Tetapi hanyalah orang yang
hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini;
seorang bapa memberitahukan kesetiaan-Mu kepada anak-anaknya. (Yesaya
38:19)
Ayat
di atas merupakan potongan lirik dari nyanyian syukur Hizkia, sesudah
ia disembuhkan dari penyakitnya dan lolos dari maut. Nyanyian yang
terilhami dari pengalaman-pengalaman pahit ini, telah membawa Hizkia
kepada sebuah pengertian bahwa Allah tidak meninggalkan orang yang
berseru dan berharap pada-Nya, yang tidak menghiraukan rasa lelah karena
berharap.
Kesetiaan memang memerlukan energi besar untuk mewujudkannya, energi
ini harus bisa mengalahkan rasa lelah ketika berdoa atau bergumul dalam
pengharapan dalam jangka waktu yang tidak dapat diduga. Hizkia
menjalaninya dengan keadaan tidak dapat tidur karena berteriak minta
tolong sampai pagi. Hal itu dilakukan dengan kesadaran bahwa keadaan
kematian tidak memungkinkan orang untuk bersyukur dan memuji Allah.
Selama kita masih bernafas, seburuk apapun situasi hidup kita
usahakanlah untuk konsisten berteriak minta tolong kepada Allah, dalam
doa dan Pujian. Kesetiaan Allah telah teruji dan terbukti sepanjang
sejarah manusia ada di bumi, bahkan ketika manusia berbuat tidak setia
kepada Tuhan, Ia tetap setia menolong.
Adakalanya kita menyesal dengan keadaan kita, menggerutu dengan
pengalaman pahit, tetapi akan lebih menyesal lagi, jika kita tidak
mengucap syukur selama hidup masih bisa dijalani. Karena Dia hidup, maka
yakinlah masih ada hari esok buat kita.
Doa: Tuhan, jamahlah hatiku, agar bangkit semangat dan keyakinan bahwa Allah ada, bergerak dan tidak terlambat menolong. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar