Tidak ada keluarga yang kebal tehadap masalah. Bahkan keluarga terbaik pun. Namun tidak sedikit yang lelah menghadapi
masalah dan memilih untuk menyerah dan memutuskan tali kekeluargaan,
selingkuh dan cerai diantaranya. Mari kita belajar sebuah perspektif
dari perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-24). Kalau kita perhatika
ayat demi ayat, sebenarnya keluarga dari anak yang hilang ini penuh
dengan berkat Allah.
Tidak kebal masalah
Pertama,
keluarga ini diberkati secara jasmani, tidak kekurangan, dan hidup
dalam kelimpahan. Banyak orang upahan yang dimiliki menunjukan bahwa
perekonomian keluarga ini diatas rata-rata. Anak ini tumbuh dalam
keluarga yang mapan, semuanya sudah tersedia dan berkelimpahan.
Kedua,
keluarga ini penuh dengan kasih. Hal ini terlihat ketika ayahnya
berlari menuju anak bungsunya yang kembali pulang. Ia merangkul dan
memelukanya dengan hati terbuka. Padahal anaknya ini telah mendukakan
hati ayahnya; meminta warisan sebelum waktunya, pergi foya-foya
menghabiskan seluruh hartanya untuk kesia-siaan. Hal ini menunjukan
bahwa sang ayah penuh dengan kasih dan pengampunan. Berarti anak ini
juga tumbuh dalam keluarga yang penuh kasih.
Ketiga,
keluarga ini bukan keluarga pemurung. Ketika anak bungsu itu pulang,
Ayahnya mengadakan pesta penyambutan. Seperti nya keluarga ini telah
terbiasa untuk hidup dalam sukacita. Dan saya yakin anak ini dari waktu
ke waktu menikmati sukacita dalam keluarganya. Lalu pertanyaannya, kalau
keluarganya begitu baik, mengapa anak bungsu itu masih meninggalkan
keluarganya?
Alasanya
tidak akan kita bahas, karena semua jawaban terbuka. Tapi kita mau
mengambil faktanya, bahwa anak ini mengambil keputusan untuk
meninggalkan keluarganya. Ada kalanya keluarga sebaik apapun mengalami
masalah. Tetapi meninggalkan keluarga atau memutus tali kekeluargaan
bukanlaj jalan keluar menghadapi masalah. Hal itu justru akan
menjerumuskan kita kedalam masalah yang lebih besar.
Pentingnya Keluarga
Pada
mulanya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dan memerintahkan
mereka untuk beranak cucu. Dari sini kita tahu bahwa keluarga adalah
inisiatif dan rencana Allah. Kalau tidak Allah mungkin meciptakan Adam
dengan Adam, hawa dengan Hawa. Jika keluarga adalah inisiatif Allah,
maka pasti ada berkat dan anugerah dari Allah. Keluarga adalah institusi
luarbiasa yang Allah berikan bagi manusia.
Salah
satu manfaat keluarga adalah tempat di mana kita di terima sebagaimana
kita adanya. Jika diperusahaan umumnya. kita diterima atau tidak
tergantung dari prestasi atau produktivitas. Jika produktif, perusahaan
akan memelihara dengan memberikan bonus, insentif dan lain-lain. Tetapi
jika kita melakuka kesalahan, atau kelemahan kita terungkap, maka kita
dipecat.
Berbeda
dengan keluarga. Saya pernah berjanji pada anak bungsu saya, jika ia
berhasil meraih juara satu dikelas, saya akan membelikannya Nintendo
Wii. Saya tahu dia anak yang sangat kompetitif. Benar saja, waktu
kenaikan kelas, istri sanya mengatakan bahwa dia berhasil juara satu.
Dia pun mendapat Nintendo Wii.
Namun,
Pada tahun berikutnya, ia tidak juara satu lagi, bahkan di luar sepuluh
besar. Pertanyaannya adalah, apakah saya sebagai ayah akan memecatnya
sebagai anak? kebenarannya tetap sama, apakah ia juara satu atau juara
sepuluh, ia tetap anak saya dan saya tidak dapat memecatnya.
Di
dunia kita menerima banyak penolakan, di tempat kita bekerja, di
komunitas, dan lain lain. Kita tidak bisa selalu mengalami penolakan
karena akan menghancurkan jiwa kita. Namun ada satu tempat yang Tuhan
sediakan dimana kita bisa terbuka dan tidak takut ditolak oleh orang
disekitar kita, yaitu keluarga.
Kedua,
keluarga adalah tempat bernaung ketika badai menerpa. Sebelum resesi,
riset di singapura menunjukan bahwa keluarga merupakan prioritas kelima
di bawah karier, rekreasi, dan lain-lain. Tetapi ketika diadakan riset
kembali setelah resesi, hasilnya berubah, Keluarga menjadi prioritas
utama.
Ketika
badai datang, orang menyadari pentingnya keluarga. Ada tiga jenis
manusia didunia ini: orang yang sudah, sedang dan yang akan mengalami
badai kehidupan. Allah tahu ini, maka Dia menciptakan keluarga supaya
kita bisa bernanung dan merasakan keamanan didalamnya.
Ketiga,
Keluarga menentukan masa depan kita. Hidup saya sekarang ini, dan cara
saya membuat keputusan, bergaul, dan berbisnis bukan mutlak pilihan saya
sendiri, tetapi sebagian besar diturunkan oleh orang tua. Keluarga
adalah institusi yang menentukan masa depan generasi berikutnya.
Ayah
anak yang hilang itu begitu bersabar menanti anaknya kembali. Mungkin
selama anaknya ada di negri orang, beliau tidak lupa untuk selalu
mendoakan kesehatan dan kesejahteraannya. Ia tidak kecewa, apalagi
kepahitan. Ia selalu membuka pintu rumahnya dan juga hatinya, jika suatu
saat anaknya itu kembali.
Anaknya
juga demikian. Ia menyadari kesalahnya, meminta ampun kepada Tuhan dan
kembali kepada keluarganya. Akhirnya, Ayah dan anak yang hilang itu
bertemu, dan hubungan mereka mengalami pemulihan. Kasih, penerimaan,
pengampunan, dan pengakuan dosa selalu jalan terbaik menuju keluarga
yang utuh, kuat, dan diberkati Tuhan.
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar