Menikah
adalah saat indah yang ditunggu-tunggu oleh sebagian orang. Apalagi
jika menikah dengan orang yang tepat, kebahagiaan terasa lengkap.
Beberapa waktu lalu, kita membaca berita dari media massa tentang
seorang mantan model yang melarikan diri dari suaminya, yang notabene
seorang bangsawan kerajaan. Hal ini menjadi berita yang menghebohkan.
Banyak
orang ingin menikah dengan orang yang sukses, kaya dan berdarah biru
dengan harapan memiliki masa depan yang mapan, terjamin dan nyaman.
Tetapi tidak semua keinginan kita bisa terpenuhi. Apa yang menurut kita
terbaik belum tentu benar-benar yang terbaik. Kenyataan bisa tidak
sesuai dengan harapan. Alih-alih kenyamanan, mantan model tersebut
justru diperlakukan layaknya "properti" sang suami. Bahkan menurut
penuturannya, ia kerap disiksa secara mental dan fisik. Hal-hal itulah
yang membuatnya melarikan diri dari suaminya. Orang yang dikira
kekasihnya justru menyakitinya. Sangat pedih dan menyayat hati. Apa
akibat sedih berkepanjangan? Bagaimana mengatasi kesedihan.
Hadapi kenyataan
Dalam
kitab Samuel kita membaca kisah Daud mengalami pengkhianatan yang
paling menyakitkan dalam hidupnya. Absalom, anak dan darah dagingnya
sendiri, merebut tahtanya. Saat tentara Daud berperang melawan tentara
Absalom, Absalom mati ditangan Yoab, panglima Daud. Daud sangat sedih
mendengar kematian anaknya. Lalu Yoab mencoba untuk mendekati dan
menenangkan Daud.
Kendati
Daud meratapi kesedihannya, ia perlu mendengarkan nasihat Yoab. Paling
tidak ada tiga hal yang disampaikan Yoab kepada Daud. Pertama hadapi
kenyataan. "Jangan biarkan kesedihan atas kematian itu menutupi
kebenaran." Kenyataan kadang sangat menyedihkan dan mengecewakan, tetapi
kita tidak bisa membiarkan kenyataan itu mengendalikan seluruh hidup
dan masa depan kita. Kenyataan tidak bisa dihindari dan harus dihadapi.
Kedua,
jangan mengasihani diri sendiri. "Semua pikiran tertuju pada dirimu
sendiri, kehilanganmu, anakmu. Rasa kasihan pada diri sendiri yang
disebabkan oleh rasa bersalah tidak bisa menghapuskan kenyataan bahwa
engkau tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan anakmu." Sikap
mengasihani diri sendiri sering kali membuat seseorang tidak menghargai
dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang berharga. Jika kita terus mengasihani
diri sendiri maka kita tidak punya waktu untuk mengasihani orang lain.
Ketiga,
teguhkanlah mereka yang dekat denganmu. "Para pejuang yang berperang
melawan Israel lebih dekat denganmu dari pada anakmu sendiri.
Kesedihanmua atas kehilangan Absalom tidak adil bagi keluarga mereka
yang sedang bersedih. Beberapa diantaranya bahkan mati membela Daud." (2
Samuel 19:5-7). Kesedihan bisa menular dan menurunkan semangat orang
lain, apalagi jika yang sedih itu adalah pemimpin. Kita tidak bisa
memungkiri bahwa respon kita terhadap kesedihan mempengaruhi orang lain,
apakah itu akan melemahkan atau membangkitkan semangat orang lain.
Bisa dipikul
Beban
berat itu bisa dipikul. Bagaimana caranya? Pertama, kita membutuhkan
teman yang benar-benar jujur dan bisa mendorong kita untuk berjalan maju
dalam hidup ini. Teman-teman seperti ini perlu waktu untuk ditemukan,
dan jika sudah ada, hubungan itu harus dipelihara. Apakah Anda sudah
mempunya teman seperti itu?
Kedua,
kita membutuhkan sang Penyelamat yang bisa diandalkan. Setiap orang
tidak mungkin bisa memahami dan menjalani beban yang berat tanpa bantuan
Tuhan. Ketiga. kita membutuhkan keyakinan yang tidak bisa digoyahkan
apapun. Penekanan adalah pada kata "TIDAK BISA". Bahkan ketika kita
tidak mengetahui mengapa, kita bisa menjalaninya dengan keyakinan
seperti itu.
Helen
Rosevere adalah seorang misionaris medis Inggris selama bertahun-tahun.
Ia terperangkap dalam pemberontakan yang terjadi di Kongo. Ketika para
revolusioner Mau-Mau diserbu, dia menjadi korban. Wanita saleh yang
tidak berdosa ini kemudian diserang, diperkosa dan dilecehkan.
Kehidupannya
bertahan pada keyakinannya yang tidak tergoyahkan. Sementara memulihkan
diri dari peristiwa yang sungguh berat itu, Helen dengan Tuhannya
menjadi semakin dekat dibandingkan sebelumnya. Ia menulis pernyataan
dalam bentuk sebuah pertanyaan yang harus dibaca oleh setiap orang dan
dirinya sendiri: "Helen, bisakah engkau berterima kasih kepadaKu karena
mempercayaimu untuk mengalami peristiwa itu, kendati Aku tidak pernah
mengatakan kepadamu mengapa?"
Kesedihan
akibat kenyataan yang tidak sesuai harapan bisa muncul sewaktu-waktu,
bahkan kesedihan yang disebabkan oleh orang yang dikasihi. Tetapi yang
menentukan masa depan kita bukanlah kesedihan itu tetapi respon kita
terhadapnya. Hal itu tidak akan berdampak bagi kita yang mengalaminya
saja, tetapi juga orang lain disekita kita. Selamat berpulih dari
kesedihan. Tuhan Yesus memberkati.
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar