Diambil dari sebuah kisah nyata di Amerika Serikat, dan sebuah kisah nyata dalam kehidupan kita.
Love
suffers long and is kind; love does not envy; love does not parade
itself, is not puffed up; does not behave rudely, does not seek its own,
is not provoked, thinks no evil; does not rejoice in iniquity, but
rejoices in the truth; bears all things, believes all things, hopes all
things, endures all things..1 Corinthians 13:4-7 (NKJV)
Adalah
seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang
gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat
kaya. Sebelumnya mereka pun selalu berdoa, 'Tuhan berikanlah aku
pasangan yang menurut Engkau terbaik...' Setelah mereka menikah, keadaan
berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, 'Tuhan, berikanlah kami
anak yang terbaik buat kami.' Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah,
mereka tidak mempunyai anak.
Setelah
mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan,
maksudnya doa mereka berubah lagi, 'Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak
yang terbaik bagi kami.' Dan benar, setelah 9 bulan istrinya
mengandung,lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. 'Anak laki-laki pak,'
kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.
Tetapi
setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si
dokter berkata, 'Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar
buruk kepada anda.' Si ayah membalas, 'Kabar apapun, saya siap
menerimanya,pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk' 'Dan hal
yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan
normal seperti anak-anak yang lain,' jelas si dokter. 'Apa maksud
bapak,' si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, 'Putra anda menderita
sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang
serius.' Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa,
'Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan
Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu.'
But above all these things put on love, which is the bondof perfection. Colossians 3:14 (NKJV)
Sejak
itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan
ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk
mengurus anak mereka tersebut,tetapi mereka menanggung semuanya itu.
Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk
anak mereka tersebut. Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan
menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia
mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan
lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si
anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan
yang baru untuk anaknya.
Setiap
ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau
teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri
dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia
selalu membanggakan anaknya. 'Woi anak gw nih…ganteng kan ?' Selalu ia
mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah
yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena
ini anaknya. Meskipun dia cacat.
Tetapi
setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin
kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari
sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air
liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat
sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.
Suatu
hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30.
Dalam pikirannya, 'Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial
buat papa.' Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong
roti,
lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit.
Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi 'ting', maka anak cacat itu
menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju
yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, 'Harus kasih yang baaaaanyak
buat papa, biar ueeeeenak rasanya'.
Setelah
itu, ia berlari ke kulkas, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu
memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan
isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring
yang lain, sambil berpikir, 'Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng,
karena gak perlu nunggu lama.' Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir,
dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok
teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir,
'Kalau 2 sendok the saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.'
Jadilah kopi
yang terasa seperti kopi tua itu. Lalu si anak cacat ini mengambil
nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam,
menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah
dan cangkir
kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan
ayahnya, dan lalu berkata begini, 'Papa, bangun dong, aku udah buat
sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa.' Lalu ayahnya bangun dan melihat
dan menghirup aroma 'sedap' dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua
tersebut. 'Wah pasti enak nih.'
Sebelum
si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, 'Pa, kali ini
aku doain makanan ini buat papa ya, ' kan biasanya papa yang doain. OK
ya papa?' Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah
melanjutkan, 'Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan
ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.'
Lalu
ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah
gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, 'Enak kan pa?'
'Iya, enaaaak
sekali,' lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia
memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, 'Telurnya enak kan
pa? Aku yang masak semuanya loooo….' Si ayah berkata, 'Wah kamu yang
masak? Enak sekali nak.' Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah
tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak
bertanya lagi, 'Harum dan enak kan pa?' Si ayah tanpa expresi mual
apapun, membalasnya, 'Pahit, tapi papa suka sekali.' Dan dengan lugunya
si anak menjawab, 'Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,' karena ia mengira
ayahnya sedang bercanda.
Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata 'Ray, kamu tau nggak…'
'Nggak paa,' potong si anak cacat tersebut. Lalu si ayah melanjutkan,
'Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.' Lalu si anak menjawab,
'Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa.' Lalu si
ayah berkata lagi, 'Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?' Si
anak sambil menggelengkan kepala, 'Nggak tau pa….' 'Karena hari ini kamu
dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa.' Lalu si ayah
melanjutkan, 'Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama
kamu?' Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, 'Nggak tahu pa…..'
'Karena kamu anak
papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget.' 'Raymond juga,
sayaaaaaaaaaang banget sama papa.' Lalu sambil menitikan air mata, ia
memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, 'Terima
kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini
buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.' Lalu si anak menjawab,
'Sama-sama papaah….' Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, 'Tuhan
terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…'
Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?
Kamulah,
yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut.. Seperti anak
cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi
tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk
Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa
yang
tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan
terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita
melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga,
dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.
Ingat
ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu,
apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah
persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia
sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan
mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala
hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..
Ingat : Bapamu di sorga mengasihimu. You are all fair, my love, and there is no spot in you.
GBU ALL...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar