“Sebab aku teringat akan imanmu
yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu
Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam
dirimu.” (I Tim 1: 5)
Apakah
yang dimaksud dengan iman yang tulus itu? Banyak orang Kristen yang
mengikut Tuhan dan menjadi anggota gereja untuk sekian tahun lamanya
tetapi tidak memiliki iman seperti yang didapati oleh Paulus ada dalam
diri anak rohaninya Timotius.
Pertama, iman yang tulus artinya adalah iman yang besar. Iman yang
seperti ini adalah iman yang sepenuhnya kepada Tuhan dan tidak
tergoyahkan dengan keadaan apapun yang dialaminya. Kepercayaannya tetap
tertuju kepada Tuhan dan tidak beralih karena masalah atau keadaan yang
dialaminya.
Kedua, iman yang tulus adalah iman yang telah teruji oleh waktu.
Paulus menemukan dalam diri Timotius sebuah iman yang telah berlangsung
lama, bahkan yang turun temurun dari ibu dan neneknya. Dari generasi ke
generasi, iman mereka tidak berpindah kepada manusia atau kekuatan
duniawi yang ada di sekitarnya.
Ketiga, iman yang tulus adalah iman kepada Allah yang benar. Timotius
adalah seorang yang percaya kepada Allah walaupun ayahnya adalah orang
Yunani yang mungkin lebih percaya kepada filsafat duniawi dan hikmat
manusia. Ia memilih iman yang dianut dan dimiliki oleh ibu dan neneknya.
Dari mimbar gereja kita seringkali mendengarkan seruan: “Sekali
Yesus, tetap Yesus.” Hal itu dikemukakan supaya kita tidak memiliki
pilihan dan opsi lain dari iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Iman
yang seperti ini yang harus kita wariskan kepada anak cucu kita, sama
seperti iman yang telah diwariskan Abraham kepada Ishak dan kemudian
diteruskan kepada Yakub.
Adakah engkau telah mewariskan iman yang tulus kepada anak cucumu
juga? Dimanakah mereka sekarang dan kepada siapakah mereka beriman?(phm)
Doa: Tuhan Yesus, tolong aku untuk memiliki iman yang tulus di hadapanMu dan dapat aku wariskan kepada anak cucuku. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar