Kamis, 09 Juni 2011

Sehati Untuk Membangun

“Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan  Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” Roma 15:5-6
Sehati atau kesehatian merupakan dasar dari membangun, sebab bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Kalau kita bersehati atau bersatu (Matius 18:19-20) doa-doa kita terkabul dan apa yang kita ikat atau lepaskan di dunia akan terikat atau terlepas di Sorga juga. (Markus 2:1-12) Si lumpuh dapat sembuh sebab ada empat orang yang care untuk mengangkat lalu menurunkan si lumpuh dari atap rumah dengan sehati. Kalau tidak si lumpuh bahkan lebih parah.  Jadi jika kita dapat bersehati di rumah, di keluarga, jemaat lokal, maka jemaat tubuh Kristus pasti banyak mujizat.
Sebagai ancaman atau penghambat “kesehatian” adalah konflik (bhs Latin-Contex Fliktus) artinya benturan-benturan, gesekan. Di manapun kita berada,  sebagai orang Kristen kita harus belajar “bersatu dalam keberbedaan” sebab di dalamnya ada potensi yang luar biasa. Mengapa pada waktu Raja Sulaiman membangun Bait  Allah semua berlangsung dengan baik dan lancar? Jawabnya sebab semua bahan sudah diproses sebelumnya. Artinya mau dipersatukan=disamakan. Seperti juga batu-batu Candi Borobudur dapat disusun tanpa semen dan menjadi bangunan yang luar biasa sebab masing-masing batu tersusun rapi tanpa celah atau lubang sehingga batu-batu itu menyatu satu dengan yang lainnya.
Penyebab konflik  seringkali adalah ”perbedaan”. Perbedaan karakter, tabiat, budi pekerti, sifat-sifat kejiwaan, tingkat kerohanian, status/kedudukan, prinsip-kebenaran yang jadi pokok dasar,  dan pendirian. Yakobus 4:1 “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran diantara kamu ? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu  yang saling berjuang di dalam tubuhmu ?” Biasanya semakin banyak kesamaan semakin kuat, tetapi sebaliknya semakin banyak pebedaan semakin rapuh.
Akibatnya, Markus 3:24-25 ”Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga  itu tidak dapat bertahan.” Alkitab juga memberikan solusi  agar  kita dapat bersehati dan dapat meminimalisir konflik agar kita dapat saling membangun, misalnya: Roma 12:15 ”Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.”  Pertama  kita harus belajar beradaptasi yaitu menyesuaikan diri baik di rumah, di kantor, di gereja, di lingkungan  dan dimana saja. Roma 15:7 ”Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.” Kedua, kita juga harus belajar tolerans” yaitu pengertian terhadap kelemahan orang lain, tetapi tidak  mau kompromi dengan dosanya. Ketiga, kita belajar hidup tidak mudah tersinggung satu dengan lainnya, memiliki roh pengampunani (Efesus 4:30-32). Dan terakhir kita terus berdoa agar Roh Kudus bekerja dalam pribadi, keluarga, jemaat(gereja lokal). Sebab Roh Kudus memproduksi  kesehatian di antara kita. Amin.(SJ)

Doa: Bapa, berilah kepada kami hati seperti Yesus yang dapat berdoa dengan tulus hati untuk musuh-musuhnya:”Bapa ampuni mereka, sebab mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan." Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar