuk dirinya. Tetapi,
lebih dari itu ia ingin memenangkan lomba itu demi ayahnya. Ayahnya,
yang telah memberikan dan mengorbankan begitu banyak banyak hal, agar ia
dapat masuk menjadi peserta olimpiade itu.
Sekarang
ia memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu sebagai tanda balas budi
kepada ayahnya. Inilah saatnya untuk membuat ayahnya bangga padanya.
Lalu tembakan ke udara tanda mulai berbunyi. Derek berlari, mengerahkan
seluruh kekuatannya. Segalanya tampak baik sampai akhirnya Derek
memasuki putaran terakhir. Tiba-tiba terjatuh di tengah lintasan
larinya. Ia mengalami kram pada kakinya. Rasa nyeri yang hebat
mencengkeramnya. Dia berusaha untuk berdiri; berusaha untuk melompat;
namun rasa nyeri itu terlalu menyakitkan baginya. Detik demi detik
berlalu, bagai berjam-jam baginya, saat dia rebah menggeliat kesakitan.
Dia tidak percaya, beginilah akhir dari perjalanannya selama ini.
Mungkin
dia khawatir tentang apa yang dipikirkan ayahnya saat itu, apakah
ayahnya merasa malu? Apakah ayahnya akan berpaling darinya dan
meninggalkannya? Mungkinkah ayahnya berpikir: Oh, bagus sekali. Jadi
selama ini waktu terbuang percuma hanya untuk seorang yang bahkan tidak
dapat menyelesaikan pertandingan sama sekali?
Ternyata
sama sekali bukan itu yang sedang dipikirkan oleh ayahnya. Jauh diatas
sana, di antara kursi-kursi penonton, ayahnya melompat berdiri. Segera
ia menyelusup di antara kerumunan penonton. Saat itu ada ribuan penonton
yang sedang berdiri, melihat anaknya, dan terkejut melihat anaknya
sedang menderita di dalam arena. Akhirnya sang ayah berhasil mencapai
garis batas lintasan lari itu.
Seorang penjaga keamanan menghentikannya, dan berkata, "Tidak seorangpun diijinkan masuk ke dalam arena."
Ayah Derek menjawabnya dengan kata-kata sederhana, "Itu anak saya."
Maka
penjaga itu tidak menghalanginya lagi. Dia melewati para penjaga itu
dan masuk ke dalam lintasan lari. Dan sementara ribuan orang bersorak
riuh rendah padanya, dia memapah anaknya menuju ke garis finish.
Mungkin
sebagian besar Anda merasakan seolah-olah Anda telah jatuh. Anda ingin
menyelesaikan perlombaan yang telah Tuhan tetapkan bagi Anda, tetapi
rasa nyeri yang menyerang ini terlalu menyakitkan. Tak peduli sekeras
apa Anda berusaha, tampaknya Anda tetap tak mampu untuk berdiri dan
melangkah lagi. Mungkin Anda khawatir, kalau-kalau Bapa di Sorga kecewa
terhadap Anda, kalau-kalau Anda tidak dapat menyenangkan hatiNya.
Tahukah Anda bahwa Tuhan ada di pihak kita?
Tuhan
tidak kecewa pada Anda saat Anda jatuh. Anda adalah anakNya yang
berharga di mataNya! Anda adalah kesayangan Bapa di Sorga. Oh, betapa
sedihnya Dia menyaksikan Anda jatuh. Betapa Dia menaruh belas kasihan
bagi Anda. Tuhan ada bagi Anda. Tuhan juga menghendaki agar Anda
menyelesaikan perlombaan Anda dan Dia akan melakukan apa saja untuk
memapah Anda menuju garis finish. Mungkin ada beberapa orang di antara
Anda yang tidak mengenal Bapa di Sorga. Tetapi Dia tetap ada disana
menanti Anda. Dia rindu memeluk Anda sebagai seorang anak yang berharga
dan melindungi Anda, di setiap langkah, di dalam menjalani perlombaan
yang telah ditentukan bagi Anda.
Satu-satunya jalan untuk menghampiri Bapa adalah melalui AnakNya.
Yesus berfirman, "Tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Tidak
ada hal lain yang dapat memberikan penghiburan yang lebih besar lagi,
selain dari kenyataan bahwa: Dia yang memanggil kita untuk menjalani
perlombaan ini adalah juga Dia yang membantu kita untuk sampai ke garis
finish.
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar