Mazmur 50:23, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, Ia memuliakan Aku;…”
Di
suatu siang yang cukup panas, tiba-tiba tercium bau hangus kebakaran.
Rupanya bau itu bersumber dari mesin sebuah mobil keluarga jemaat yang
tinggal di sebelah Gereja. Dengan sigap beberapa pengerja langsung
berlari ke rumah itu untuk menolong memadamkan api yang mungkin
mengakibatkan ledakan besar.
Tentu peristiwa ini cukup menyesakkan hati mereka, apalagi mobil
tersebut masih terbilang baru. Tetapi keesokan harinya, kami keluarga
pastori mendapat undangan ibadah ucapan syukur di sebuah restoran dari
keluarga tersebut. Bagi orang dunia, tentu hal ini tidak masuk akal.
Sebagai
manusia normal, sangat mudah bagi kita untuk menjadi kecewa ketika
keadaan seolah berjalan bertentangan dengan keinginan kita. Kita ingin
hidup ini berjalan lancar tanpa hambatan. Tetapi Tuhan justru memakai
hambatan-hambatan itu untuk memurnikan kita. Tuhan melatih kita supaya
kita memakai keadaan-keadaan itu sebagai “stepping stone” (batu
loncatan), bukan memandangnya sebagai “stumbling blocks” (batu yang
runtuh menimpa kita).
Kegagalan, kekecewaan, kerugian, sakit
penyakit, kehilangan orang yang kita kasihi – merupakan daftar panjang
yang tidak ada akhirnya. Tapi… masih LEBIH BESAR kasih karunia,
kemurahan dan kuasa Allah yang IA nyatakan bagi kita saat kita bergumul
menghadapi semua kesulitan itu.
Bawalah syukur sebagai korban
yang memuliakan Tuhan. Nikmatilah kenyataan bahwa TUHAN ITU CUKUP BAGI
KITA. Dalam segala keadaan, biarlah mengucap syukur menjadi gaya hidup
kita.
Doa: Bapa, walau
saat ini aku tidak mengerti rencanaMu, tetapi aku akan tetap bersyukur
karena kutahu Engkau sedang mengerjakan kebaikan bagiku dan kemuliaan
bagi namaMu. Amin.
GBU ALL...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar