Ayat bacaan: Lukas 13:31
========================
"Pada
waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus:
"Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh
Engkau."
Orang-orang
Farisi. Mereka adalah kelompok atau faksi yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan keagamaan pada masa Yesus. Biasanya mereka adalah ahli-ahli
Taurat yang menerapkan prinsip ajaran Taurat dan tradisi Yahudi dengan
sangat ketat. Tidak heran ketika Yesus datang dan menggenapi hukum
Taurat, mereka pun merasa gerah dan terancam dalam kelangsungan
penerapan hukum-hukum dan tradisi itu (Matius 15:12). Maka kita
menemukan banyak persinggungan antara Yesus dengan para orang Farisi.
Ketika kita mendengar sebutan orang Farisi, secara otomatis pikiran kita
akan tertuju pada sesuatu yang jauh dari positif. Orang Farisi dianggap
sebagai kelompok yang penuh kemunafikan, beribadah hanya semata-mata
karena tradisi saja dan menolak perubahan-perubahan. Mereka merasa diri
mereka punya tingkat kerohanian tinggi melebihi orang lain, tetapi
mereka sendiri tidak menghayati dan melaksanakan apa yang mereka
katakan. Mereka juga bersekongkol untuk mencobai Yesus (Matius 16:1)
bahkan berusaha untuk membunuhNya (Markus 3:6). Yesus pun mengecam
mereka sebagai orang-orang munafik (Matius 23:1-36), dan mengingatkan
murid-muridNya untuk mewaspadai ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Yang
dimaksud ragi orang Farisi adalah ragi kemunafikan, ragi yang
mengedepankan kerohanian hanya pada penampakan luar saja, sedang ragi
Herodes adalah ragi yang mengedepankan keduniawian, daripada kerohanian.
Tadi pagi saya diingatkan akan ayat yang menjadi ayat bacaan
untuk hari ini. Ketika itu Yesus akan pergi ke Yerusalem, kemudian
datanglah beberapa orang Farisi dan berkata padaNya: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau."
Jika diatas kita melihat bahwa orang-orang Farisi kerap bersekongkol
untuk membunuh Yesus, tapi pada ayat ini justru sebaliknya, mengingatkan
Yesus agar menghindar dari Yerusalem supaya tidak dibunuh Herodes. Apa
yang kita dapat dari kisah ini masih berkaitan dengan renungan dua hari
yang lalu bahwa kita tidak bisa atau tidak boleh menggeneralisir apapun.
Kita melihat bahwa tidak semua orang Farisi berhati jahat. Mari kita
lihat lagi kisah Nikodemus. Nikodemus adalah seorang Farisi yang
menyandang predikat tokoh agama (Yohanes 3:1), tapi ia mendatangi Yesus
pada suatu malam dan mengakui bahwa Yesus datang sebagai guru yang
diutus Allah (ay 2). Selanjutnya kita lihat kisah setelah Yesus wafat di
kayu salib. Ada seorang bernama Yusuf dari Arimatea yang
merupakan anggota Majelis Besar yang tidak setuju dengan putusan Majelis
itu. Dia disebutkan sebagai orang yang baik lagi benar (Lukas 23:50).
Dia mendatangi Pilatus untuk meminta agar mayat Yesus dikuburkan. Dialah
yang kemudian menurunkan mayat Yesus, membungkusNya dengan kain kafan
dan meletakkan dalam kubur di dalam bukit batu yang belum pernah
dipakai. Tidak disebutkan apakah Yusuf dari Arimatea adalah Farisi atau
bukan, namun kita mengetahui statusnya sebagai anggota Majelis Besar
yang dikenal juga dengan sebutan Sanhedrin. Sanhedrin merupakan
badan pemerintahan Israel yang berisikan gabungan orang Farisi dan
Saduki. Jadi ada kemungkinan Yusuf pun adalah seorang Farisi.
Dari
kisah-kisah Farisi ini kita bisa belajar bahwa kita tidak boleh
buru-buru menghakimi dan menggeneralisir sesuatu. Ketika satu atau
banyak orang dalam sebuah badan/lembaga/kelompok/organisasi/perkumpulan
bahkan gereja sekalipun ada yang tidak benar, itu bukan berarti bahwa
seluruh orang disana semuanya tidak benar, apalagi langsung menganggap
bahwa badan/lembaga/kelompok/organisasi/perkumpulan tersebut adalah
jahat. Ketika kita melihat bahwa banyak anggota DPR yang korupsi, hal
tersebut tidak serta merta berarti bahwa semua orang di DPR adalah
koruptor, atau DPR adalah lembaga koruptor, karena meski mungkin sedikit
sekali, saya yakin masih ada orang-orang baik disana. Kita harus mampu
menghindari kecenderungan menggeneralisir sesuatu, dan lebih baik fokus
ke "dalam", yaitu bagaimana kita membenahi diri kita sendiri terlebih
dahulu. Jangan sampai selumbar (secukil kayu) di mata saudara lebih
jelas terlihat ketimbang balok di mata kita. "Karena dengan
penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2).
Banyak bukan berarti seluruhnya. Hindari kecenderungan menghakimi dan menggeneralisir sesuatu
GBU ALL...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar