Alkisah di suatu desa, ada kabar yang
menggembirakan. Orang-orang di desa itu gembira mendengar bahwa putra
sulung sang kepala desa akhirnya akan pulang ke desanya setelah meraih
gelar sebagai seorang dokter. Rencananya, ia pulang untuk mencari istri
alias pendamping hidupnya.
Mendengar si putra sulung kepala desa
akan mencari seorang calon istri, Orang-orang di desa sibuk memikirkan
putri siapa yang pantas disandingkan dengan putra sulung kepala desa.
Ketika berkumpul di aula desa, diputuskanlah bahwa ada 3 orang gadis
yang menurut mereka paling sesuai disandingkan dengan putra sulung
kepala desa.
Yang pertama adalah putri seorang juragan beras yang
kaya di desa. Selain kaya, putri juragan ini sangat cantik dan molek.
Perawakannya bak peragawati. Ramping, langsing dan singset. Menurut
mereka, inilah pasangan yang cocok bagi putra sulung kepala desa. Yang
satu cantik, dan yang lainnya ganteng.
Yang kedua adalah putri
bendahara desa. Bendahara desa adalah seorang yang terpelajar, semua
anaknya terpelajar. Putri sulung bendahara adalah seorang yang sangat
pintar. Ia sangat jeli dan banyak membantu ayahnya. Nantinya ia
diharapkan bisa menjadi pengganti ayahnya sebagai bendahara desa.
Lagi-lagi, menurut orang-orang desa, inilah pasangan yang ideal.
Sama-sama pintar, bendahara pintar dan dokter hebat.
Yang ketiga
adalah putri seorang dokter desa. Menurut orang-orang desa, pasangan ini
ideal ‘wong sama-sama dokter. Apalagi yang kurang?
Lalu, tibalah
saat yang mendebarkan bagi seluruh isi desa. Putra sulung kepala desa
akhirnya tiba di desa. Untuk membuktikan pilihan siapa yang paling
tepat. Maka bergiliranlah putri si juragan, putri bendahara desa, dan
putri dokter desa bertandang ke rumah Pak kepala desa untuk berkenalan
dengan putra sulung pak kepala desa. Tiga hari berturut-turut mereka
berdatangan. Tetapi, tidak ada satupun dari mereka yang dipilih oleh
putra sulung kepala desa menjadi istrinya. Orang-orang di desa
terheran-heran akan kenyataan ini.
Satu bulan kemudian, putra
sulung kepala desa meminang putri seorang tukang kayu. Setelah
melangsungkan pernikahan, mereka langsung meninggalkan desa, menuju ke
kota tempat praktek si putra sulung sebagai dokter.
Setelah
kepergian mereka, orang-orang desa yang penasaran bertanya kepada Pak
kepala desa. “Bapak, kenapa anak bapak malah memilih anak seorang tukang
kayu menjadi istrinya?” Dengan tersenyum pak kepala desa menjawab,”Ia
sudah memilih yang terbaik. Ia memilih apa yang ada di dalam, bukan apa
yang tampak di luar.”
“Maksud bapak?” Tanya orang-orang desa yang penasaran.
Lalu
pak kepala desa menjelaskan dengan bijaksana “Benar, bukan putri
juragan yang cantik, molek, dan langsing yang dipilih anakku. Karena, ia
tidak melihat fisik seseorang. Wajah yang cantik, tubuh yang langsing
tidak akan bertahan lama. Ia akan pudar seiring waktu. Bukan juga, putri
bendahara desa yang pintar. Karena, kepintaran tidak menjamin apapun.
Ia juga tidak memilih putri dokter desa. Karena, profesi hanyalah bagian
dari pekerjaan seseorang. Bukan menentukan bagaimana sebenarnya orang
itu”
“Kalau akhirnya anakku memilih putri si tukang kayu, itu
lebih karena esensi diri yang baik. Putri si tukang kayu setiap sore
selalu menyempatkan diri memberi minum pada beberapa kelinci yang tidak
ia pelihara. Meskipun ia telah lelah membantu ayahnya bekerja. Esensi
dirinya yang sederhana, tulus, dan rela melakukan pekerjaan yang sekecil
apapun membuat anakku memilihnya sebagai pendamping hidupnya. Itu
adalah hal yang terpenting bagi anakku.”
Tuhan tidak memerlukan
seorang worship leader yang cantik luar biasa atau langsing luar biasa
di dalam pelayanan-Nya. Tuhan juga tidak memerlukan seorang yang luar
biasa pintar mengatur di dalam pelayanan-Nya. Bahkan, Tuhan juga tidak
memerlukan seseorang yang punya jabatan luar biasa tinggi di
perusahaannya untuk pelayanan-Nya.
Ia hanya melihat esensi diri kita. Hati kita yang tulus, rela dalam melakukan pelayanan-Nya. Itu saja.
Tetapi
berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau
perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan apa yang
dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan
mata, tetapi Tuhan melihat hati.” ( 1 Samuel 16:7)
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar