Jika
Anda dihadapkan pada dua pilihan berikut, mana yang menjadi pilihan
Anda? Anda memilih menikah dengan orang yang Anda cintai tetapi tidak
mencintai Anda atau orang yang tidak Anda cintai tetapi mencintai Anda?
Pilihan yang sulit bukan? Idealnya sih, kita pasti memilih menikah
dengan orang yang kita kasihi sekaligus mengasihi kita. Namun, kalau
pilihannya seperti di atas, mana yang Anda pilih?
Sekarang,
apa yang ada di benak Anda ketika ditanya, “Kisah klasik apa yang Anda
ingat?” Sebagian dari Anda pasti menjawab, “Romeo dan Juliet”! Romeo dan
Juliet hanyalah drama percintaan tragis besutan dramawan terkenal
William Shakespeare. Mau “Drama in real life?” Baca di Alkitab! Di
Alkitab ada kisah kasih klasik yang menarik.
“Laban
mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih
muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok
sikapnya dan cantik parasnya. Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia
berkata: ”Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat
Rahel, anakmu yang lebih muda itu"” sahut Laban: “Lebih baiklah ia
kuberikan kepadamu dari pada kepada orang lain; maka tinggallah padaku”.
Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu,
tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja,
karena cintanya kepada Rahel!” (Kej 29:16-20).
Namun,
saat pernikahan berlangsung, Laban ternyata menukar Rahel dengan Lea.
Yakub marah sekali, tetapi karena cintanya kepada Rahel, ia rela bekerja
tujuh tahun lagi untuk mendapatkan Rahel. Jadi, ia bekerja 14 tahun
untuk mendapatkan orang yang ia kasihi.
Bagaimana
dengan kisah klasik masa kini? Banyak anak muda yang tidak lagi
berjuang keras untuk mencari pasangan hidup. Bukan berarti pula mereka
terlalu religius sehingga meyerahkan calon pasangan hidupnya kepada
Tuhan, tetapi karena mereka tidak mau bersusah payah seperti Yakub. Jika
ditolak orang yang ditaksirnya, orang zaman sekarang lebih memilih
langkah pragmatis, yaitu mencari yang lain.
Yang
lebih luar biasa, mereka berani pacaran dengan dua orang atau lebih
sekaligus. Seorang karyawan perusahaan swasta bahkan dengan entengnya
berkata, “Jika yang satu putus, aku tidak sampai brokenheart karena
masih punya ban serep!” Ketika ditanya apa dia setuju jika pacarnya juga
punya cowok lain di saat yang sama, ia menolak keras.
Kalau
kita renungkan, mengapa bisa terjadi pergeseran yang demikian besar?
Saya pikir, jangan-jangan semua itu terjadi bersamaan dengan budaya
instan. Karena kita bisa menikmati mie, kopi, susu, bahkan nasi instan,
maka kitapun mencari pasangan hidup yang instan juga.
Kalau
terlalu lama, kita merasa menghambur-hamburkan waktu kita. Karena
pertimbangan itu pulalah, maka orang zaman sekarang begitu kenal dalam
waktu relatif singkat sudah berani “NEMBAK”. Kalau gagal? Cari lagi!
Semudah itu? Sebenarnya tidak! Namun, ada orang-orang tertentu yang
“menebar ranjau pesona” sehingga kalau ada yang kena, ya beruntung.
Kalau tidak, sebar lagi!
Mari
belajar dari kebijaksanaan klasik karena apa yang didapat dengan mudah,
biasanya akan terlepas dengan mudah juga. Mintalah hikmat Tuhan di
dalam menemukan pasangan hidup yang seiman, sepadan, dan sepanggilan.
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar