Bacaan Mazmur pasal 1
Buku
karya Stephen R. Covey hanya dalam beberapa minggu bisa laku 15 juta
eksemplar. Mengapa? Karena buku itu menawarkan langkah-langkah untuk
mencapai keberhasilan. Di jaman yang susah ini, tidak hanya obat sakit
kepala yang laris, tapi juga buku-buku yang menulis tentang kunci
keberhasilan.
Keberhasilan sejati
Namun,
pengertian yang lebih lengkap tentang keberhasilan ada dalam kitab
mazmur pasal pertama. Pemazmur juga menulis bahwa keberhasilan
ditentukan oleh keberutungan atau nasib tetapi karena
kebiasaan-kebiasaan yang harus dikembangkan dalam hidup. Selain itu,
pemazmur juga juga menulis bahwa tidak semua kberhasilan adalah
keberhasilan sejati.
Keberhasilan
yang sejati, yaitu keberhasilan yang membawa kepada kebahagiaan (ayat
3). Sebaliknya, keberhasilan yang semu dan tidak sejati, adalah
keberhasilan yang tidak membawa kebahagiaan (ayat 4).
Orang
yang mengalami keberhasilan sejati digambarkan hidupnya seperti pohon
yang ditanam di tepi aliran air, menghasilkan buahnya pada musimnya,
tidak layu daunnya, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Apapun
kondisi jaman, dia tetap tegar karena berada di tepi aliran air.
Sedangkan
orang yang mengalami keberhasilan semu dan tidak sejati di gambarkan
hidupnnya seperti sekam yang ditiup oleh angin. Sesaat sekam itu ada,
tetapi ketika ditiup angin, sekam itu lenyap, hilang tak berbekas.
Keberhasilan semu bersifat sementara.
Jelas,
kita tidak ingin hidup seperti sekam yang mudah hilang ditiup angin.
Semua pasti ingin hidup seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air.
Oleh karena itu ada kebiasaan-kebiasaan yang harus dikembangkan supaya
memiliki hidup seperti pohon di tepi aliran air (Mazmur 1:1,2, dan 6).
Kebiasaan
Pertama,
orang yang memiliki hidup seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air
adalah orang yang memiliki kebiasaan pergaulan yang benar (ayat 1).
Pergaulan
memiliki pengaruh besar dalam menentukan hidup kita. Oleh karena itu
kita harus berhati-hati dengan siapa kita bergaul. Bukan maksud saya
supaya kita menjadi eksklusif. Kita tetap harus bergaul dan mengenal
semua orang supaya bisa menjadi saluran berkat Tuhan bagi banyak orang.
Tetapi kita harus berhati-hati memilih teman akrab kita. Rasul Paulus
dalam suratnya di Korintus menulis "Pergaulan yang buruk merusak
kebiasaan yang baik".
Kebiasaan
kedua yang harus dikembangkan adalah memiliki pemikiran yang benar
(ayat 2). Mutu hidup kita tergantung dari apa yang kita pikirkan. Kalau
yang kita pikirkan adalah ha-hal yang kotor, maka hidup kita akan kotor.
Tetapi, jika kita selalu memikirkan kebenaran, maka hidup kita akan
selalu segar. Amsal 23:7 menulis, "For as he thinketh in his heart, so
is he." Artinya sebagaimana orang berpikir dalam hatinya, demikianlah
ia.
Jagalah
telinga dan mata Anda. Jangan melihat atau membaca yang tidak
seharusnya. Jangan mendengar apa yang tidak sepantasnya. Karena apa yang
kita lihat dan dengar dapat mempengaruhi pikiran kita. Sebaliknya, baca
dan lihatlah apa yang baik, seharusnya dan sepantasnya.
Kebiasaan
ketiga adalah perilaku yang benar. Bukan hanya memiliki pergaulan dan
pikiran yang benar tetapi perilakunya juga harus benar. Jika kita
perilaku memuliakan nama Tuhan, hati Tuhan akan disenangkan , dan
memuncak pada satu kesimpulan, "apa saja yang diperbuatnya berhasil".
Bukan karena kekuatan manusia, tetapi karena Tuhan berkenan kepadanya.
Bergaul dengan Tuhan
Ketiga
kebiasaan itu saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pergaulan menjadi sangat penting karena mempengaruhi pikiran kita dan
pada akhirnya mempengaruhi perilaku kita. Dan dari semua pergaulan tidak
ada pergaulan yang lebih penting daripada bergaul dengan Tuhan.
Seorang
pelukis berusaha melukiskan kata "damai". Pertama, ia melukis sebuah
danau yang tenang, airnya tidak bergelombang, diatasnya awan berarak
tipis. Lukisan yang elok, tetapi ia tidak cukup puas karena belum cukup
bisa menggambarkan kata damai.
Lalu
ia melukis sawah yang sedang menguning, siap dipanen dengan latar
belakang gunung menghijau dan langit berwarna keemasan. Lukisan itu juga
indah tapi tidak cukup menggambarkan kata "damai".
Terakhir
ia melukis laut yang sedang bergelora ditiup badai, gelombang mengamuk,
badai menerjang. Di sebelah kanan berdiri sebuah batu karang. Kemudian
pada batu karang itu dilukiskan sebuah celah yang berwarna terang dengan
seekor burung kecil yang sedang bernyanyi di dalamnya. Pelukis itu baru
puas. Burung itu bernyanyi karena tahu ia berada di tempat yang aman,
di dalam batu karang yang teguh dan tidak akan bergoncang, bagaimana pun
badai menerjang. Seperti itulah hidup didalam pergaulan dengan Tuhan.
Di tengah dunia yang semakin sulit ini, kita harus bergaul akrab dengan
Tuhan. Itulah kunci keberhasilan yang sejati.
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar