Kamis, 28 Juni 2012

MILIKI BELAS KASIHAN

MILIKI BELAS KASIHAN
Ayat Pokok: Matius 9:13a
Oleh: Pdt. Stefanus Hadi Prayitno, Malang


pdt stefanus hadi prayitno.jpgKetika suatu hari Yesus dan murid-murid duduk makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa lainnya, orang-orang Farisi mempersoalkannya.  “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Tetapi jawab Yesus, “... Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan...”

Belas Kasihan
Dalam bahasa Yunani, kata “belas kasihan” ialah “elios” atau “kane” dalam bahasa Ibrani, berarti hati yang penuh rasa iba.  
Ketika malaikat Tuhan membawa Lot dan keluarganya keluar dari kota Sodom dan Gomora, ia merasa telah memperoleh belas kasihan Allah – Kejadian 19:19.  Belas kasihan Allah meluputkan Lot sekeluarga dari kebinasaan.
Yesus adalah Sosok yang penuh belas kasih.  Sepanjang pelayananNya di bumi, kitab Injil banyak menulis tentang bagaimana hati Yesus amat mudah tergerak oleh belas kasihan.  Melihat begitu banyak orang yang dengan setia mengikut dan mendengarkan Dia selama tiga hari, hatiNya tergerak oleh belas kasihan dan Ia memberi mereka makan sampai kenyang.  Jumlah mereka 4000 orang laki-laki saja – Matius 15:32-38.
Melihat seorang kusta yang datang, hatiNya pun tergerak oleh belas kasihan, lalu menjamah dan menyembuhkan orang itu – Markus 1:41.

Tiga Gaya Hidup Orang Yang Berbelas Kasih
Di dalam Kristus Yesus ada: “... nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan” – Filipi 2:1.  Demikianlah ‘belas kasihan’ harus menjadi salah satu ciri yang membedakan anak-anak Tuhan dengan dunia!  Mari, saya ingin kita belajar dan memiliki hati yang penuh dengan belas kasihan.
Tiga gaya hidup orang yang memiliki belas kasihan:

1. Memiliki Iman & Beban Untuk Berdoa Bagi Orang Lain
   Kita harus memiliki iman dan beban untuk berdoa bagi orang lain.
    Contoh:
     -> Perwira Kapernaum – Matius 8:5-8,10
     Ia orang kafir, non-Yahudi, tetapi ia memiliki iman yang besar
     serta terbeban untuk kesembuhan hambanya yang lumpuh!
     Ia memohon bukan untuk diri, isteri atau anaknya, melainkan
     untuk hambanya.
 
     Kata “hamba” dalam bahasa Ibrani:
     1. “Fais” = terpaksa menjadi hamba karena keadaan perekonomian;
     2. “Dolos” = meski dalam status ekonomi yang cukup, namun rela
        menyerahkan diri menjadi hamba. Persis seperti yang telah
        dilakukan oleh Yesus.
 
     Ia datang kepada Yesus dengan penuh iman: hambanya akan sembuh
     jika Yesus mengucapkan sepatah kata saja! Luarbiasa! Yesus amat
     heran dan berkata, “... sesungguhnya iman sebesar ini tidak
     pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel...”


     -> Abraham – Kejadian 18:16-33
     Abraham terbeban untuk berdoa bagi Lot dan keluarganya yang
     tinggal di Sodom. Enam kali ia berdoa dan tawar-menawar
     dengan Allah. Berkat doa Abraham, Lot sekeluarga selamat!

2. Miliki Beban Untuk Bersaksi Bagi Keselamatan Orang lain
   Amanat Agung ditinggalkan Yesus agar saudara dan saya pergi,
   “jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
   nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus...”
– Matius 28:19-20.
   Jangan malu bersaksi, atau, Ia pun akan malu mengakui kita
   – Lukas 9:26.
   Contoh:
    -> Perempuan Samaria – Yohanes 4:39
     Setelah pertemuannya dengan Yesus di pinggir sumur Yakub dan
     menjadi percaya, perempuan Samaria tidak tinggal diam. Ia pergi
     dan langsung bersaksi kepada orang-orang sekampungnya. Alkitab
     mencatat, “Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi
     percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi:
     "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.”


3. Rela Tinggalkan Zona Nyaman
   Yesus rela meninggalkan segalanya: mengosongkan diri, mengambil rupa
   seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri, bahkan
   taat sampai mati disalib – Filipi 2:6-8. Mengapa? Untuk menyelamatkan
   saudara dan saya!
   Contoh:
   -> Musa – Ibrani 11:24-25
     Setelah dewasa, karena iman, Musa menolak disebut sebagai anak
     puteri Firaun.  Ia lebih memilih hidup menderita bersama bangsanya. 

“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu” – Amsal 19:17.  Upah bagi yang menaruh belas kasihan pada yang menderita: kebahagiaan – Amsal 14:21b.  Itulah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Allah menghendaki belas kasihan!  Bukan persembahan!  Tanpa kasih, semua perbuatan baik saudara dan saya menjadi sia-sia dan samasekali tak berarti.  Sudahkah saudara memiliki belas kasihan?  Apakah saudara memiliki ketiga gaya hidup di atas?  Sebagaimana Allah mengasihi dan menaruh belas kasihan kepada kita, kiranya Roh Allah melimpahi setiap saudara untuk berbelas kasihan kepada orang lain. Tuhan Yesus memberkati saudara.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar