Kamis, 01 September 2011

Dia Menyebut Saya Sahabat

Dia Menyebut Saya Sahabat
Baca: Yohanes 15:9-17

Karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku . . . supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap. —Yohanes 15:15-16
Bacaan Untuk Setahun:

Ayub 30–31 ■ Kisah Para Rasul 13:26-52

Ada yang mendefinisikan persahabatan itu berarti “mengenal isi hati dan berbagi perasaan antara satu sama lain”. Kita berbagi perasaan dengan orang-orang yang kita percaya, dan percaya kepada mereka yang mempedulikan kita. Kita mempercayakan rahasia kepada para sahabat kita karena kita punya keyakinan bahwa mereka akan menggunakan informasi ini untuk menolong kita, bukan untuk mencelakakan kita. Sebaliknya, mereka juga mempercayai kita dengan alasan yang sama.

Kita sering menyebut Yesus sebagai sahabat kita karena kita tahu bahwa Dia menginginkan yang terbaik bagi kita. Kita mempercayakan rahasia kita kepada-Nya karena kita mempercayai-Nya. Namun, pernahkah Anda menyadari bahwa Yesus juga mempercayai umat-Nya?

Yesus mulai memanggil murid-murid-Nya dengan sebutan sahabat dan bukan hamba, karena Dia telah mempercayakan kepada mereka apa yang telah Dia dengar dari Bapa-Nya (Yoh. 15:15). Yesus percaya para murid-Nya akan menggunakan informasi itu untuk kebaikan kerajaan Bapa-Nya.

Walaupun kita tahu bahwa Yesus adalah sahabat kita, dapatkah kita berkata bahwa kita adalah sahabat-Nya? Apakah kita mendengarkan-Nya? Atau apakah kita hanya menginginkan Dia yang mendengarkan kita? Apakah kita ingin mengetahui apa yang ada di dalam hati-Nya? Ataukah kita hanya menginginkan Dia yang mengetahui isi hati kita? Untuk menjadi sahabat Yesus, kita perlu mendengar apa yang diinginkan-Nya untuk kita ketahui, lalu menggunakan informasi itu untuk membawa orang lain supaya juga menjalin persahabatan dengan-Nya.

Sungguh indah! Kita punya Sahabat di surga,
Yang memandu langkah kita yang bimbang dan lelah,
Yang menyertai dengan mata kasih-Nya
Setiap anak yang telah ditebus-Nya.

Persahabatan dengan Kristus menuntut kesetiaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar