Jumat, 27 April 2012

AKIBAT BERBOHONG, DUAJIWA MELAYANG

AKIBAT BERBOHONG, DUAJIWA MELAYANG PDF Print E-mail
ananias&safira.jpgSebuah peristwa yang mengejutkan terjadi kemarin sore di Bait Allah yang terdapat di kota Yerusalem. Akibat berbuat bohong, dua jiwa melayang dalam selisih waktu yang tidak terlalu lama, yaitu diperkirakan hanya berbeda tiga jam saja. Peristiwa tersebut telah menggemparkan seluruh kota Yerusalem dan menjadi bahan pembicaraan hangat, bukan saja di antara mereka yang datang untuk beribadat di dalam Bait Allah itu, tetapi berita tersebut telah menyebar sampai ke seluruh pinggiran kota Yerusalem.
Peristiwa semacam itu baru dan belum pernah terjadi di kota Yerusalem sehingga menimbulkan ketakutan yang sangat mencekam di antara umat yang sedang beribadat, terutama di kalangan mereka yang sering kali melakukan kesalahan yang sama, yaitu berbohong dan tidak menyampaikan kebenaran dengan sesungguhnya.
Dalam peristiwa tersebut, seorang yang bernama Ananias memberitahukan bahwa ia telah menjual sebuah lading miliknya. Sebelumnya, ia telah berjanji kepada Tuhan bahwa ia akan mempersembahkan semua uang hasil penjualan ladang tersebut untuk mendukung pekerjaanTuhan yang sedang berkembang dengan pesat di daerah Yudea. Pada waktu itu, pemberitaan Injil Kerajaan Sorga sedang gencar dilakukan oleh para rasul yang dipimpin oleh seorang rasul bernama Petrus.
Ananias bersama istrinya yang bernama Safira merupakan anggota jemaat Bait Allah di kota Yerusalem dan mereka sangat mendukung pelayanan Rasul Petrus bersama teman-temannya yang memberitakan Injil Kristus dengan penuh keberanian dan dengan urapan Roh Kudus. Oleh karena itu, timbul kerinduan dalam hati Ananias dan Safira untuk mendukung pekerjaan Tuhan lewat persembahan yang akan dipersembahkannya kepada Tuhan.
Namun, pasangan suami istri tersebut rupanya berubah pikiran dan telah bersepakat untuk tidak menyerahkan seluruh hasil penjualan ladang tersebut untuk dipersembahkan kepada Tuhan, melainkan menyisihkan sebagian dari uang tersebut untuk kepentingan dirinya dan keluarganya. Rupanya mereka telah memiliki rencana untuk memakai sebagian uang yang disisihkan tersebut untuk membeli beberapa ekor kambing domba dan memperluas tempat tinggal mereka yang dirasakan semakin sempit akibat bertambahnya perabot rumah yang telah mereka miliki sebelumnya.
Ananias kemudian pergi ke Bait Allah dengan membawa sebagian uang hasil penjualan ladang tersebut dan bermaksud untuk menyerahkannya kepada Rasul Petrus. Ketika ia menyampaikan maksudnya tersebut, bertanyalah Rasul Petrus kepadanya apakah benar bahwa uang yang ia bawa adalah seluruh hasil dari penjualan ladang tersebut? Ananias pun menjawab bahwa benar itu adalah seluruh hasil penjualan ladang tersebut. Ia pikir bahwa Rasul Petrus pasti tidak tahu berapa hasil penjualan ladang itu yang sesungguhnya dan dengan gembira akan menerima persembahan yang diberikannya tersebut.
Namun ia tidak mengetahui bahwa Roh Kudus yang ada di dalam diri Rasul Petrus telah memberitahukan kepadanya bahwa Ananias telah berbohong. Ia tidak menyerahkan persembahan tersebut dengan sepenuh hatinya, bahkan ia telah menyisihkan sebagian hasil penjualan ladang tersebut untuk kepentingan dirinya dan keluarganya.
Pada saat itu juga Allah menjatuhkan hukuman kepada Ananias dan putuslah nyawanya setelah ia membuat pengakuan yang berisi kebohongan dan tidak mengatakan hal yang sebenarnya tentang persembahan yang diberikannya tersebut. Kemudian Rasul Petrus menyuruh orang untuk mengambil mayatnya dan menguburkan Ananias segera sebelum sore hari tiba. Nampak beberapa orang jemaat lainnya dengan cepat-cepat mengusung jenazah Ananias keluar dari Bait Allah dan memakamkannya di pekuburan yang terletak tidak jauh dari Bait Allah itu.
Istrinya yang bernama Safira tidak mengetahui peristiwa yang terjadi terhadap diri suaminya. Ia menantikan kepulangan Ananias ke rumahnya, namun setelah beberapa waktu lamanya menunggu, Ananias tidak kunjung pulang juga. Ia kemudian dengan tergesa-gesa pergi ke Bait Allah untuk menjemput suaminya pulang. Tidak lama kemudian Safira segera tiba di Bait Allah dan segera menghampiri Rasul Petrus untuk bertanya perihal suaminya yang bernama Ananias.
Ketika Rasul Petrus berjumpa dengan Safira, ia juga menanyakan hal yang sama seperti yang telah disampaikan kepada Ananias suaminya, yaitu apakah benar bahwa uang yang mereka persembahkan itu adalah seluruh hasil penjualan ladang yang akan mereka persembahkan untuk Tuhan? Safira pun menjawab bahwa benar itu adalah semua uang hasil penjualan ladang tersebut dan mereka ingin mempersembahkan itu untuk pekerjaan Tuhan.
Rasul Petrus segera mengatakan bahwa Safira telah berbohong kepada Tuhan dan tidak menyerahkan seluruh hasil penjualan ladang tersebut. Ia mengatakan bahwa bukankah semua uang itu adalah miliknya dan ia boleh menggunakan sesuai dengan keinginan hatinya. Tetapi masalahnya adalah ia telah berbohong dan tidak menyampaikan kebenaran dengan sesungguhnya. Mereka telah berdusta kepada Tuhan dan karena itu Safira juga harus menanggung akibatnya yaitu hukuman Tuhan bagi dirinya.
Rasul Petrus kemudian menjelaskan bahwa beberapa anggota jemaat di Bait Allah itu baru saja kembali dari memakamkan suaminya, Ananias dan mereka akan segera memakamkan Safira juga.  Pada saat itu juga Safira menghembuskan nafasnya di hadapan Rasul Petrus, disaksikan oleh beberapa orang temannya dan beberapa anggota jemaat Bait Allah yang ada di sana.
Dengan segera mereka mengangkat jenazah Safira. Mereka memakamkan dia berdampingan dengan suaminya Ananias di pekuburan yang sama. Hari semakin sore dan matahari semakin terbenam di ufuk barat kota Yerusalem. Banyak anggota jemaat yang menyaksikan peristiwa tersebut diselimuti dengan dukacita yang mendalam dan menyesali peristiwa yang telah terjadi tersebut. Mereka pulang ke rumah mereka masing-masing dengan diliputi rasa takut untuk berbohong kepada Tuhan dan hidup tidak sesuai dengan hati nurani mereka. Hal itu telah membuat pelayanan pekerjaan Tuhan di kota Yerusalem semakin berkembang dengan semakin banyaknya orang-orang yang bertobat dan menerima pemberitaan Injil Kristus.
Marilah kita menjaga hati kita agar selalu benar di hadapan Tuhan dan jangan pernah mencoba-coba untuk membohongi Tuhan. Ia menyelidiki sampai ke dasar hati kita dan mengetahui apa yang kita perbuat. Apakah kita mengiring Dia dengan sungguh-sungguh atau tidak. Kiranya Roh Kudus menerangi hati kita semua. Amin.(phm/EMC)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar