Suatu
waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga, “Apakah
kalian melakukan doa bersama?” “Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala
keluarga itu, “ kami tidak punya waktu untuk itu.” Pendeta itu berkata,
”Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian
tidak berdoa bersama memohon kesembuhannya?” “Oh, tentu kami akan
berdoa,” jawab sang ayah. “Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak
berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah
kamu tidak akan berdoa bersama?” “Kami pasti akan melakukannya.” “
Seandainya untuk tiap hari kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima
ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?” “Tentu Pak, kami akan berdoa
bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanya an tadi?” “Begini
pak, saya pikir masalah keluarga anda bukan soal waktu. Buktinya anda
ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, Anda tidak
menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau
menjaga agar anak-anak tetap sehat.”
Doa
seharunsya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di
malam hari. Doa memberi kekuatan kepada orang lemah, membuat orang tidak
percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian kepada orang yang
takut. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan
kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan
melipatgandakan kegembiraan kita.
Bila
akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya
untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa
dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain.
Satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.
Gbu all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar