Beberapa
puluh tahun yang lalu tiga orang misionaris dari Eropah telah memasuki
pedalaman pulau Kalimantan. Mereka ditangkap oleh salah satu suku
terasing yang menolak mentah-mentah Injil Tuhan Yesus Kristus yang
mereka beritakan. Bertiga mereka digiring untuk menemui rajanya.
Seketika itu juga sesuai undang-undang yang berlaku di sana mereka
diadili dan dijatuhi hukuman mati.
Tetapi
oleh karena sepanjang hari itu Sang Raja merasa mujur dan terus-menerus
mengalami hal-hal yang menyenangkan hatinya, ia ingin bermurah hati
dengan memberikan kesempatan kepada ketiga misionaris tersebut untuk
menerima amnesti. Tetapi ... amnesti yang bersyarat.
Pengampunan
itu hanya akan dikaruniakan, jika mereka bertiga bisa memenangkan
sebuah pertandingan aneh yang ditentukan oleh Sang Raja khusus untuk
mereka. Raja itu menyuruh mereka pergi memasuki hutan belantara di
pedalaman kerajaannya untuk menemukan sejenis pohon dan memetik buahnya
yang paling ranum untuk dibawa kembali menghadap kepadanya. Setiap orang
diperintahkan untuk membawa sepuluh buah yang sejenis
“Untuk apa buah-buah tersebut?” tanya misionaris yang ketiga ingin tahu.
“Nanti
akan kujelaskan jika waktunya telah tiba. Bawalah mereka kepadaku
terlebih dahulu. Dan ingatlah, jangan ada seorangpun di antara kalian
yang mencoba untuk melarikan diri, karena hutan itu selalu berada di
bawah pengawasanku!” sabda Sang Raja sebelum mengizinkan mereka untuk
mengundurkan diri dari hadapannya. Bersama-sama mereka bergegas pergi
memasuki hutan untuk secepatnya melaksanakan tugas yang diperintahkan
olehnya.
Tidak
memakan waktu terlampau lama muncullah kembali dua orang dari ketiga
misionaris tersebut. Yang seorang membawa sepuluh mangga, sedangkan yang
lain membawa sepuluh jambu air. Tetapi anehnya, misionaris yang ketiga
tidak kunjung tiba, meskipun sudah ditunggu sekian lamanya. Entah ia
sedang berada di mana?
Karena
tidak ingin membuang waktu lagi, Sang Raja memerintahkan mereka untuk
segera memulai pertandingan tersebut. Sebuah pertandingan yang ternyata
mudah dan sederhana sekali. Mereka diharuskan untuk berdiri tegak dan
tidak diperkenankan bergerak, selama … dilempari dengan kesepuluh buah
hasil petikan tangan-tangan mereka sendiri. Apabila mereka bisa menahan
rasa sakit tanpa mengeluarkan suara apa-apa, mereka akan dinyatakan
menang dan dibebaskan dari hukuman mati! Itulah syarat yang harus mereka
lakukan!
Misionaris
yang pertama mulai dilempari dengan mangga-mangga ranum yang sudah
dibawa olehnya sendiri. Lemparan demi lemparan menggebuki bagian-bagian
tubuhnya. Sebenarnya oleh karena hantaman buah-buah yang besar dan keras
tersebut, ia sudah ingin berteriak. Namun ia bertekad untuk menahan
rasa sakitnya, mengingat hukuman fatal yang harus dilalui, jika ia gagal
memenangkan pertandingan itu.
Tetapi
pada saat ia menerima lemparan yang terakhir, buah mangga yang besar
dan paling ranum tersebut menghantam keningnya lalu pecah, sehingga
getah tercampur air sarinya mengalir turun masuk dan menggenangi kedua
bola matanya, menimbulkan rasa nyeri yang tak tertahankan lagi. Secara
refleks … ia berteriak nyaring kesakitan! Konsekuesinya, … misionaris
yang pertama dinyatakan gagal! Pada saat itu juga ia dihukum mati!
Tibalah
giliran misionaris yang kedua, yang sudah membawa kembali sepuluh jambu
air. Sang Raja memerintahkan, agar ia segera dilempari dengan buah-buah
tersebut.
“Oh,
ini mah sip banget! Jambu-jambu air yang kecil dan enteng macam
beginian engga bakalan nyakitin aku. Untung aku milih jenis buah yang
ini.” Pikirnya sambil menenangkan diri mengingat nasib rekannya.
Ternyata lemparan-lemparan keras jambu-jambu air yang menimpa tubuhnya
benar-benar tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali. Bahkan ia
memandang orang yang melempari dirinya dengan wajah tersenyum-simpul
penuh kepastian, bahwa ia akan memenangkan pertandingan itu!
Tetapi
pada saat jambu yang terakhir dilemparkan, ... tiba-tiba terdengarlah
ledakan suaranya, tertawa terpingkal-pingkal tanpa bisa dikendalikan
lagi! Konsekuesinya, … misionaris itu pun dinyatakan gagal, oleh karena
ia telah melanggar peraturan yang ditetapkan oleh Sang Raja! Seperti
yang sudah terjadi pada misionaris yang sebelumnya, ia juga langsung
dijatuhi hukuman mati.
Tentu saja, sesuai perkiraan semua orang, … kedua misionaris tersebut akhirnya masuk sorga.
Ketika
mereka bertemu muka di sana, bertanyalah misionaris yang pertama: “Eh,
‘ngapain lu ‘ngikutin gue? Jambu-jambu air khan engga bakalan nyakitin
tubuh ‘lu.”
Misionaris
yang kedua menjawab: “Engga sih, ... gue kalah bukan gara-gara ‘njerit
kesakitan, tapi gara-gara ketawa terpingkel-pingkel, karena ‘ga bisa
tahan!”
Penuh keheranan misionaris yang pertama bertanya lagi: “Emangnya elu tergelitik oleh timpukan jambu-jambu air ‘lu sendiri?”
Mengenang
kembali peristiwa yang baru terjadi itu, tanpa bisa menahan rasa
gelinya lagi, misionaris yang kedua tertawa terbahak-bahak sambil
menjawab: “Engga, bukan sebab itu, tapi karena gue jadi geli banget
‘ngeliatin teman kita tuh, yang tahu-tahu muncul dari dalam ‘utan, jalan
sempoyongan sambil ‘ngangkatin sepuluh buah duren, … gede-gede banget!
Mana dia ... bangga lagi!”
Gbu all.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar