Bertahun-tahun
yang lalu, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam perlombaan
untuk menguasai ekspedisi ke luar angkasa (space race).
Ilmuwan
dan insinyur dari kedua negara tersebut terus-menerus berada di dalam
kompetisi yang sangat ketat untuk menemukan terobosan teknolologi yang
akan membuat negara mereka selangkah lebih mau dari negara saingannya.
Salah
satu bidang yang membuat pusing para ilmuwan NASA (lembaga antariksa
AS) adalah: menemukan tinta yang bisa digunakan di ruang tanpa bobot di
dalam pesawat luar angkasa. Puluhan bahkan ratusan ribu dollar
dihabiskan untuk menemukan formula tinta "ajaib" tersebut. Ratusan
bahkan ribuan jam dihabiskan untuk melakukan riset dan eksperimen.
Anda tahu apa yang dilakukan oleh Uni Soviet? Mereka menulis memakai pensil!
Seringkali, kita sibuk mencari-cari apa yang tidak ada; padahal apa yang kita butuhkan sebenarnya telah tersedia di depan mata.
Banyak
orang percaya yang tidak pernah berani melangkah untuk melakukan
sesuatu oleh karena mereka terus-menerus merasa kurang, belum dewasa,
tidak punya karunia, minim talenta, dan segudang alasan yang lain.
Terlalu
banyak orang yang menunggu agar ia lebih dulu "sempurna" sebelum mulai
bekerja. Beberapa orang menghabiskan jam-jam doanya untuk meminta
karunia-karunia Roh yang adi kodrati (supranatural), karena berpikir
bahwa tanpanya ia tidak akan pernah berguna.
Kadang,
kita begitu sibuk memikirkan hal-hal yang terlalu besar atau tinggi
tentang diri kita. Apalagi, ketika kita mulai membandingkan diri dengan
orang lain, yang di mata kita memiliki puluhan kelebihan yang tidak kita
miliki.
Kita
ingin seperti dia, dan kita berpikir bahwa kita hanya akan berguna
kalau kita pun memiliki semua kelebihan itu. Kita lupa untuk menilai
diri kita "menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita
masing-masing" (Roma 12:3).
Dalam
perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30), sang Tuan menunjukkan
penghargaan yang persis sama kepada hamba yang memiliki 5 talenta maupun
2 talenta. Ia menghargai mereka bukan berdasar berapa talenta yang
mula-mula mereka miliki, namun berdasar apa yang mereka lakukan dengan
talenta itu.
Kalau
saja hamba dengan 1 talenta itu mau bekerja mengembangkan talentanya,
pastilah ia akan mendapat penghargaan yang sama dari sang Tuan.
Kita
tidak perlu menunggu lagi. Kita bisa mulai bergerak sekarang, dengan
apa yang kita punya, dengan apa yang kita bisa. Keluar dari kotak
egoisme, lepas dari belengu rasa rendah diri. Memperhatikan orang lain,
melakukan sesuatu; sekalipun sederhana dan kelihatannya tidak berarti
apa-apa.
Kita tidak pernah tahu berkat macam apa yang diterima orang lain dari tindakan kita yang paling sederhana. Tapi Tuhan tahu.
Saya
meyakini prinsip "siapa mempunyai, ia akan diberi" (Matius 25:29).
Kalau kita berani mulai melakukan sesuatu, dengan hati tulus dan nurani
yang murni, maka Tuhan yang akan menambahkan kemampuan, talenta,
karunia, dan entah apa lagi namanya, untuk makin melengkapi kita.
Dan
jangan kaget, kalau kita setia melakukannya, kita akan mendapati bahwa
Tuhan mulai mempertajam kepekaan hati kita kepada keadaan orang lain;
sampai-sampai kita seolah-olah bisa "meramalkan" kebutuhan orang.
Sehingga ketika kita melakukan atau mengatakan sesuatu, sesuatu itu
begitu "tepat" memenuhi kebutuhan orang lain.
Jangan menghabiskan waktu untuk menemukan tinta ajaib. Ambillah pensil yang sekarang tergeletak di atas meja.
Gbu all..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar