Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi selai). Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu dengan terburu-buru ia membungkus manju itu. Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik
toko berseru, “Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya”. Seraya berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si pengemis.
Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan berkata, “Terima kasih atas kunjungan anda”.
Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko, “Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu? Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli”.
Si pemilik toko itu berkata, “Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi. Aku ingin langsung menyatakan terima kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali ini lain.”
“Mengapa lain,” tanya pelayan.
“Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan manju kita sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan manju itu. Saya tahu, manju itu sangat panting baginya. Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa aku melayaninya”, demikian penjelasan sang pemilik toko.
Konosuke Matsushita, pemilik perusahaan Matsushita Electric yang terkemuka itu, menutup cerita tadi dengan renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama. Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan. Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya.
(Dikutip dari artikel, Konosuke Matsushita, Food For Thought)
Gbu all...
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Roma 12:11
Selasa, 31 Oktober 2017
Senin, 30 Oktober 2017
Mikroskop dan Teleskop Kehidupan
Lukas 6:41
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 108; Yakobus 5; Yehezkiel 19-20
Apakah Anda pernah menggunakan mikroskop? Mungkin Anda meilihat selembar daun atau mikroorganisme, tapi tujuan menggunakan mikroskop adalah untuk memperlihat hal-hal kecil menjadi terlihat lebih besar.
Lalu apakah Anda pernah memandang bintang menggunakan teleskop? Tampaknya sesuatu yang besar menjadi dekat, dan kecil bukan?
Apakah Anda menyadari bahwa setiap hari Anda menggunakan cara pandang teleskop dan mikroskop ini? Mari kita lihat Lukas 6:41-42, “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Kita seringkali cepat menggunakan mikroskop untuk memperbesar kesalahan dan kelemahan orang lain, sementara kita memandang dengan teleskop ketika melihat kesalahan kita sendiri.
Yesus dengan keras menegur murid-murid-Nya tentang hal ini dan menyebut mereka “munafik” karena hal ini. Kata munafik dalam bahasa Yunani menggunakan kata hypocrite yang diartikan dalam bahasa Inggris sebagai kepura-puraan, aktor, dan munafik.
Seharusnya kita menggunakan mikroskop dan teleskop secara benar, yaitu melihat kesalahan orang lain dengan teleskop sehingga kecil dan melihat kesalahan kita sendiri dengan mikroskop sehingga kita bisa membenahi diri. Dengan cara demikian kita dapat hidup sebagai mana yang dituntut Allah, “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.” (Mikha 6:8).
Gunakan teleskop untuk kesalahan orang lain dan mikroskop untuk kesalahan diri sendiri, dengan demikian Anda mengeluarkan balok dari mata Anda.
Gbu all...
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 108; Yakobus 5; Yehezkiel 19-20
Apakah Anda pernah menggunakan mikroskop? Mungkin Anda meilihat selembar daun atau mikroorganisme, tapi tujuan menggunakan mikroskop adalah untuk memperlihat hal-hal kecil menjadi terlihat lebih besar.
Lalu apakah Anda pernah memandang bintang menggunakan teleskop? Tampaknya sesuatu yang besar menjadi dekat, dan kecil bukan?
Apakah Anda menyadari bahwa setiap hari Anda menggunakan cara pandang teleskop dan mikroskop ini? Mari kita lihat Lukas 6:41-42, “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Kita seringkali cepat menggunakan mikroskop untuk memperbesar kesalahan dan kelemahan orang lain, sementara kita memandang dengan teleskop ketika melihat kesalahan kita sendiri.
Yesus dengan keras menegur murid-murid-Nya tentang hal ini dan menyebut mereka “munafik” karena hal ini. Kata munafik dalam bahasa Yunani menggunakan kata hypocrite yang diartikan dalam bahasa Inggris sebagai kepura-puraan, aktor, dan munafik.
Seharusnya kita menggunakan mikroskop dan teleskop secara benar, yaitu melihat kesalahan orang lain dengan teleskop sehingga kecil dan melihat kesalahan kita sendiri dengan mikroskop sehingga kita bisa membenahi diri. Dengan cara demikian kita dapat hidup sebagai mana yang dituntut Allah, “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.” (Mikha 6:8).
Gunakan teleskop untuk kesalahan orang lain dan mikroskop untuk kesalahan diri sendiri, dengan demikian Anda mengeluarkan balok dari mata Anda.
Gbu all...
Minggu, 29 Oktober 2017
Menaklukan Kehidupan Dengan Satu Kaki
Filipi 4:13
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Namanya adalah Roger Crawford dan bekerja sebagai konsultan dan pembicara motivator bagi banyak perusahaan fortune 500 di penjuru Amerika. Ketika masih di universitas, ia adalah pemain tennis untuk Marymount Layola University dan menjadi pemain tennis professional. Apakah hal itu tidak membuat Anda terkesan? Tunggu dulu, jika saya katakan bahwa dia tidak punya tangan dan hanya punya satu kaki, bagaimana?
Roger dilahirkan dengan kondisi yang disebut ectrodactylism. Ketika masih dalam kandungan, dokter hanya melihat seperti ada jari jempol keluar dari lengan kanannya dan jari-jari tumbuh di lengan kirinya, namun ia tidak memiliki telapak tangan. Kaki kirinya terus menyusut hanya memiliki tiga jari, kaki ini diamputasi saat ia berumur lima tahun. Orangtuanya diberitahu bahwa Roger tidak akan pernah memiliki kehidupan yang normal
Namun orangtua Roger tidak menyerah, mereka membentuk Roger menjadi manusia normal dan mengajarinya hidup mandiri. Ketika Roger telah siap, ia disekolahkan di sekolah umum. Mereka mengajarinya berpikir positif, dan jadilah Roger menjadi pribadi yang positif.
Roger tidak membiarkan kekurangannya menghambatnya untuk berhasil dan menikmati kehidupan yang telah Tuhan karuniakan. Ia menjalani hidupnya dengan maksimal, karena ia mempercayai bahwa Allah memberikan kelebihan unik dalam dirinya dibalik semua kekurangan yang ada dalam dirinya.
Hari ini apa yang menjadi penghalang bagi Anda untuk maju? Datanglah kepada Allah dan mintalah kekuatan dari-Nya untuk menaklukan kelemahan itu. Karena setiap orang, Allah telah karuniakan sebuah berkat yang unik dimana Anda bisa nikmati secara maksimal di dalam Yesus Kristus.
Kekurangan Anda bukanlah kelemahan, itu hanyalah berkat tersembunyi dari Allah dalam bungkus yang lusuh.
Gbu all...
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Namanya adalah Roger Crawford dan bekerja sebagai konsultan dan pembicara motivator bagi banyak perusahaan fortune 500 di penjuru Amerika. Ketika masih di universitas, ia adalah pemain tennis untuk Marymount Layola University dan menjadi pemain tennis professional. Apakah hal itu tidak membuat Anda terkesan? Tunggu dulu, jika saya katakan bahwa dia tidak punya tangan dan hanya punya satu kaki, bagaimana?
Roger dilahirkan dengan kondisi yang disebut ectrodactylism. Ketika masih dalam kandungan, dokter hanya melihat seperti ada jari jempol keluar dari lengan kanannya dan jari-jari tumbuh di lengan kirinya, namun ia tidak memiliki telapak tangan. Kaki kirinya terus menyusut hanya memiliki tiga jari, kaki ini diamputasi saat ia berumur lima tahun. Orangtuanya diberitahu bahwa Roger tidak akan pernah memiliki kehidupan yang normal
Namun orangtua Roger tidak menyerah, mereka membentuk Roger menjadi manusia normal dan mengajarinya hidup mandiri. Ketika Roger telah siap, ia disekolahkan di sekolah umum. Mereka mengajarinya berpikir positif, dan jadilah Roger menjadi pribadi yang positif.
Roger tidak membiarkan kekurangannya menghambatnya untuk berhasil dan menikmati kehidupan yang telah Tuhan karuniakan. Ia menjalani hidupnya dengan maksimal, karena ia mempercayai bahwa Allah memberikan kelebihan unik dalam dirinya dibalik semua kekurangan yang ada dalam dirinya.
Hari ini apa yang menjadi penghalang bagi Anda untuk maju? Datanglah kepada Allah dan mintalah kekuatan dari-Nya untuk menaklukan kelemahan itu. Karena setiap orang, Allah telah karuniakan sebuah berkat yang unik dimana Anda bisa nikmati secara maksimal di dalam Yesus Kristus.
Kekurangan Anda bukanlah kelemahan, itu hanyalah berkat tersembunyi dari Allah dalam bungkus yang lusuh.
Gbu all...
Sabtu, 28 Oktober 2017
Panik? Sudah Bertanya Pada Tuhan Belum
1 Samuel 30:8
Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan."
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 90; Lukas 11; 2 Raja-raja 22-23
Dalam 1 Samuel 30, dikisahkan bahwa orang Amalek menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag, dan perempuan-perempuan serta semua orang dikota itu ditawan oleh orang Amalek, termasuk anak dan istri Daud.
Ketika Daud dan pasukannya sampai di kota itu dan tahu bahwa anak dan istri mereka telah ditawan Amalek, mereka sangat sedih dan marah. Bahkan dalam kemarahan mereka, rakyat Israel hendak melempari Daud dengan batu. Namun dalam keadaan terjepit seperti ini, Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.
Daud kemudian berdoa, “Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Sebelum bertindak, Daud bertanya apakah yang ia lakukan adalah rencana Tuhan. Dia menunggu jawaban Tuhan, baru kemudian bertindak.
Daud tidak bertindak gegabah dalam usahanya untuk menyelamatkan mereka yang tertawan dan menenangkan rakyat yang bersama dia. Yang pertama kali ia lakukan adalah menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, dan meminta petunjuk dari Tuhan tentang apa yang harus ia lakukan.
Seberapa sering kita berdoa seperti Daud? Ketika keadaan menekan hidup kita, apakah kita lari dari Tuhan atau kita lari kepada Tuhan?
Mari belajar kepada Daud, kita lari kepada Tuhan memohon petunjuk dari-Nya atas segala permasalahan kita. Tuhan adalah solusi kehidupan Anda, Dia dapat Anda percaya.
Saat masalah menerpa hidup Anda, jangan lari menjauh dari Tuhan namun larilah kepada Tuhan.
Gbu all...
Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan."
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 90; Lukas 11; 2 Raja-raja 22-23
Dalam 1 Samuel 30, dikisahkan bahwa orang Amalek menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag, dan perempuan-perempuan serta semua orang dikota itu ditawan oleh orang Amalek, termasuk anak dan istri Daud.
Ketika Daud dan pasukannya sampai di kota itu dan tahu bahwa anak dan istri mereka telah ditawan Amalek, mereka sangat sedih dan marah. Bahkan dalam kemarahan mereka, rakyat Israel hendak melempari Daud dengan batu. Namun dalam keadaan terjepit seperti ini, Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.
Daud kemudian berdoa, “Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Sebelum bertindak, Daud bertanya apakah yang ia lakukan adalah rencana Tuhan. Dia menunggu jawaban Tuhan, baru kemudian bertindak.
Daud tidak bertindak gegabah dalam usahanya untuk menyelamatkan mereka yang tertawan dan menenangkan rakyat yang bersama dia. Yang pertama kali ia lakukan adalah menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, dan meminta petunjuk dari Tuhan tentang apa yang harus ia lakukan.
Seberapa sering kita berdoa seperti Daud? Ketika keadaan menekan hidup kita, apakah kita lari dari Tuhan atau kita lari kepada Tuhan?
Mari belajar kepada Daud, kita lari kepada Tuhan memohon petunjuk dari-Nya atas segala permasalahan kita. Tuhan adalah solusi kehidupan Anda, Dia dapat Anda percaya.
Saat masalah menerpa hidup Anda, jangan lari menjauh dari Tuhan namun larilah kepada Tuhan.
Gbu all...
Jumat, 27 Oktober 2017
Act of Faith
Sebuah kelompok doa syafaat di Kansas ingin berdoa untuk meminta hujan setelah kemarau berkepanjangan. Menariknya, saat mereka berkumpul bersama untuk berdoa, hanya seorang gadis cilik yang datang dengan membawa payung! Inilah teladan iman. Tuhan Yesus memberitahukan salah satu sikap doa yang berkenan di hadapan Allah adalah dengan percaya bahwa kita telah menerimanya. Kita tidak diperintahkan untuk menipu diri, melainkan percaya.Orang mungkin akan menganggap kita gila. Perbuatan kita mungkin dianggap ekstrem, namun percayalah selama kita melakukannya karena iman kita kepada Tuhan, sesuai perintah-Nya - “...maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (ay.24b) Bukankah Nuh juga dianggap gila oleh orang-orang sebangsanya? Bayangkan hampir 100 tahun Nuh membangun bahtera sebelum air bah benar-benar dicurahkan oleh Tuhan.Barangkali Abraham akan dianggap gila bila orang lain tahu dia akan mengorbankan anaknya sendiri. Namun apa ucapan Abraham kepada hambanya sebelum dia mendaki Moria? "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Dan ketika Ishak menanyakan tentang dimana dombanya, maka jawab Abraham adalah "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Dan tepat seperti perkataan dan harapannya, maka Tuhan melakukannya kepada Abraham.Iman harus disertai tindakan. Kita tidak bisa berkata kepada Tuhan, aku percaya pada-Mu tetapi lakukanlah dulu mujizat itu dalam hidupku - barulah aku bisa percaya. Iman harus kita buktikan lewat sikap dan tindakan kita, mengambil langkah untuk taat meski keadaan nampaknya masih tetap sama. Belajar dari Abraham, Bapa orang beriman yang berani melangkah dalam ketaatan oleh karena iman. Ketika kita berdoa, bersikaplah seakan kita telah menerimanya. Ambillah langkah iman dan perkatakan iman kita setiap hari.
Gbu all...
Gbu all...
Kamis, 26 Oktober 2017
Kesempatan Menjalani Hidup
I Tesalonika 5:18“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 1; Yohanes 11; 1 Tawarikh 13-15
Dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang selalu mengeluh setiap harinya. Ada saja hal-hal yang membuat mulut mereka mengucapkan kata-kata yang sia-sia setiap harinya. Pekerjaan yang berat, keluarga yang terlalu banyak menuntut, sahabat-sahabat yang kurang solider, anak-anak yang sulit diajar merupakan beberapa contoh dari banyak problema yang dihadapi manusia.
Orang-orang yang mengaku dirinya kristen pun tak terlepas dari sikap suka mengeluh. Kata-kata yang tertulis di dalam Alkitab seringkali dipakai ketika berdoa untuk melegalkan tindakan bersungut-sungut yang kita lakukan. Namun, kabar baiknya hati Tuhan tidak pernah tersentuh dengan perkataan-perkataan kita seperti itu. Hati-Nya justru tergerak ketika melihat anak-anak-Nya hidup dengan ucapan syukur.
Tuhan bukanlah tidak mengetahui keadaan kita seperti apa sekarang ini atau masalah besar apa yang sedang kita hadapi. Dia tahu semuanya. Bahkan Dia tahu seberapa besar kekuatan kita ketika rintangan datang menghadang.
Tuhan memang Mahabesar dan Mahadahsyat, tetapi Dia tidak mau umat-Nya menjadi umat yang bermental tempe yang sebentar-bentar mengeluh, sebentar-sebentar bersedih dan akhirnya lupa untuk mengucap syukur. Dia ingin kita menjadi orang-orang yang kuat di dalam-Nya yang tidak gampang bersungut-sungut ketika ada masalah dan selalu menghargai setiap pemberian dari-Nya dengan hati yang tulus dan ucapan terima kasih.
Kehidupan ini suatu saat akan berakhir. Ketika itu tiba maka tidak ada lagi waktu untuk menyesali diri dan berangan-angan untuk kembali ke masa lalu. Selagi masa ada kesempatan, mari kita menjalani hidup dengan ucapan syukur kepada Tuhan dan mengerjakan apa yang menjadi bagian kita di dunia ini dengan sebaik mungkin.
Orang yang mengucap syukur adalah orang yang dapat menikmati setiap pemberian Tuhan dalam hidupnya.
Gbu all...
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 1; Yohanes 11; 1 Tawarikh 13-15
Dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang selalu mengeluh setiap harinya. Ada saja hal-hal yang membuat mulut mereka mengucapkan kata-kata yang sia-sia setiap harinya. Pekerjaan yang berat, keluarga yang terlalu banyak menuntut, sahabat-sahabat yang kurang solider, anak-anak yang sulit diajar merupakan beberapa contoh dari banyak problema yang dihadapi manusia.
Orang-orang yang mengaku dirinya kristen pun tak terlepas dari sikap suka mengeluh. Kata-kata yang tertulis di dalam Alkitab seringkali dipakai ketika berdoa untuk melegalkan tindakan bersungut-sungut yang kita lakukan. Namun, kabar baiknya hati Tuhan tidak pernah tersentuh dengan perkataan-perkataan kita seperti itu. Hati-Nya justru tergerak ketika melihat anak-anak-Nya hidup dengan ucapan syukur.
Tuhan bukanlah tidak mengetahui keadaan kita seperti apa sekarang ini atau masalah besar apa yang sedang kita hadapi. Dia tahu semuanya. Bahkan Dia tahu seberapa besar kekuatan kita ketika rintangan datang menghadang.
Tuhan memang Mahabesar dan Mahadahsyat, tetapi Dia tidak mau umat-Nya menjadi umat yang bermental tempe yang sebentar-bentar mengeluh, sebentar-sebentar bersedih dan akhirnya lupa untuk mengucap syukur. Dia ingin kita menjadi orang-orang yang kuat di dalam-Nya yang tidak gampang bersungut-sungut ketika ada masalah dan selalu menghargai setiap pemberian dari-Nya dengan hati yang tulus dan ucapan terima kasih.
Kehidupan ini suatu saat akan berakhir. Ketika itu tiba maka tidak ada lagi waktu untuk menyesali diri dan berangan-angan untuk kembali ke masa lalu. Selagi masa ada kesempatan, mari kita menjalani hidup dengan ucapan syukur kepada Tuhan dan mengerjakan apa yang menjadi bagian kita di dunia ini dengan sebaik mungkin.
Orang yang mengucap syukur adalah orang yang dapat menikmati setiap pemberian Tuhan dalam hidupnya.
Gbu all...
Rabu, 25 Oktober 2017
SETIA DALAM KEKOSONGAN
Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku ermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku (Rut 1:16)
"Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang." Inilah sebuah ungkapan yang menyatakan ketidaksetiaan. Tak mudah memang untuk setia, apalagi jika kesetiaan tidak hanya untuk diucapkan, tetapi perlu dibuktikan.
Ada tiga penguji kesetiaan. Pertama, waktu. Seberapa lama kita bisa setia? Kedua, jarak. Kita bisa setia saat dekat, tetapi bagaimana jika kita terpisah jauh? Ketiga, keadaan. Kalau lagi senang kita akan setia, tetapi bagaimana jika dalam keadaan yang sulit?
Rut adalah seorang yang setia. Waktu Naomi dan keluarganya baru datang ke Moab, mereka adalah keluarga yang memiliki harta. Jadi, boleh dikatakan Rut menikah dengan anak dari keluarga yang lumayan berada-Alkitab tidak menyebut berapa banyak kekayaan Naomi, tetapi ada pernyataan bahwa Naomi "pergi dengan tangan penuh" (1:21). Akan tetapi, setelah Elimelekh dan kedua anaknya meninggal dunia, Naomi jatuh miskin "tetapi dengan tangan kosong Tuhan memulangkan aku". Di sinilah kesetiaan Rut diuji dan ia berhasil. Rut tidak meninggalkan Naomi dalam "kekosongannya".
Mudah sekali untuk setia kepada orang yang banyak harta benda dan tinggi kedudukan. Sebaliknya, sulit sekali untuk setia kepada orang yang sedang jatuh atau tidak punya apa-apa lagi. Rut bisa tetap setia karena dasar kesetiaannya adalah kasih, bukan harta. Oleh sebab itu, jikalau kita mau menjadi orang yang setia, baik kepada istri atau suami, pelayanan, bahkan kepada Tuhan, kita harus mengubah dasar kesetiaan kita. Biarlah kasih yang selalu menjadi alasan mengapa kita setia -RY
JANGAN BIARKAN KESETIAAN KITA DITENTUKAN OLEH HARTA TETAPI TENTUKANLAH KESETIAAN KITA OLEH KASIH
Gbu all...
"Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang." Inilah sebuah ungkapan yang menyatakan ketidaksetiaan. Tak mudah memang untuk setia, apalagi jika kesetiaan tidak hanya untuk diucapkan, tetapi perlu dibuktikan.
Ada tiga penguji kesetiaan. Pertama, waktu. Seberapa lama kita bisa setia? Kedua, jarak. Kita bisa setia saat dekat, tetapi bagaimana jika kita terpisah jauh? Ketiga, keadaan. Kalau lagi senang kita akan setia, tetapi bagaimana jika dalam keadaan yang sulit?
Rut adalah seorang yang setia. Waktu Naomi dan keluarganya baru datang ke Moab, mereka adalah keluarga yang memiliki harta. Jadi, boleh dikatakan Rut menikah dengan anak dari keluarga yang lumayan berada-Alkitab tidak menyebut berapa banyak kekayaan Naomi, tetapi ada pernyataan bahwa Naomi "pergi dengan tangan penuh" (1:21). Akan tetapi, setelah Elimelekh dan kedua anaknya meninggal dunia, Naomi jatuh miskin "tetapi dengan tangan kosong Tuhan memulangkan aku". Di sinilah kesetiaan Rut diuji dan ia berhasil. Rut tidak meninggalkan Naomi dalam "kekosongannya".
Mudah sekali untuk setia kepada orang yang banyak harta benda dan tinggi kedudukan. Sebaliknya, sulit sekali untuk setia kepada orang yang sedang jatuh atau tidak punya apa-apa lagi. Rut bisa tetap setia karena dasar kesetiaannya adalah kasih, bukan harta. Oleh sebab itu, jikalau kita mau menjadi orang yang setia, baik kepada istri atau suami, pelayanan, bahkan kepada Tuhan, kita harus mengubah dasar kesetiaan kita. Biarlah kasih yang selalu menjadi alasan mengapa kita setia -RY
JANGAN BIARKAN KESETIAAN KITA DITENTUKAN OLEH HARTA TETAPI TENTUKANLAH KESETIAAN KITA OLEH KASIH
Gbu all...
Selasa, 24 Oktober 2017
Tinta "Ajaib" dan Sebatang Pensil
Bertahun-tahun yang lalu, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam perlombaan untuk menguasai ekspedisi ke luar angkasa (space race).
Ilmuwan dan insinyur dari kedua negara tersebut terus-menerus berada di dalam kompetisi yang sangat ketat untuk menemukan terobosan teknolologi yang akan membuat negara mereka selangkah lebih mau dari negara saingannya.
Salah satu bidang yang membuat pusing para ilmuwan NASA (lembaga antariksa AS) adalah: menemukan tinta yang bisa digunakan di ruang tanpa bobot di dalam pesawat luar angkasa. Puluhan bahkan ratusan ribu dollar dihabiskan untuk menemukan formula tinta "ajaib" tersebut. Ratusan bahkan ribuan jam dihabiskan untuk melakukan riset dan eksperimen.
Anda tahu apa yang dilakukan oleh Uni Soviet? Mereka menulis memakai pensil!
Seringkali, kita sibuk mencari-cari apa yang tidak ada; padahal apa yang kita butuhkan sebenarnya telah tersedia di depan mata.
Banyak orang percaya yang tidak pernah berani melangkah untuk melakukan sesuatu oleh karena mereka terus-menerus merasa kurang, belum dewasa, tidak punya karunia, minim talenta, dan segudang alasan yang lain.
Terlalu banyak orang yang menunggu agar ia lebih dulu "sempurna" sebelum mulai bekerja. Beberapa orang menghabiskan jam-jam doanya untuk meminta karunia-karunia Roh yang adi kodrati (supranatural), karena berpikir bahwa tanpanya ia tidak akan pernah berguna.
Kadang, kita begitu sibuk memikirkan hal-hal yang terlalu besar atau tinggi tentang diri kita. Apalagi, ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain, yang di mata kita memiliki puluhan kelebihan yang tidak kita miliki.
Kita ingin seperti dia, dan kita berpikir bahwa kita hanya akan berguna kalau kita pun memiliki semua kelebihan itu. Kita lupa untuk menilai diri kita "menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing" (Roma 12:3).
Dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30), sang Tuan menunjukkan penghargaan yang persis sama kepada hamba yang memiliki 5 talenta maupun 2 talenta. Ia menghargai mereka bukan berdasar berapa talenta yang mula-mula mereka miliki, namun berdasar apa yang mereka lakukan dengan talenta itu.
Kalau saja hamba dengan 1 talenta itu mau bekerja mengembangkan talentanya, pastilah ia akan mendapat penghargaan yang sama dari sang Tuan.
Kita tidak perlu menunggu lagi. Kita bisa mulai bergerak sekarang, dengan apa yang kita punya, dengan apa yang kita bisa. Keluar dari kotak egoisme, lepas dari belengu rasa rendah diri. Memperhatikan orang lain, melakukan sesuatu; sekalipun sederhana dan kelihatannya tidak berarti apa-apa.
Kita tidak pernah tahu berkat macam apa yang diterima orang lain dari tindakan kita yang paling sederhana. Tapi Tuhan tahu.
Saya meyakini prinsip "siapa mempunyai, ia akan diberi" (Matius 25:29). Kalau kita berani mulai melakukan sesuatu, dengan hati tulus dan nurani yang murni, maka Tuhan yang akan menambahkan kemampuan, talenta, karunia, dan entah apa lagi namanya, untuk makin melengkapi kita.
Dan jangan kaget, kalau kita setia melakukannya, kita akan mendapati bahwa Tuhan mulai mempertajam kepekaan hati kita kepada keadaan orang lain; sampai-sampai kita seolah-olah bisa "meramalkan" kebutuhan orang. Sehingga ketika kita melakukan atau mengatakan sesuatu, sesuatu itu begitu "tepat" memenuhi kebutuhan orang lain.
Jangan menghabiskan waktu untuk menemukan tinta ajaib. Ambillah pensil yang sekarang tergeletak di atas meja.
Gbu all...
Ilmuwan dan insinyur dari kedua negara tersebut terus-menerus berada di dalam kompetisi yang sangat ketat untuk menemukan terobosan teknolologi yang akan membuat negara mereka selangkah lebih mau dari negara saingannya.
Salah satu bidang yang membuat pusing para ilmuwan NASA (lembaga antariksa AS) adalah: menemukan tinta yang bisa digunakan di ruang tanpa bobot di dalam pesawat luar angkasa. Puluhan bahkan ratusan ribu dollar dihabiskan untuk menemukan formula tinta "ajaib" tersebut. Ratusan bahkan ribuan jam dihabiskan untuk melakukan riset dan eksperimen.
Anda tahu apa yang dilakukan oleh Uni Soviet? Mereka menulis memakai pensil!
Seringkali, kita sibuk mencari-cari apa yang tidak ada; padahal apa yang kita butuhkan sebenarnya telah tersedia di depan mata.
Banyak orang percaya yang tidak pernah berani melangkah untuk melakukan sesuatu oleh karena mereka terus-menerus merasa kurang, belum dewasa, tidak punya karunia, minim talenta, dan segudang alasan yang lain.
Terlalu banyak orang yang menunggu agar ia lebih dulu "sempurna" sebelum mulai bekerja. Beberapa orang menghabiskan jam-jam doanya untuk meminta karunia-karunia Roh yang adi kodrati (supranatural), karena berpikir bahwa tanpanya ia tidak akan pernah berguna.
Kadang, kita begitu sibuk memikirkan hal-hal yang terlalu besar atau tinggi tentang diri kita. Apalagi, ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain, yang di mata kita memiliki puluhan kelebihan yang tidak kita miliki.
Kita ingin seperti dia, dan kita berpikir bahwa kita hanya akan berguna kalau kita pun memiliki semua kelebihan itu. Kita lupa untuk menilai diri kita "menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing" (Roma 12:3).
Dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30), sang Tuan menunjukkan penghargaan yang persis sama kepada hamba yang memiliki 5 talenta maupun 2 talenta. Ia menghargai mereka bukan berdasar berapa talenta yang mula-mula mereka miliki, namun berdasar apa yang mereka lakukan dengan talenta itu.
Kalau saja hamba dengan 1 talenta itu mau bekerja mengembangkan talentanya, pastilah ia akan mendapat penghargaan yang sama dari sang Tuan.
Kita tidak perlu menunggu lagi. Kita bisa mulai bergerak sekarang, dengan apa yang kita punya, dengan apa yang kita bisa. Keluar dari kotak egoisme, lepas dari belengu rasa rendah diri. Memperhatikan orang lain, melakukan sesuatu; sekalipun sederhana dan kelihatannya tidak berarti apa-apa.
Kita tidak pernah tahu berkat macam apa yang diterima orang lain dari tindakan kita yang paling sederhana. Tapi Tuhan tahu.
Saya meyakini prinsip "siapa mempunyai, ia akan diberi" (Matius 25:29). Kalau kita berani mulai melakukan sesuatu, dengan hati tulus dan nurani yang murni, maka Tuhan yang akan menambahkan kemampuan, talenta, karunia, dan entah apa lagi namanya, untuk makin melengkapi kita.
Dan jangan kaget, kalau kita setia melakukannya, kita akan mendapati bahwa Tuhan mulai mempertajam kepekaan hati kita kepada keadaan orang lain; sampai-sampai kita seolah-olah bisa "meramalkan" kebutuhan orang. Sehingga ketika kita melakukan atau mengatakan sesuatu, sesuatu itu begitu "tepat" memenuhi kebutuhan orang lain.
Jangan menghabiskan waktu untuk menemukan tinta ajaib. Ambillah pensil yang sekarang tergeletak di atas meja.
Gbu all...
Senin, 23 Oktober 2017
PENGHARAPAN PASTI DI DALAM TUHAN
“Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan.” Roma 8:24a
Semua orang pasti memiliki banyak keinginan dan juga harapan dalam hidupnya. Tak seorang pun mau menjalani hari-hari tanpa ada harapan yang hendak dicapai. Jika tanpa pengharapan orang akan menjalani hidupnya asal-asalan, monoton dan tanpa semangat.
Siapakah di antara kita yang tidak ingin menjadi orang yang sukses, mapan dan bermasa depan cerah? ltulah sebabnya kita mulai merancang/merencana kan segala sesuatunya sejak dini, agar apa yang kita harapkan menjadi kenyataan. Sebagai orangtua kita pasti memiliki pengharapan yang besar terhadap anak-anak kita: sukses dalam studi dan juga karir. Begitu juga bagi si lajang, ia memiliki harapan-harapan dalam hidupnya: pekerjaan yang mapan, punya rumah dan mobil, serta memiliki pasangan hidup sesuai yang diinginkan. Itu adalah gambaran pengharapan semua orang selama hidup di dunia ini, padahal kita tahu bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara (tidak kekal).
Maka dari itu adalah bijak bagi kita sebagai orang percaya untuk tidak menggantungkan pengharapan kepada hal-hal yang kelihatan, karena tidak ada satu hal pun yang bisa kita harapkan dan andalkan di dunia ini, “. . .sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” (ayat 24b-25). Lalu kepada siapa kita menaruh pengharapan itu? Hanya satu saja yang bisa menjadi pengharapan kita yaitu pengharapan di dalam Yesus Kristus. Dia berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10: 10b). Jadi, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:7).
Bila kita berharap kepada Yesus pengharapan itu tidak pernah mengecewakan (baca Roma 5:5), karena Dia tak pernah lalai menepati janjiNya! Dan saat kita menaruh pengaharapan kita padaNya kita beroleh kekuatan dan semakin kokoh meski berada di tengah badai pencobaan, karena pengharapan itu seperti sauh yang kuat (baca Ibrani 6:19).
Jangan pernah sedikit pun melepaskan pengharapan kita kepada Tuhan, karena ada kemuliaan yang Ia sediakan (baca Efesus 1:18).
Gbu all...
Semua orang pasti memiliki banyak keinginan dan juga harapan dalam hidupnya. Tak seorang pun mau menjalani hari-hari tanpa ada harapan yang hendak dicapai. Jika tanpa pengharapan orang akan menjalani hidupnya asal-asalan, monoton dan tanpa semangat.
Siapakah di antara kita yang tidak ingin menjadi orang yang sukses, mapan dan bermasa depan cerah? ltulah sebabnya kita mulai merancang/merencana kan segala sesuatunya sejak dini, agar apa yang kita harapkan menjadi kenyataan. Sebagai orangtua kita pasti memiliki pengharapan yang besar terhadap anak-anak kita: sukses dalam studi dan juga karir. Begitu juga bagi si lajang, ia memiliki harapan-harapan dalam hidupnya: pekerjaan yang mapan, punya rumah dan mobil, serta memiliki pasangan hidup sesuai yang diinginkan. Itu adalah gambaran pengharapan semua orang selama hidup di dunia ini, padahal kita tahu bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara (tidak kekal).
Maka dari itu adalah bijak bagi kita sebagai orang percaya untuk tidak menggantungkan pengharapan kepada hal-hal yang kelihatan, karena tidak ada satu hal pun yang bisa kita harapkan dan andalkan di dunia ini, “. . .sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” (ayat 24b-25). Lalu kepada siapa kita menaruh pengharapan itu? Hanya satu saja yang bisa menjadi pengharapan kita yaitu pengharapan di dalam Yesus Kristus. Dia berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10: 10b). Jadi, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:7).
Bila kita berharap kepada Yesus pengharapan itu tidak pernah mengecewakan (baca Roma 5:5), karena Dia tak pernah lalai menepati janjiNya! Dan saat kita menaruh pengaharapan kita padaNya kita beroleh kekuatan dan semakin kokoh meski berada di tengah badai pencobaan, karena pengharapan itu seperti sauh yang kuat (baca Ibrani 6:19).
Jangan pernah sedikit pun melepaskan pengharapan kita kepada Tuhan, karena ada kemuliaan yang Ia sediakan (baca Efesus 1:18).
Gbu all...
Minggu, 22 Oktober 2017
Cermin Ajaib
By Santi Erawati
Waktu kecil saya suka menonton film Putri Salju. Di sana si ibu tiri Putri Salju senang sekali bercermin. Biasanya ia bertanya, “Cermin ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di dunia?” Lalu karena cermin si ibu tiri adalah cermin ajaib, cermin tersebut kemudian dapat memperlihatkan gambaran dari Putri Salju.
Sayangnya cermin yang saya dan Anda miliki bukan cermin ajaib. Jadi setiap kali kita bercermin, pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru malah aneh kalau kita bercermin lalu yang terlihat adalah gambaran diri orang lain.
Kita semua adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan, berarti seharusnya kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. Bahkan juga kita itu dijadikan menurut gambar dan rupa Allah.
Pertanyaannya adalah, “Cermin seperti apakah diri kita?” Bila kita merupakan cermin yang utuh dan mengilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan. Saat orang melihat diri kita, mereka melihat Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Ini yang perlu kita semua kejar.
Bila kita merupakan cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memoles supaya cermin tersebut menjadi mengilap. Bila itu yang kita rasakan, mari kita berdoa dan minta Tuhan yang memoles diri kita untuk menjadi mengkilap kembali. Selain berdoa supaya Tuhan yang memoles diri kita, kita juga perlu memoles diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengubah pikiran kita untuk menjadi selaras dengan pikiran Tuhan. Saat pikiran kita diubahkan, saat itulah kita akan berusaha memoles diri kita menjadi sesuai yang Tuhan mau.
Bagaimana bila kita merupakan cermin yang retak? Bila kita merupakan cermin yang retak, walaupun cermin itu mengilap tidak akan banyak berguna. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya merupakan cermin yang retak.
Kilap dalam cermin tidak dapat menutupi kondisi keretakan cermin. Sekuat apapun Anda menutupi kondisi retak itu, Anda tidak bisa membohongi diri sendiri. Saya tidak bermaksud mengatakan kita harus memperlihatkan kerapuhan kita, menjadi cengeng, menjadi pahit, dan mempertontonkan itu pada semua orang. Tidak! Tetapi setidaknya jujurlah! Banyak orang hari-hari ini senang sekali memakai ‘topeng’.
‘Topeng’ yang digunakan adalah topeng yang tidak kasat mata, tidak kelihatan. Topeng yang digunakan adalah untuk menutupi kondisi diri yang retak. Mengapa banyak orang suka mengenakan topeng untuk menutupi cerminan diri yang retak?
Jawaban utama hanya satu: mereka tidak menyukai cermin retak itu. Mereka malu dengan cermin retak itu. Mereka benci dengan cermin retak itu. Karena itu, mereka berusaha supaya orang juga tidak melihat cermin retak itu.
Perasaan tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan ini berpengaruh sangat besar untuk menjadikan kita sebagai cermin yang retak. Efek dari tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan akan menyebabkan orang menjadi:
- Menarik diri dari orang lain.
- Cenderung mempertahankan diri secara berlebihan.
- Menolak orang lain.
- Menyakiti orang lain.
- Memberontak.
- Cenderung berusaha keras untuk membuat diri diterima orang lain.
- Sangat sensitif dan sulit disenangkan.
- Mudah sekali kecewa.
- Memiliki harapan-harapan yang tidak realistis akan orang lain.
Bila ini adalah kondisi Anda, jangan biarkan ini berlarut-larut. Segera datang pada Tuhan, bereskan kondisi ini. Kondisi cermin yang retak bila dibiarkan berlama-lama akan menjadi cermin yang hancur. Biasanya bila cermin hancur tempatnya di pembuangan sampah. Ya, tidak akan terpakai lagi. Jangan biarkan diri Anda menjadi cermin yang hancur!
Bagaimana bila sekarang kondisi Anda adalah cermin yang hancur? Apakah sudah tidak ada lagi harapan bagi Anda? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan dalam Tuhan!
Mazmur 51:19: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Betapa Tuhan itu baik. Cermin hancur pun Tuhan tidak pandang hina, bahkan Ia pandang sebagai korban sembelihan bagi-Nya. Bila kondisi Anda saat ini sebagai cermin yang hancur, datang pada-Nya. Minta Ia memulihkan kondisi Anda.
Ia begitu mengasihi Anda, si cermin hancur. Begitu besar kasih-Nya sehingga Ia rela mati bagi Anda. Darah-Nya tercurah untuk memperbaiki Anda kembali. Setiap tetesan darah-Nya mengelem dan menyatukan setiap kepingan dan serpihan diri Anda, hati Anda, jiwa Anda. Bukan sekedar mengelem dan menyatukan, bahkan Dia menjadikan Anda sebagai cermin baru yang utuh (2 Korintus 5:17).
Mari datang kepada-Nya. Apapun kondisi kita, cermin utuh yang mengilap, cermin utuh yang kusam, cermin yang retak, bahkan cermin yang hancur; semua itu Dia terima dengan tangan terbuka.
Biarlah darah-Nya membasuh kita, memulihkan kita, dan menjadikan kita cermin yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya.
Waktu kecil saya suka menonton film Putri Salju. Di sana si ibu tiri Putri Salju senang sekali bercermin. Biasanya ia bertanya, “Cermin ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di dunia?” Lalu karena cermin si ibu tiri adalah cermin ajaib, cermin tersebut kemudian dapat memperlihatkan gambaran dari Putri Salju.
Sayangnya cermin yang saya dan Anda miliki bukan cermin ajaib. Jadi setiap kali kita bercermin, pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru malah aneh kalau kita bercermin lalu yang terlihat adalah gambaran diri orang lain.
Kita semua adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan, berarti seharusnya kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. Bahkan juga kita itu dijadikan menurut gambar dan rupa Allah.
Pertanyaannya adalah, “Cermin seperti apakah diri kita?” Bila kita merupakan cermin yang utuh dan mengilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan. Saat orang melihat diri kita, mereka melihat Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Ini yang perlu kita semua kejar.
Bila kita merupakan cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memoles supaya cermin tersebut menjadi mengilap. Bila itu yang kita rasakan, mari kita berdoa dan minta Tuhan yang memoles diri kita untuk menjadi mengkilap kembali. Selain berdoa supaya Tuhan yang memoles diri kita, kita juga perlu memoles diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengubah pikiran kita untuk menjadi selaras dengan pikiran Tuhan. Saat pikiran kita diubahkan, saat itulah kita akan berusaha memoles diri kita menjadi sesuai yang Tuhan mau.
Bagaimana bila kita merupakan cermin yang retak? Bila kita merupakan cermin yang retak, walaupun cermin itu mengilap tidak akan banyak berguna. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya merupakan cermin yang retak.
Kilap dalam cermin tidak dapat menutupi kondisi keretakan cermin. Sekuat apapun Anda menutupi kondisi retak itu, Anda tidak bisa membohongi diri sendiri. Saya tidak bermaksud mengatakan kita harus memperlihatkan kerapuhan kita, menjadi cengeng, menjadi pahit, dan mempertontonkan itu pada semua orang. Tidak! Tetapi setidaknya jujurlah! Banyak orang hari-hari ini senang sekali memakai ‘topeng’.
‘Topeng’ yang digunakan adalah topeng yang tidak kasat mata, tidak kelihatan. Topeng yang digunakan adalah untuk menutupi kondisi diri yang retak. Mengapa banyak orang suka mengenakan topeng untuk menutupi cerminan diri yang retak?
Jawaban utama hanya satu: mereka tidak menyukai cermin retak itu. Mereka malu dengan cermin retak itu. Mereka benci dengan cermin retak itu. Karena itu, mereka berusaha supaya orang juga tidak melihat cermin retak itu.
Perasaan tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan ini berpengaruh sangat besar untuk menjadikan kita sebagai cermin yang retak. Efek dari tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan akan menyebabkan orang menjadi:
- Menarik diri dari orang lain.
- Cenderung mempertahankan diri secara berlebihan.
- Menolak orang lain.
- Menyakiti orang lain.
- Memberontak.
- Cenderung berusaha keras untuk membuat diri diterima orang lain.
- Sangat sensitif dan sulit disenangkan.
- Mudah sekali kecewa.
- Memiliki harapan-harapan yang tidak realistis akan orang lain.
Bila ini adalah kondisi Anda, jangan biarkan ini berlarut-larut. Segera datang pada Tuhan, bereskan kondisi ini. Kondisi cermin yang retak bila dibiarkan berlama-lama akan menjadi cermin yang hancur. Biasanya bila cermin hancur tempatnya di pembuangan sampah. Ya, tidak akan terpakai lagi. Jangan biarkan diri Anda menjadi cermin yang hancur!
Bagaimana bila sekarang kondisi Anda adalah cermin yang hancur? Apakah sudah tidak ada lagi harapan bagi Anda? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan dalam Tuhan!
Mazmur 51:19: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Betapa Tuhan itu baik. Cermin hancur pun Tuhan tidak pandang hina, bahkan Ia pandang sebagai korban sembelihan bagi-Nya. Bila kondisi Anda saat ini sebagai cermin yang hancur, datang pada-Nya. Minta Ia memulihkan kondisi Anda.
Ia begitu mengasihi Anda, si cermin hancur. Begitu besar kasih-Nya sehingga Ia rela mati bagi Anda. Darah-Nya tercurah untuk memperbaiki Anda kembali. Setiap tetesan darah-Nya mengelem dan menyatukan setiap kepingan dan serpihan diri Anda, hati Anda, jiwa Anda. Bukan sekedar mengelem dan menyatukan, bahkan Dia menjadikan Anda sebagai cermin baru yang utuh (2 Korintus 5:17).
Mari datang kepada-Nya. Apapun kondisi kita, cermin utuh yang mengilap, cermin utuh yang kusam, cermin yang retak, bahkan cermin yang hancur; semua itu Dia terima dengan tangan terbuka.
Biarlah darah-Nya membasuh kita, memulihkan kita, dan menjadikan kita cermin yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya.
Gbu all...
Sabtu, 21 Oktober 2017
MASALAHNYA ADALAH DOSA
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9)
Seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah? Manusia memang memiliki kepintaran, sehingga sanggup menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di dunia. Buktinya adalah kemajuan teknologi. Teknologi muncul karena ada masalah yang dihadapi manusia. Namun, jika kita bertanya seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan dosa, jawabannya adalah tidak ada. Hanya Tuhan yang sanggup menyelesaikan dosa manusia.
Nehemia sangat menyadari hal tersebut ketika ia harus menyelesaikan permasalahan bangsanya. Nehemia tahu bahwa bangsanya bukan hanya emiliki masalah secara politis, melainkan dosalah yang menjadi akar persoalan dari kehidupan bangsanya tersebut. Oleh sebab itu, hal ertama yang dilakukannya adalah datang kepada Tuhan dan berdoa. Ia mengakui bahwa dirinya serta bangsanya telah berbuat dosa, mengakibatkan mereka dibuang ke Babel . Ia lalu memohon pengampunan dosa. Nehemia sadar bahwa yang sanggup memulihkan kondisi bangsanya adalah Allah sendiri. Ia memohon agar Tuhan mengampuni dan memulihkan Yerusalem.
Berbagai masalah dalam hidup kita tak jarang berakar pada dosa. Jangan hanya berfokus pada masalah itu sendiri, lihatlah lebih dalam kepada dosa yang menyebabkannya. Sebelum kita "membereskan" masalah kita, baiklah terlebih dahulu kita membereskan dosa kita di hadapan Tuhan. Bertobatlah, dan mintalah ampun kepada-Nya. Pemulihan relasi dengan Tuhan ini dapat menjadi dasar dan sumber kekuatan bagi kita untuk menghadapi masalah yang ada.
REKONSILIASI DENGAN TUHAN ADALAH DASAR HIDUP YANG KOKOH
Gbu all...
Seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah? Manusia memang memiliki kepintaran, sehingga sanggup menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di dunia. Buktinya adalah kemajuan teknologi. Teknologi muncul karena ada masalah yang dihadapi manusia. Namun, jika kita bertanya seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan dosa, jawabannya adalah tidak ada. Hanya Tuhan yang sanggup menyelesaikan dosa manusia.
Nehemia sangat menyadari hal tersebut ketika ia harus menyelesaikan permasalahan bangsanya. Nehemia tahu bahwa bangsanya bukan hanya emiliki masalah secara politis, melainkan dosalah yang menjadi akar persoalan dari kehidupan bangsanya tersebut. Oleh sebab itu, hal ertama yang dilakukannya adalah datang kepada Tuhan dan berdoa. Ia mengakui bahwa dirinya serta bangsanya telah berbuat dosa, mengakibatkan mereka dibuang ke Babel . Ia lalu memohon pengampunan dosa. Nehemia sadar bahwa yang sanggup memulihkan kondisi bangsanya adalah Allah sendiri. Ia memohon agar Tuhan mengampuni dan memulihkan Yerusalem.
Berbagai masalah dalam hidup kita tak jarang berakar pada dosa. Jangan hanya berfokus pada masalah itu sendiri, lihatlah lebih dalam kepada dosa yang menyebabkannya. Sebelum kita "membereskan" masalah kita, baiklah terlebih dahulu kita membereskan dosa kita di hadapan Tuhan. Bertobatlah, dan mintalah ampun kepada-Nya. Pemulihan relasi dengan Tuhan ini dapat menjadi dasar dan sumber kekuatan bagi kita untuk menghadapi masalah yang ada.
REKONSILIASI DENGAN TUHAN ADALAH DASAR HIDUP YANG KOKOH
Gbu all...
Jumat, 20 Oktober 2017
PUSATKAN PIKIRAN PADA YANG BAIK DAN BENAR
”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.” Matius 13:24
Seorang penulis buku terkenal, John C. Maxwell, mengatakan bahwa sesungguhnya medan peperangan terbesar ada di pikiran manusia. Pikiran itu sangat kuat dan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dengan pikiran kita. Ada pepatah yang mengatakan: ”Menabur dalam pikiran akan menuai tindakan; menabur dalam tindakan akan menuai kebiasaan; menabur kebiasaan akan menuai karakter dan menabur karakter akan menuai tujuan hidup.”
Pikiran kita seperti tanah, tidak pernah memilih dan mempedulikan jenis benih apa yang hendak kita tanam. Jika kita menabur benih jagung, tanah akan meresponsnya, lalu menumbuhkannya. Begitu juga bila kita menabur benih padi atau mungkin lalang, rumput liar dan juga tanaman-tanaman pengganggu sekali pun, tanah tetap saja akan merespons benih itu dan menumbuhkannya juga.
Apa pun yang kita tanamkan dalam pikiran, entah itu hal-hal yang baik atau pun negatif, pikiran kita akan segera menerima, merespons dan menumbuhkannya, tidak peduli hal itu akan berdampak positif/negatif terhadap kehidupan kita: membawa kepada keberhasilan atau sebaliknya menuju kehancuran. Sadar atau tidak, seringkali kita memperkatakan hal-hal buruk tentang diri kita sendiri: hidupku penuh masalah, aku tidak akan berhasil, sakitku tidak akan sembuh, keluargaku hancur berantakan, aku bodoh, aku tidak punya apa-apa (miskin), masa depanku suram dan sebagainya. Hal-hal negatif yang kita ucapkan itu akan direspons oleh pikiran kita dalam bentuk sikap dan tindakan, yang pada saatnya akan menghasilkan sesuatu yang sama persis seperti yang kita tanam. Namun bila yang kita tanam hal-hal positif: semangat atau rasa percaya diri, pikiran kita juga akan merespons hal itu ke dalam sikap dan tindakan kita sehingga hidup kita akan menjadi seperti yang kita harapkan. Oleh karenanya firman Tuhan mengingatkan, ”...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8).
Benih yang kita tanam dalam pikiran menentukan hasil akhir kehidupan kita!
Gbu all...
Seorang penulis buku terkenal, John C. Maxwell, mengatakan bahwa sesungguhnya medan peperangan terbesar ada di pikiran manusia. Pikiran itu sangat kuat dan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dengan pikiran kita. Ada pepatah yang mengatakan: ”Menabur dalam pikiran akan menuai tindakan; menabur dalam tindakan akan menuai kebiasaan; menabur kebiasaan akan menuai karakter dan menabur karakter akan menuai tujuan hidup.”
Pikiran kita seperti tanah, tidak pernah memilih dan mempedulikan jenis benih apa yang hendak kita tanam. Jika kita menabur benih jagung, tanah akan meresponsnya, lalu menumbuhkannya. Begitu juga bila kita menabur benih padi atau mungkin lalang, rumput liar dan juga tanaman-tanaman pengganggu sekali pun, tanah tetap saja akan merespons benih itu dan menumbuhkannya juga.
Apa pun yang kita tanamkan dalam pikiran, entah itu hal-hal yang baik atau pun negatif, pikiran kita akan segera menerima, merespons dan menumbuhkannya, tidak peduli hal itu akan berdampak positif/negatif terhadap kehidupan kita: membawa kepada keberhasilan atau sebaliknya menuju kehancuran. Sadar atau tidak, seringkali kita memperkatakan hal-hal buruk tentang diri kita sendiri: hidupku penuh masalah, aku tidak akan berhasil, sakitku tidak akan sembuh, keluargaku hancur berantakan, aku bodoh, aku tidak punya apa-apa (miskin), masa depanku suram dan sebagainya. Hal-hal negatif yang kita ucapkan itu akan direspons oleh pikiran kita dalam bentuk sikap dan tindakan, yang pada saatnya akan menghasilkan sesuatu yang sama persis seperti yang kita tanam. Namun bila yang kita tanam hal-hal positif: semangat atau rasa percaya diri, pikiran kita juga akan merespons hal itu ke dalam sikap dan tindakan kita sehingga hidup kita akan menjadi seperti yang kita harapkan. Oleh karenanya firman Tuhan mengingatkan, ”...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8).
Benih yang kita tanam dalam pikiran menentukan hasil akhir kehidupan kita!
Gbu all...
Kamis, 19 Oktober 2017
MENGASIHI DISAAT YANG TEPAT
Robertson MC Quilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai Rektor di Universitas Internasional Columbia dengan alasan ingin merawat istrinya, Muriel, yang sakit Alzheimer, yaitu gangguan fungsi otak.
Muriel sudah seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi dan buang air pun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dengan tangannya sendiri, karena Muriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.
Namun pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, maka Robertson tiba-tiba kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya.
Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah, saya belum pernah memukulnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya, saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan,"
Lalu tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.
Pada tanggal 14 Februari 1995, Robertson dan Muriel, memasuki hari istimewa karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Dan pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel dan pada malam harinya menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan Yesus yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin!"
Pagi harinya, ketika Robetson berolah-raga dengan menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel yang tidak pernah berbicara memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku.... sayangku...", Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu.
"Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?" tanya Muriel.
Setelah melihat anggukan dan senyum di wajah Robetson, Muriel berbisik, "Aku bahagia!" Dan ternyata itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.
Memelihara dan membahagiakan orang-orang yang sudah memberi arti dalam hidup kita adalah suatu ibadah di hadapan Tuhan. Mengurus suami atau istri yang sudah tak berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah, ibu atau mertua adalah tugas seorang anak ataupun menantu. Mengurus kakek atau nenek yang sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu. Jangan abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih.
Muriel sudah seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi dan buang air pun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dengan tangannya sendiri, karena Muriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.
Namun pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, maka Robertson tiba-tiba kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya.
Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah, saya belum pernah memukulnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya, saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan,"
Lalu tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.
Pada tanggal 14 Februari 1995, Robertson dan Muriel, memasuki hari istimewa karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Dan pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel dan pada malam harinya menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan Yesus yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin!"
Pagi harinya, ketika Robetson berolah-raga dengan menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel yang tidak pernah berbicara memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku.... sayangku...", Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu.
"Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?" tanya Muriel.
Setelah melihat anggukan dan senyum di wajah Robetson, Muriel berbisik, "Aku bahagia!" Dan ternyata itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.
Memelihara dan membahagiakan orang-orang yang sudah memberi arti dalam hidup kita adalah suatu ibadah di hadapan Tuhan. Mengurus suami atau istri yang sudah tak berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah, ibu atau mertua adalah tugas seorang anak ataupun menantu. Mengurus kakek atau nenek yang sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu. Jangan abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih.
Gbu all...
Rabu, 18 Oktober 2017
Bersabar dalam penderitaan
1 petrus 5:10..Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Tuhan mengenal hamba-hambaNya yang mengasihi Dia, kadang penderitaan dan beban di ijinkan datang oleh Allah. Tapi tidak datang dari Dia, hanya mengijinkan. Merenung dari kisah Ayub bagaimana dia tetap setia terhadap Allah walau kesusahan menimpanya.
Kesetiaan adalah bentuk kasih kita terhadap Allah, sebab Allah berkuasa atas hidup suka dan dukanya kita. Tetap sabar dan teguhkan hati.
Sebab seperti perumpamaan petani di sawah, dia bangun pagi bawa cangkul tabur benih, panasnya matahari. Dan ketika ia pulang, sudah menuaikah hasil taburannya? Belum !! Dia membawa pulang cangkul dan pakaian berlumur tanah dan keringat.
Di hari besoknya dia berangkat membawa cangkul pergi ke sawah, sepulang dr rumah. Adakah ia dapat hasil tuaiannya? Belum !! Hanya baju lumur tanah, dan keringat . Kemudian besoknya dan besoknya lagi dan lagi sampai suatu ketika petani itu membawa pulang hasil tuaiannya.Begitu juga kesetiaan kita, tetap sabar sebab Allah mengenal dan tahu batas kemampuan kita. Sehingga kuasanya akan tampak tepat pada waktuNya.
Puji TuhanAjari aku selalu untuk tidak bersungut-sungutDalam menghadapi pencobaan, sebab aku percaya Engkau adalah Allah yang sanggup dan mau melakukan perkara besar dalam hidupku.Halleluya. Allah itu baik
Gbu all...
Tuhan mengenal hamba-hambaNya yang mengasihi Dia, kadang penderitaan dan beban di ijinkan datang oleh Allah. Tapi tidak datang dari Dia, hanya mengijinkan. Merenung dari kisah Ayub bagaimana dia tetap setia terhadap Allah walau kesusahan menimpanya.
Kesetiaan adalah bentuk kasih kita terhadap Allah, sebab Allah berkuasa atas hidup suka dan dukanya kita. Tetap sabar dan teguhkan hati.
Sebab seperti perumpamaan petani di sawah, dia bangun pagi bawa cangkul tabur benih, panasnya matahari. Dan ketika ia pulang, sudah menuaikah hasil taburannya? Belum !! Dia membawa pulang cangkul dan pakaian berlumur tanah dan keringat.
Di hari besoknya dia berangkat membawa cangkul pergi ke sawah, sepulang dr rumah. Adakah ia dapat hasil tuaiannya? Belum !! Hanya baju lumur tanah, dan keringat . Kemudian besoknya dan besoknya lagi dan lagi sampai suatu ketika petani itu membawa pulang hasil tuaiannya.Begitu juga kesetiaan kita, tetap sabar sebab Allah mengenal dan tahu batas kemampuan kita. Sehingga kuasanya akan tampak tepat pada waktuNya.
Puji TuhanAjari aku selalu untuk tidak bersungut-sungutDalam menghadapi pencobaan, sebab aku percaya Engkau adalah Allah yang sanggup dan mau melakukan perkara besar dalam hidupku.Halleluya. Allah itu baik
Gbu all...
Selasa, 17 Oktober 2017
Cinta yang Tak Berkesudahan
Ada seorang pria yang memiliki kekasih yang sangat dicintainya dengan sepenuh hati. Apapun dilakukan demi menunjukkan rasa cintanya pada permata hatinya ini. Suatu saat, pria ini berkata kepada kekasihnya, "kekasihku, aku akan memberikan apapun yang kamu minta, asalkan aku menilai hal itu baik buatmu. Karena aku tidak ingin melihat engkau kecewa dengan pilihanmu yang salah".
Hari demi hari berlalu mengiringi perjalanan cinta mereka. Pria ini tak pernah memalingkan hatinya atau melupakan kekasihnya. Sementara sang wanita merasa berbahagia memiliki pria ini. Hingga suatu hari, wanita ini meminta sesuatu dari kekasihnya. Dia menginginkan sebuah kalung dengan berlian pada liontinnya. Ketika pia ini mendengar permintaan kekasihnya, dia menolak. Dia berkata," kekasihku, bukannya aku tidak mau atau tidak bisa membelikanmu kalung itu. Tapi sangat berbahaya bila engkau memakai kalung itu. Bila ada orang yang gelap mata, dia akan merampas kalung itu dan kalau itu terjadi, bukan hanya kamu yang celaka, aku juga akan sangat menderita melihatmu seperti itu. Aku hanya tidak mau kamu mendapat celaka". Tapi kekasihnya terus meminta kalung itu dan tidak mau mendengar nasehatnya. Akhirnya kalung itu pun dibeli dan dipakai oleh sang wanita.
Selang beberapa hari, apa yang ditakutkan oleh pria ini benar-benar terjadi. Ada 2 orang penjahat yang merampas kalung itu saat kekasihnya sedang mengendarai motor. Kalung itu pun terampas dan wanita ini terjatuh dari motornya. Mendengar berita ini,si pria langsung menemui kekasihnya, membawanya pulang dan mengobati lukanya. Dengan menangis, pria ini berkata," Mengapa engkau tidak mau menuruti kata-kataku? Engkau mendapat celaka seperti ini, aku merasa sepuluh kali lebih sakit daripadamu". Wanita ini menangis, dia menyesal dan berkata, "maafkan aku, aku bersalah padamu karena tidak mendengar perkataanmu dan menuruti keinginanku sendiri. Aku menyesal. Maukah engkau memaafkan aku?". Dengan penuh cinta kasih pria ini memeluk kekasihnya dan berkata, "Aku memaafkanmu sejak tadi, Aku bahagia karena aku bisa memelukmu dalam keadaan engkau masih hidup. Mulai sekarang, turutilah perkataanku karena aku tidak pernah akan membuatmu celaka". Kekasihnya mengangguk dan mereka menangis bahagia...
SOBAT.. Bukankah cerita itu mirip dengan hidup kita sehari-hari yang kita lewati bersama TUHAN? Tuhan adalah pria itu dan kita adalah sang wanita. Ketika awal kita mengenal DIA, kita berkobar-kobar dan melalui setiap detik dalam hidup dengan bahagia. Tetapi dengan berjalannya waktu, saat kita menginginkan sesuatu dan memohon padaNYA, seringkali permohonan kita tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Tapi kita terus memaksa dan merengek seperti anak kecil. Saat TUHAN benar-benar mengabulkan permohonan kita, belum tentu itu baik buat kita. Malah bisa-bisa kita kecewa karena menuruti keinginan kita sendiri. Saat itu terjadi, barulah kita ingat padaNYA, kita menyesal dan minta ampun.
Beruntunglah karena kita memiliki ALLAH yang Maha Pengampun. Dia tidak pernah menolak bila kita memohon ampun atas semua kesalahan dan kekerasan hati kita.
TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Tetapi seringkali kita yang meninggalkanNYA. Dan apa yang DIA lakukan? Denga sabar DIA menunggu kita kembali padaNYA
SOBAT, ingatlah :
Saat kita berhenti melangkah jauh dariNYA, maka DIA tersenyum...
Saat kita menoleh padaNYA, maka DIA tertawa...
Saat kita berbalik padaNYA, maka DIA membuka kedua tanganNYA...
Saat kita melangkah 1 Langkah ke arahNYA, maka DIA akan BERLARI 1000 LANGKAH MENGHAMPIRI KITA....
Sungguh cintaNYA pada kita takkan pernah berkesudahan.. PRAISE THE LORD
Gbu all...
Hari demi hari berlalu mengiringi perjalanan cinta mereka. Pria ini tak pernah memalingkan hatinya atau melupakan kekasihnya. Sementara sang wanita merasa berbahagia memiliki pria ini. Hingga suatu hari, wanita ini meminta sesuatu dari kekasihnya. Dia menginginkan sebuah kalung dengan berlian pada liontinnya. Ketika pia ini mendengar permintaan kekasihnya, dia menolak. Dia berkata," kekasihku, bukannya aku tidak mau atau tidak bisa membelikanmu kalung itu. Tapi sangat berbahaya bila engkau memakai kalung itu. Bila ada orang yang gelap mata, dia akan merampas kalung itu dan kalau itu terjadi, bukan hanya kamu yang celaka, aku juga akan sangat menderita melihatmu seperti itu. Aku hanya tidak mau kamu mendapat celaka". Tapi kekasihnya terus meminta kalung itu dan tidak mau mendengar nasehatnya. Akhirnya kalung itu pun dibeli dan dipakai oleh sang wanita.
Selang beberapa hari, apa yang ditakutkan oleh pria ini benar-benar terjadi. Ada 2 orang penjahat yang merampas kalung itu saat kekasihnya sedang mengendarai motor. Kalung itu pun terampas dan wanita ini terjatuh dari motornya. Mendengar berita ini,si pria langsung menemui kekasihnya, membawanya pulang dan mengobati lukanya. Dengan menangis, pria ini berkata," Mengapa engkau tidak mau menuruti kata-kataku? Engkau mendapat celaka seperti ini, aku merasa sepuluh kali lebih sakit daripadamu". Wanita ini menangis, dia menyesal dan berkata, "maafkan aku, aku bersalah padamu karena tidak mendengar perkataanmu dan menuruti keinginanku sendiri. Aku menyesal. Maukah engkau memaafkan aku?". Dengan penuh cinta kasih pria ini memeluk kekasihnya dan berkata, "Aku memaafkanmu sejak tadi, Aku bahagia karena aku bisa memelukmu dalam keadaan engkau masih hidup. Mulai sekarang, turutilah perkataanku karena aku tidak pernah akan membuatmu celaka". Kekasihnya mengangguk dan mereka menangis bahagia...
SOBAT.. Bukankah cerita itu mirip dengan hidup kita sehari-hari yang kita lewati bersama TUHAN? Tuhan adalah pria itu dan kita adalah sang wanita. Ketika awal kita mengenal DIA, kita berkobar-kobar dan melalui setiap detik dalam hidup dengan bahagia. Tetapi dengan berjalannya waktu, saat kita menginginkan sesuatu dan memohon padaNYA, seringkali permohonan kita tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Tapi kita terus memaksa dan merengek seperti anak kecil. Saat TUHAN benar-benar mengabulkan permohonan kita, belum tentu itu baik buat kita. Malah bisa-bisa kita kecewa karena menuruti keinginan kita sendiri. Saat itu terjadi, barulah kita ingat padaNYA, kita menyesal dan minta ampun.
Beruntunglah karena kita memiliki ALLAH yang Maha Pengampun. Dia tidak pernah menolak bila kita memohon ampun atas semua kesalahan dan kekerasan hati kita.
TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Tetapi seringkali kita yang meninggalkanNYA. Dan apa yang DIA lakukan? Denga sabar DIA menunggu kita kembali padaNYA
SOBAT, ingatlah :
Saat kita berhenti melangkah jauh dariNYA, maka DIA tersenyum...
Saat kita menoleh padaNYA, maka DIA tertawa...
Saat kita berbalik padaNYA, maka DIA membuka kedua tanganNYA...
Saat kita melangkah 1 Langkah ke arahNYA, maka DIA akan BERLARI 1000 LANGKAH MENGHAMPIRI KITA....
Sungguh cintaNYA pada kita takkan pernah berkesudahan.. PRAISE THE LORD
Gbu all...
Senin, 16 Oktober 2017
Menegur Dengan Kasih
Yang dimaksud dengan menegur adalah memberi teguran, menasehati, mendidik dan mengingatkan. Sikap orang dalam menerima teguran bermacam-macam. Ada yang menerima dengan senang hati, ada yang biasa-biasa saja, ada yang mengiyakan hanya untuk mempercepat proses pembicaraan, ada yang menolak dengan tegas, ada yang berkelit, bahkan ada yang tersinggung dan marah, serta masih banyak lagi reaksi lainnya.
Beberapa kebenaran yang perlu kita ketahui saat menegur orang lain:
1. Menegur haruslah dilandasi dengan kasih. Memang terdapat resiko orang yang ditegur menjadi tidak menyukai kita, tetapi kalau memang ia perlu ditegur, tegurlah!
Mengasihi bukan berarti harus selalu setuju, harus selalu mengiyakan, harus selalu tersenyum manis. Untuk mengasihi diperlukan teguran yang dibungkus dengan kejujuran dan keterusterangan, tanpa pura-pura.
Menegur yang dilandasi oleh kasih akan menutupi pelanggaran orang tersebut. Orang yang ditegur dengan kasih akan lebih mudah menerima teguran yang ditujukan kepadanya dan akibatnya kemungkinan untuk yang bersangkutan berubah menjadi lebih besar. Sebaliknya bila kita menegur dengan tidak berlandaskan kasih, hasilnya adalah pertengkaran. Pertengkaran bukanlah tujuan akhir yang ingin kita capai.
2. Menegur haruslah dengan hikmat. Hikmat akan membantu kita untuk memberi teguran yang tepat. Hikmat di sini berarti meliputi teknik, cara, kata-kata, waktu, tempat, serta situasi dan kondisi untuk penyampaian teguran yang tepat.
3. Hasil dari menegur dengan menggunakan hikmat akan berbuah manis. Awalnya mungkin terdapat gesekan, bahkan mungkin dapat menciptakan konflik dengan yang bersangkutan. Namun, kita tetap perlu mengambil resiko ini.
4. Jangan menahan teguran karena takut terhadap resiko gesekan dan konflik.
Salah satu bentuk kasih adalah teguran yang berhikmat. Saat kita tidak melakukan hal ini, kita berarti tidak takut pada Tuhan. Tidak takut pada Tuhan berarti dosa. Jangan takut menegur bila memang diperlukan!
Lalu bagaimana menegur dengan menggunakan hikmat?
1. Menegur dengan lemah lembut. Kelemahlembutan merupakan salah satu buah Roh yang diperlukan (Galatia 5:23). Lemah lembut bukan berarti lemah atau plin-plan. Lemah lembut merupakan sikap hati yang mau mengerti kondisi dan keterbatasan orang lain.
2. Mengetahui dengan jelas orang-orang yang perlu ditegur, orang-orang yang tidak perlu ditegur, saat dan situasi yang tepat untuk menegur. Walaupun saat kita tahu seseorang itu salah, ada saatnya kita perlu menggunakan hikmat. Ya, tidak serta merta kita dapat menegur, bahkan kadang-kadang menahan teguran atau tidak memberikan teguran memerlukan suatu hikmat tersendiri.
Berikut sejumlah ciri-ciri orang yang tidak perlu ditegur atau Anda sebaiknya menahan teguran pada waktu yang lain:
- Orang yang tidak mau mendengarkan teguran dan tidak mempedulikan teguran, bahkan membenci teguran. Orang-orang ini adalah orang yang akan menguras emosi kita. Jadi, jangan habiskan waktu, tenaga, dan emosi untuk orang yang tidak mau mendengar. Bukan karena kita tidak peduli, tetapi memang ada kesempatan lain yang lebih tepat untuk menegur. Cukup bawa orang ini dalam DOA.
- Orang yang gemar bersilat kata. Saat Anda memberi teguran pada orang yang gemar bersilat kata, orang ini akan terus-menerus memberi jawaban dan alasan. Hemat nafas Anda! Hentikan sampai di situ dan bawa orang ini dalam DOA.
Cara-cara menegur adalah demikian:
1. Menegur hanya berdua saja, tidak di depan orang lain. Orang akan lebih mudah menurunkan ego bila ditegur berdua saja tanpa kehadiran orang lain. Pada saat ada orang lain yang hadir, kecenderungan untuk membela diri dan mempertahankan ego akan lebih besar daripada saat hanya berdua.
2. Bila berdua saja tidak mempan, minta bantuan 1 atau 2 orang lain untuk menegur. Ini harus melihat kasusnya juga. Tidak semua kasus dapat diperlakukan sama. Jika memang diperlukan bantuan dari 1 atau 2 orang lain, lakukanlah!
3. Bila setelah minta bantuan dari 1 atau 2 orang tetap tidak mempan juga, minta bantuan lebih banyak orang. Ini hanya perlu dilakukan untuk kasus-kasus yang sangat serius. Untuk kasus-kasus yang dapat mengundang keresahan bagi orang banyak, hal ini perlu dilakukan. Bila yang bersangkutan masih tidak mau mendengarkan teguran, hemat nafas Anda! Cukup bawa yang bersangkutan dalam DOA Anda.
Beberapa kebenaran yang perlu kita ketahui saat menegur orang lain:
1. Menegur haruslah dilandasi dengan kasih. Memang terdapat resiko orang yang ditegur menjadi tidak menyukai kita, tetapi kalau memang ia perlu ditegur, tegurlah!
Mengasihi bukan berarti harus selalu setuju, harus selalu mengiyakan, harus selalu tersenyum manis. Untuk mengasihi diperlukan teguran yang dibungkus dengan kejujuran dan keterusterangan, tanpa pura-pura.
Menegur yang dilandasi oleh kasih akan menutupi pelanggaran orang tersebut. Orang yang ditegur dengan kasih akan lebih mudah menerima teguran yang ditujukan kepadanya dan akibatnya kemungkinan untuk yang bersangkutan berubah menjadi lebih besar. Sebaliknya bila kita menegur dengan tidak berlandaskan kasih, hasilnya adalah pertengkaran. Pertengkaran bukanlah tujuan akhir yang ingin kita capai.
2. Menegur haruslah dengan hikmat. Hikmat akan membantu kita untuk memberi teguran yang tepat. Hikmat di sini berarti meliputi teknik, cara, kata-kata, waktu, tempat, serta situasi dan kondisi untuk penyampaian teguran yang tepat.
3. Hasil dari menegur dengan menggunakan hikmat akan berbuah manis. Awalnya mungkin terdapat gesekan, bahkan mungkin dapat menciptakan konflik dengan yang bersangkutan. Namun, kita tetap perlu mengambil resiko ini.
4. Jangan menahan teguran karena takut terhadap resiko gesekan dan konflik.
Salah satu bentuk kasih adalah teguran yang berhikmat. Saat kita tidak melakukan hal ini, kita berarti tidak takut pada Tuhan. Tidak takut pada Tuhan berarti dosa. Jangan takut menegur bila memang diperlukan!
Lalu bagaimana menegur dengan menggunakan hikmat?
1. Menegur dengan lemah lembut. Kelemahlembutan merupakan salah satu buah Roh yang diperlukan (Galatia 5:23). Lemah lembut bukan berarti lemah atau plin-plan. Lemah lembut merupakan sikap hati yang mau mengerti kondisi dan keterbatasan orang lain.
2. Mengetahui dengan jelas orang-orang yang perlu ditegur, orang-orang yang tidak perlu ditegur, saat dan situasi yang tepat untuk menegur. Walaupun saat kita tahu seseorang itu salah, ada saatnya kita perlu menggunakan hikmat. Ya, tidak serta merta kita dapat menegur, bahkan kadang-kadang menahan teguran atau tidak memberikan teguran memerlukan suatu hikmat tersendiri.
Berikut sejumlah ciri-ciri orang yang tidak perlu ditegur atau Anda sebaiknya menahan teguran pada waktu yang lain:
- Orang yang tidak mau mendengarkan teguran dan tidak mempedulikan teguran, bahkan membenci teguran. Orang-orang ini adalah orang yang akan menguras emosi kita. Jadi, jangan habiskan waktu, tenaga, dan emosi untuk orang yang tidak mau mendengar. Bukan karena kita tidak peduli, tetapi memang ada kesempatan lain yang lebih tepat untuk menegur. Cukup bawa orang ini dalam DOA.
- Orang yang gemar bersilat kata. Saat Anda memberi teguran pada orang yang gemar bersilat kata, orang ini akan terus-menerus memberi jawaban dan alasan. Hemat nafas Anda! Hentikan sampai di situ dan bawa orang ini dalam DOA.
Cara-cara menegur adalah demikian:
1. Menegur hanya berdua saja, tidak di depan orang lain. Orang akan lebih mudah menurunkan ego bila ditegur berdua saja tanpa kehadiran orang lain. Pada saat ada orang lain yang hadir, kecenderungan untuk membela diri dan mempertahankan ego akan lebih besar daripada saat hanya berdua.
2. Bila berdua saja tidak mempan, minta bantuan 1 atau 2 orang lain untuk menegur. Ini harus melihat kasusnya juga. Tidak semua kasus dapat diperlakukan sama. Jika memang diperlukan bantuan dari 1 atau 2 orang lain, lakukanlah!
3. Bila setelah minta bantuan dari 1 atau 2 orang tetap tidak mempan juga, minta bantuan lebih banyak orang. Ini hanya perlu dilakukan untuk kasus-kasus yang sangat serius. Untuk kasus-kasus yang dapat mengundang keresahan bagi orang banyak, hal ini perlu dilakukan. Bila yang bersangkutan masih tidak mau mendengarkan teguran, hemat nafas Anda! Cukup bawa yang bersangkutan dalam DOA Anda.
Gbu all...
Minggu, 15 Oktober 2017
Try Again
"Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."
Suatu kali ayah Randi sedang melatih anaknya bersepeda di sebuah taman yang ada di depan rumah mereka. Awalnya, sang ayah memegang dari samping sepeda yang dikendarai Randi. Dengan sabar, ia mengajari anaknya itu bagaimana mengayuh sepeda dan menyeimbangkan badan. Namun, tiba-tiba sang ayah melepaskan tangannya dari sepeda, tentu saja Randi yang belum siap ketika itu pun jatuh.
Air mata Randi keluar saat ia melihat ada darah keluar dari kakinya. Perih, itulah yang dirasakannya ketika itu. Sang ayah yang tidak jauh dari jatuh anaknya itu pun hanya tersenyum dan mendatangi Randi yang sedang menangis dan memegang kakinya yang luka. Ia pun mendatangi anaknya dan memegang kakinya. Dengan santai, ia berkata kepada anaknya, "ah, ini mah gak papa, besok juga lukanya udah kering. Randi, masih mau melanjutkan latihan sepedanya atau tidak?"
Randi yang mendapat pertanyaan dari sang ayah pun terdiam. Air matanya berhenti saat itu dan pikirannya saat itu berputar. Sambil terisak-isak, ia menganggukkan kepalanya tanda untuk mau latihan. Sang ayah pun mengambil sepeda dan meminta anaknya untuk bangkit kembali. Dengan menahan rasa perih, ia pun menuruti permintaan ayahnya. Sepeda kembali ia dipegang dan Randi pun duduk di jok sepedanya.
Sewaktu sang ayah ingin membantunya untuk mengendarai sepeda, tawaran itu ia tolak. Ia meminta ayahnya untuk berada cukup jauh dari dirinya. Sambil menghela nafas panjang, Randi pun mulai mengayuh sepedanya. Pada ayuhan yang pertama dia begitu senang karena ia bisa mengendalikan sepedanya, tapi itu tidak berlangsung lama dan dia pun terjatuh. Hal itu terus terjadi sampai usahanya yang ke-9.
Pada usahanya yang ke-10, Randi kembali mengambil sepedanya. Dia pun dengan semangat mengangkat sepeda yang telah jatuh ke tanah dan kembali mencoba mengayuh sepedanya. Dan usahanya kali ini berhasil. Randi telah bisa menguasai sepedanya seorang diri. Ia pun menghampiri ayahnya dan mengatakan bahwa ia telah bisa berhasil mengendarai sepeda.
Tuhan menginginkan hal yang sama kepada kita. Walaupun mempunyai kuasa untuk menolong saat kita sedang dalam masa "jatuh", Dia ingin kita tetap berusaha untuk bangkit. Dia mau anak-anakNya menjadi anak yang tangguh; anak-anak yang tidak mudah menyerah oleh keadaan yang sukar; anak-anak yang berkata "ya" kepada kebenaran firman Tuhan dan "tidak" kepada dosa.
Saat ini Tuhan bertanya kepada Anda, "apakah engkau mau melanjutkan ujian dari-Ku dan menjadi pemenang sejati?" jika iya, berusaha terus saat Anda merasa gagal dan jatuh. Percayalah tangan-Nya selalu tersedia dan siap membantu ketika Anda membutuhkannya.
Untuk melihat janji Tuhan digenapi, terkadang Anda harus mengeluarkan usaha yang ekstra.
Suatu kali ayah Randi sedang melatih anaknya bersepeda di sebuah taman yang ada di depan rumah mereka. Awalnya, sang ayah memegang dari samping sepeda yang dikendarai Randi. Dengan sabar, ia mengajari anaknya itu bagaimana mengayuh sepeda dan menyeimbangkan badan. Namun, tiba-tiba sang ayah melepaskan tangannya dari sepeda, tentu saja Randi yang belum siap ketika itu pun jatuh.
Air mata Randi keluar saat ia melihat ada darah keluar dari kakinya. Perih, itulah yang dirasakannya ketika itu. Sang ayah yang tidak jauh dari jatuh anaknya itu pun hanya tersenyum dan mendatangi Randi yang sedang menangis dan memegang kakinya yang luka. Ia pun mendatangi anaknya dan memegang kakinya. Dengan santai, ia berkata kepada anaknya, "ah, ini mah gak papa, besok juga lukanya udah kering. Randi, masih mau melanjutkan latihan sepedanya atau tidak?"
Randi yang mendapat pertanyaan dari sang ayah pun terdiam. Air matanya berhenti saat itu dan pikirannya saat itu berputar. Sambil terisak-isak, ia menganggukkan kepalanya tanda untuk mau latihan. Sang ayah pun mengambil sepeda dan meminta anaknya untuk bangkit kembali. Dengan menahan rasa perih, ia pun menuruti permintaan ayahnya. Sepeda kembali ia dipegang dan Randi pun duduk di jok sepedanya.
Sewaktu sang ayah ingin membantunya untuk mengendarai sepeda, tawaran itu ia tolak. Ia meminta ayahnya untuk berada cukup jauh dari dirinya. Sambil menghela nafas panjang, Randi pun mulai mengayuh sepedanya. Pada ayuhan yang pertama dia begitu senang karena ia bisa mengendalikan sepedanya, tapi itu tidak berlangsung lama dan dia pun terjatuh. Hal itu terus terjadi sampai usahanya yang ke-9.
Pada usahanya yang ke-10, Randi kembali mengambil sepedanya. Dia pun dengan semangat mengangkat sepeda yang telah jatuh ke tanah dan kembali mencoba mengayuh sepedanya. Dan usahanya kali ini berhasil. Randi telah bisa menguasai sepedanya seorang diri. Ia pun menghampiri ayahnya dan mengatakan bahwa ia telah bisa berhasil mengendarai sepeda.
Tuhan menginginkan hal yang sama kepada kita. Walaupun mempunyai kuasa untuk menolong saat kita sedang dalam masa "jatuh", Dia ingin kita tetap berusaha untuk bangkit. Dia mau anak-anakNya menjadi anak yang tangguh; anak-anak yang tidak mudah menyerah oleh keadaan yang sukar; anak-anak yang berkata "ya" kepada kebenaran firman Tuhan dan "tidak" kepada dosa.
Saat ini Tuhan bertanya kepada Anda, "apakah engkau mau melanjutkan ujian dari-Ku dan menjadi pemenang sejati?" jika iya, berusaha terus saat Anda merasa gagal dan jatuh. Percayalah tangan-Nya selalu tersedia dan siap membantu ketika Anda membutuhkannya.
Untuk melihat janji Tuhan digenapi, terkadang Anda harus mengeluarkan usaha yang ekstra.
Gbu all...
Sabtu, 14 Oktober 2017
Kekurangan Bukan Alasan
Emmanuel "Manny" Yarbrough pernah merasa minder dengan tubuhnya yang begitu besar. Wajar saja, dengan tinggi 2 meter dan berat badan 350 kg, siapa yang tidak merasa dirinya sebagai orang aneh diantara masyarakat? Akan tetapi, ia tidak mau terus berlarut-larut dalam keterpurukan. Ia memutuskan untuk membuang pikiran negatif tentang dirinya. Ia mulai bangkit dan mencoba untuk menggali potensi yang ada di dalam dirinya. Ia pun mulai mendalami olah raga sumo. Terbukti, olah raga itu sangat cocok dengan tubuhnya yang besar. Setelah bekerja keras dan pantang menyerah, Pria asal AS tersebut telah berhasil menjadi juara dunia amatir Sumo, sekaligus menjadi atlet Sumo paling populer di luar Jepang.
Zakheus, si pemungut cukai kaya di Yerikho yang terkenal dengan tubuhnya yang pendek. Namun kita juga ingat bahwa meski pendek, ia adalah orang yang tidak mudah menyerah. Karena begitu ingin melihat Yesus, Alkitab mencatat bahwa ia kemudian melakukan dua hal. Pertama, ia berlari mendahului orang banyak. Kedua, ia memanjat pohon Ara agar dapat melihat-Nya.
Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan di dalam dirinya. Kadang kala, kita sendiri akan lebih mudah melihat kekurangan diri kita dari pada kelebihan yang kita miliki. Demikian halnya, bagi orang lain, kekurangan sesorang seringkali akan lebih mudah terlihat ketimbang kelebihan.
Kesalahan yang sering terjadi adalah kita hanya sekedar melihat kekurangan kita dan berhenti pada menyesali, atau sekedar meminta orang lain untuk memakluminya. Bukan sikap seperti itu yang dimiliki Zakheus. Zakheus tidak protes atau meratapi kondisi tubuhnya, tetapi ia mau bertindak yaitu berlari dan memanjat. Berlari bebicara tentang bertindak lebih cepat. Memanjat adalah untuk berada di tempat lebih tinggi. Belajar dari Zakheus, jika kita ingin sukses didalam hidup, dibutuhkan lebih dari sekedar menyadari apa kelemahan kita, tetapi terlebih juga menyadari apa kelebihan kita.
Melakukan lebih, itulah kunci sukses.
Jangan biarkan kekurangan kita mengurangi keberhasilan kita.
" Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ."
( Lukas 19 : 4 )
Zakheus, si pemungut cukai kaya di Yerikho yang terkenal dengan tubuhnya yang pendek. Namun kita juga ingat bahwa meski pendek, ia adalah orang yang tidak mudah menyerah. Karena begitu ingin melihat Yesus, Alkitab mencatat bahwa ia kemudian melakukan dua hal. Pertama, ia berlari mendahului orang banyak. Kedua, ia memanjat pohon Ara agar dapat melihat-Nya.
Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan di dalam dirinya. Kadang kala, kita sendiri akan lebih mudah melihat kekurangan diri kita dari pada kelebihan yang kita miliki. Demikian halnya, bagi orang lain, kekurangan sesorang seringkali akan lebih mudah terlihat ketimbang kelebihan.
Kesalahan yang sering terjadi adalah kita hanya sekedar melihat kekurangan kita dan berhenti pada menyesali, atau sekedar meminta orang lain untuk memakluminya. Bukan sikap seperti itu yang dimiliki Zakheus. Zakheus tidak protes atau meratapi kondisi tubuhnya, tetapi ia mau bertindak yaitu berlari dan memanjat. Berlari bebicara tentang bertindak lebih cepat. Memanjat adalah untuk berada di tempat lebih tinggi. Belajar dari Zakheus, jika kita ingin sukses didalam hidup, dibutuhkan lebih dari sekedar menyadari apa kelemahan kita, tetapi terlebih juga menyadari apa kelebihan kita.
Melakukan lebih, itulah kunci sukses.
Jangan biarkan kekurangan kita mengurangi keberhasilan kita.
" Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ."
( Lukas 19 : 4 )
Gbu all...
Langganan:
Postingan (Atom)