Minggu, 06 Oktober 2024

SETIA DALAM KEKOSONGAN

Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku ermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku (Rut 1:16)


"Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang." Inilah sebuah ungkapan yang menyatakan ketidaksetiaan. Tak mudah memang untuk setia, apalagi jika kesetiaan tidak hanya untuk diucapkan, tetapi perlu dibuktikan.


Ada tiga penguji kesetiaan. Pertama, waktu. Seberapa lama kita bisa setia? Kedua, jarak. Kita bisa setia saat dekat, tetapi bagaimana jika kita terpisah jauh? Ketiga, keadaan. Kalau lagi senang kita akan setia, tetapi bagaimana jika dalam keadaan yang sulit?

Rut adalah seorang yang setia. Waktu Naomi dan keluarganya baru datang ke Moab, mereka adalah keluarga yang memiliki harta. Jadi, boleh dikatakan Rut menikah dengan anak dari keluarga yang lumayan berada-Alkitab tidak menyebut berapa banyak kekayaan Naomi, tetapi ada pernyataan bahwa Naomi "pergi dengan tangan penuh" (1:21). Akan tetapi, setelah Elimelekh dan kedua anaknya meninggal dunia, Naomi jatuh miskin "tetapi dengan tangan kosong Tuhan memulangkan aku". Di sinilah kesetiaan Rut diuji dan ia berhasil. Rut tidak meninggalkan Naomi dalam "kekosongannya".

Mudah sekali untuk setia kepada orang yang banyak harta benda dan tinggi kedudukan. Sebaliknya, sulit sekali untuk setia kepada orang yang sedang jatuh atau tidak punya apa-apa lagi. Rut bisa tetap setia karena dasar kesetiaannya adalah kasih, bukan harta. Oleh sebab itu, jikalau kita mau menjadi orang yang setia, baik kepada istri atau suami, pelayanan, bahkan kepada Tuhan, kita harus mengubah dasar kesetiaan kita. Biarlah kasih yang selalu menjadi alasan mengapa kita setia -RY

JANGAN BIARKAN KESETIAAN KITA DITENTUKAN OLEH HARTA TETAPI TENTUKANLAH KESETIAAN KITA OLEH KASIH

Gbu all...

Sabtu, 05 Oktober 2024

Tinta "Ajaib" dan Sebatang Pensil

Bertahun-tahun yang lalu, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam perlombaan untuk menguasai ekspedisi ke luar angkasa (space race).


Ilmuwan dan insinyur dari kedua negara tersebut terus-menerus berada di dalam kompetisi yang sangat ketat untuk menemukan terobosan teknolologi yang akan membuat negara mereka selangkah lebih mau dari negara saingannya.

Salah satu bidang yang membuat pusing para ilmuwan NASA (lembaga antariksa AS) adalah: menemukan tinta yang bisa digunakan di ruang tanpa bobot di dalam pesawat luar angkasa. Puluhan bahkan ratusan ribu dollar dihabiskan untuk menemukan formula tinta "ajaib" tersebut. Ratusan bahkan ribuan jam dihabiskan untuk melakukan riset dan eksperimen.

Anda tahu apa yang dilakukan oleh Uni Soviet? Mereka menulis memakai pensil!

Seringkali, kita sibuk mencari-cari apa yang tidak ada; padahal apa yang kita butuhkan sebenarnya telah tersedia di depan mata.

Banyak orang percaya yang tidak pernah berani melangkah untuk melakukan sesuatu oleh karena mereka terus-menerus merasa kurang, belum dewasa, tidak punya karunia, minim talenta, dan segudang alasan yang lain.

Terlalu banyak orang yang menunggu agar ia lebih dulu "sempurna" sebelum mulai bekerja. Beberapa orang menghabiskan jam-jam doanya untuk meminta karunia-karunia Roh yang adi kodrati (supranatural), karena berpikir bahwa tanpanya ia tidak akan pernah berguna.

Kadang, kita begitu sibuk memikirkan hal-hal yang terlalu besar atau tinggi tentang diri kita. Apalagi, ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain, yang di mata kita memiliki puluhan kelebihan yang tidak kita miliki.

Kita ingin seperti dia, dan kita berpikir bahwa kita hanya akan berguna kalau kita pun memiliki semua kelebihan itu. Kita lupa untuk menilai diri kita "menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing" (Roma 12:3).

Dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30), sang Tuan menunjukkan penghargaan yang persis sama kepada hamba yang memiliki 5 talenta maupun 2 talenta. Ia menghargai mereka bukan berdasar berapa talenta yang mula-mula mereka miliki, namun berdasar apa yang mereka lakukan dengan talenta itu.

Kalau saja hamba dengan 1 talenta itu mau bekerja mengembangkan talentanya, pastilah ia akan mendapat penghargaan yang sama dari sang Tuan.

Kita tidak perlu menunggu lagi. Kita bisa mulai bergerak sekarang, dengan apa yang kita punya, dengan apa yang kita bisa. Keluar dari kotak egoisme, lepas dari belengu rasa rendah diri. Memperhatikan orang lain, melakukan sesuatu; sekalipun sederhana dan kelihatannya tidak berarti apa-apa.

Kita tidak pernah tahu berkat macam apa yang diterima orang lain dari tindakan kita yang paling sederhana. Tapi Tuhan tahu.

Saya meyakini prinsip "siapa mempunyai, ia akan diberi" (Matius 25:29). Kalau kita berani mulai melakukan sesuatu, dengan hati tulus dan nurani yang murni, maka Tuhan yang akan menambahkan kemampuan, talenta, karunia, dan entah apa lagi namanya, untuk makin melengkapi kita.

Dan jangan kaget, kalau kita setia melakukannya, kita akan mendapati bahwa Tuhan mulai mempertajam kepekaan hati kita kepada keadaan orang lain; sampai-sampai kita seolah-olah bisa "meramalkan" kebutuhan orang. Sehingga ketika kita melakukan atau mengatakan sesuatu, sesuatu itu begitu "tepat" memenuhi kebutuhan orang lain.

Jangan menghabiskan waktu untuk menemukan tinta ajaib. Ambillah pensil yang sekarang tergeletak di atas meja.

Gbu all...

Jumat, 04 Oktober 2024

PENGHARAPAN PASTI DI DALAM TUHAN

“Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan.” Roma 8:24a

Semua orang pasti memiliki banyak keinginan dan juga harapan dalam hidupnya. Tak seorang pun mau menjalani hari-hari tanpa ada harapan yang hendak dicapai. Jika tanpa pengharapan orang akan menjalani hidupnya asal-asalan, monoton dan tanpa semangat.

Siapakah di antara kita yang tidak ingin menjadi orang yang sukses, mapan dan bermasa depan cerah? ltulah sebabnya kita mulai merancang/merencana kan segala sesuatunya sejak dini, agar apa yang kita harapkan menjadi kenyataan. Sebagai orangtua kita pasti memiliki pengharapan yang besar terhadap anak-anak kita: sukses dalam studi dan juga karir. Begitu juga bagi si lajang, ia memiliki harapan-harapan dalam hidupnya: pekerjaan yang mapan, punya rumah dan mobil, serta memiliki pasangan hidup sesuai yang diinginkan. Itu adalah gambaran pengharapan semua orang selama hidup di dunia ini, padahal kita tahu bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara (tidak kekal).

Maka dari itu adalah bijak bagi kita sebagai orang percaya untuk tidak menggantungkan pengharapan kepada hal-hal yang kelihatan, karena tidak ada satu hal pun yang bisa kita harapkan dan andalkan di dunia ini, “. . .sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” (ayat 24b-25). Lalu kepada siapa kita menaruh pengharapan itu? Hanya satu saja yang bisa menjadi pengharapan kita yaitu pengharapan di dalam Yesus Kristus. Dia berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10: 10b). Jadi, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:7).

Bila kita berharap kepada Yesus pengharapan itu tidak pernah mengecewakan (baca Roma 5:5), karena Dia tak pernah lalai menepati janjiNya! Dan saat kita menaruh pengaharapan kita padaNya kita beroleh kekuatan dan semakin kokoh meski berada di tengah badai pencobaan, karena pengharapan itu seperti sauh yang kuat (baca Ibrani 6:19).

Jangan pernah sedikit pun melepaskan pengharapan kita kepada Tuhan, karena ada kemuliaan yang Ia sediakan (baca Efesus 1:18).

Gbu all...

Kamis, 03 Oktober 2024

Cermin Ajaib

By Santi Erawati

Waktu kecil saya suka menonton film Putri Salju. Di sana si ibu tiri Putri Salju senang sekali bercermin. Biasanya ia bertanya, “Cermin ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di dunia?” Lalu karena cermin si ibu tiri adalah cermin ajaib, cermin tersebut kemudian dapat memperlihatkan gambaran dari Putri Salju.

Sayangnya cermin yang saya dan Anda miliki bukan cermin ajaib. Jadi setiap kali kita bercermin, pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru malah aneh kalau kita bercermin lalu yang terlihat adalah gambaran diri orang lain.

Kita semua adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan, berarti seharusnya kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. Bahkan juga kita itu dijadikan menurut gambar dan rupa Allah.

Pertanyaannya adalah, “Cermin seperti apakah diri kita?” Bila kita merupakan cermin yang utuh dan mengilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan. Saat orang melihat diri kita, mereka melihat Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Ini yang perlu kita semua kejar.

Bila kita merupakan cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memoles supaya cermin tersebut menjadi mengilap. Bila itu yang kita rasakan, mari kita berdoa dan minta Tuhan yang memoles diri kita untuk menjadi mengkilap kembali. Selain berdoa supaya Tuhan yang memoles diri kita, kita juga perlu memoles diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengubah pikiran kita untuk menjadi selaras dengan pikiran Tuhan. Saat pikiran kita diubahkan, saat itulah kita akan berusaha memoles diri kita menjadi sesuai yang Tuhan mau.

Bagaimana bila kita merupakan cermin yang retak? Bila kita merupakan cermin yang retak, walaupun cermin itu mengilap tidak akan banyak berguna. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya merupakan cermin yang retak.

Kilap dalam cermin tidak dapat menutupi kondisi keretakan cermin. Sekuat apapun Anda menutupi kondisi retak itu, Anda tidak bisa membohongi diri sendiri. Saya tidak bermaksud mengatakan kita harus memperlihatkan kerapuhan kita, menjadi cengeng, menjadi pahit, dan mempertontonkan itu pada semua orang. Tidak! Tetapi setidaknya jujurlah! Banyak orang hari-hari ini senang sekali memakai ‘topeng’.

‘Topeng’ yang digunakan adalah topeng yang tidak kasat mata, tidak kelihatan. Topeng yang digunakan adalah untuk menutupi kondisi diri yang retak. Mengapa banyak orang suka mengenakan topeng untuk menutupi cerminan diri yang retak?

Jawaban utama hanya satu: mereka tidak menyukai cermin retak itu. Mereka malu dengan cermin retak itu. Mereka benci dengan cermin retak itu. Karena itu, mereka berusaha supaya orang juga tidak melihat cermin retak itu.

Perasaan tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan ini berpengaruh sangat besar untuk menjadikan kita sebagai cermin yang retak. Efek dari tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan akan menyebabkan orang menjadi:

- Menarik diri dari orang lain.

- Cenderung mempertahankan diri secara berlebihan.

- Menolak orang lain.

- Menyakiti orang lain.

- Memberontak.

- Cenderung berusaha keras untuk membuat diri diterima orang lain.

- Sangat sensitif dan sulit disenangkan.

- Mudah sekali kecewa.

- Memiliki harapan-harapan yang tidak realistis akan orang lain.

Bila ini adalah kondisi Anda, jangan biarkan ini berlarut-larut. Segera datang pada Tuhan, bereskan kondisi ini. Kondisi cermin yang retak bila dibiarkan berlama-lama akan menjadi cermin yang hancur. Biasanya bila cermin hancur tempatnya di pembuangan sampah. Ya, tidak akan terpakai lagi. Jangan biarkan diri Anda menjadi cermin yang hancur!

Bagaimana bila sekarang kondisi Anda adalah cermin yang hancur? Apakah sudah tidak ada lagi harapan bagi Anda? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan dalam Tuhan!

Mazmur 51:19: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Betapa Tuhan itu baik. Cermin hancur pun Tuhan tidak pandang hina, bahkan Ia pandang sebagai korban sembelihan bagi-Nya. Bila kondisi Anda saat ini sebagai cermin yang hancur, datang pada-Nya. Minta Ia memulihkan kondisi Anda.

Ia begitu mengasihi Anda, si cermin hancur. Begitu besar kasih-Nya sehingga Ia rela mati bagi Anda. Darah-Nya tercurah untuk memperbaiki Anda kembali. Setiap tetesan darah-Nya mengelem dan menyatukan setiap kepingan dan serpihan diri Anda, hati Anda, jiwa Anda. Bukan sekedar mengelem dan menyatukan, bahkan Dia menjadikan Anda sebagai cermin baru yang utuh (2 Korintus 5:17).

Mari datang kepada-Nya. Apapun kondisi kita, cermin utuh yang mengilap, cermin utuh yang kusam, cermin yang retak, bahkan cermin yang hancur; semua itu Dia terima dengan tangan terbuka.

Biarlah darah-Nya membasuh kita, memulihkan kita, dan menjadikan kita cermin yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya.

Gbu all....

Rabu, 02 Oktober 2024

Belajar dari gempa dan kehancurannya

Apa yang akan terjadi dalam hidup manusia tidak pernah ada yang tahu, orang tidak tahu kalau akan terjadi gempa atau badai dalam dirinya karena semua itu kadang diluar nalar manusia.


Beberapa saat yang lalu, kita disibukan dengan banyak kabar tentang gempa dan bencana dan saat ini keadaan lebih baik dan lebit tenang dengan belum terdengar adanya gempa.

Semua orang akan menjadi "ngeri" karena gempa itu karena gempa telah meluluh lantakkan kehidupan mereka termasuk keadaan sekitar mereka.

Tapi apa yang terjadi setelah gempa.

Gempa bisa mengubah segalanya, dari gempa solidartas muncul, keperpihakan hadir dan semangat juang tumbuh.

Setelah gempa, orang keluar dari zona nyaman keadaanya ke zona yang tidak pasti karena hidup harus terus berjuang membangun diri setelah gempa terjadi

Setelah gempa ada yang cepat bangun untuk membangun tapi ada juga yang terlelap dalam mimpi buruknya dan terperosok lebih dalam di sana.

Yang pasti setelah kehancuran itu ada banyak yang lebih baik daripada sebelumnya.

"Allah kadang memang menghancurkan dunia seseorang untuk memberikan dunia baru yang lebih baik".

Sama seperti gempa bumi demikianlah juga terjadi gempa dalam hidup seseorang.

Bagi orang beriman Gempa ini dipandang berasal dari rencana Allah untuk kehidupan seseorang.

Jika orang hidup dalam ketidak syukuran mereka akan menyalahkan keadaan dan Allah serta tidak menyadari kalau dunia baru sedang dimulai sejak gempa itu terjadi.

Saya pernah mengalami gempa dan badai hebat dalam hidup ini yang meluluhlantakkan hidup saya hingga tinggal puing-puing tidak berarti.

Tapi setelah gempa itu, saya menemukan jalan baru yang lebih indah setelah jalan sebelum gempa itu karena jalan itu saya bangun bersama Ia yang mengijinkan gempa itu terjadi.

Puing-puing itu kembali saya susun menjadi bangunan yang berbeda dari bangunan sebelumnya dengan cara pandang yang berbeda pula.

Pertama aneh tapi lama kelaman terasa lebih indah bahkan mengagumkan terutama bagi saya dan bagi mereka yang melihat keberadaannya setelah terjadi gempa kehidupan ini.

Maka saya selalu yakin kalau setelah tikungan selalu akan ada jalan lain yang lebih indah dalam kehidupan seseorang.

Setelah badai dan gempa kehidupan selalu akan ada hal terindah dalam hidup. Banyak orang telah mengalaminya, setelah jatun, ditingalkan, berani bangkit dan akhirnya tampil lebih percaya diri dan mempesona banyak orang yang melihatnya.

Maka jangan pernah patah semangat dan pupus harapan setelah ada gempa menghajar hidup Anda, yakinlah diri kalau akan ada keindahan baru karena hidup masih bisa ditata dan dibangun dengan lebih leluasa dari awal kehidupan setelah gempa atau badai itu.

Sambutlah hari dengan semangat dan keyakinan baru walaupun gempa baru menghantam hidupi dan lihatlah, "Allah menghancurkan duniamu saat ini dan Ia akan menggantikannya dengan dunia baru yang lebih indah dan lebih menawan hati".

Salam dalam syukur, salam dalam cinta, salam dalam keberanian untuk bangkitdan bangun mendirikan rumah kehidpanbaru dengan lebih indah bersama Tuhan setelah gempa dan badai hidup terjadi. Salam dalam pembaharuan dan pembangunan hidup setelah gempa atau badai.

"Lihatlah, Allah sedang merenda hidupmu menjadi kain yang indah serta sedang membangun dirimu menjadi istana yang indah setelah hidupmu dihancurkan oleh badai dunia ini. Sungguh dalam Allah selalu ada pembaharuan dan cinta untuk membangun hidup kita".

"Allah tidak jahat dengan badai itu, tapi Ia sedang menata hidup kita". Salam dalam cinta membangun dunia baru setelah badai hidup.

Gbu all...

Selasa, 01 Oktober 2024

Fokus

Filipi 3:13

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 81; Lukas 2; Yeremia 7-8

Tidak dapat disangkal bahwa fokus adalah salah satu elemen penting bagi seseorang untuk mencapai tujuan. Ada kekuatan yang luar biasa di balik sebuah tujuan yang terarah dengan tajam. Bayangkan betapa hebatnya tenaga sinar matahari yang diarahkan dengan fokus kepada sebuah titik melalui kaca pembesar. Titik kecil yang terarah itu dapat membakar habis sebuah kertas, bahkan sebuah hutan.

Sedemikian berbahayanya kekuatan hidup yang terfokus sehingga iblis senantiasa berusaha membuat anak-anak Tuhan sibuk dan bahkan buta akan tujuan hidup mereka yang sesungguhnya. Kadang ada begitu banyak pintu peluang yang terbuka dan membuat kita bimbang untuk melangkah karena seolah semua peluang itu tampak begitu sempurna. Tidak jarang terbersit keraguan apakah pilihan yang akan diambil merupakan keputusan yang tepat dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bagaimana kerinduan rasul Paulus yang terutama adalah untuk mengenal Tuhan dan bersekutu denganNya. Fokus kehidupan Paulus hingga akhir hidupnya adalah senantiasa melekat kepada Tuhan. Itulah yang membuat ia bertahan dalam pelayanannya dan menjadi salah satu rasul terbesar dalam sejarah.

Ketika kita mulai menempatkan kembali Tuhan sebagai prioritas utama kita, percayalah bahwa kekuatan kuasaNya akan bekerja dengan dahsyat melalui hidup kita. Mari awali hari ini dengan mencari Tuhan telebih dahulu, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita.

First thing first. Put God first.

Gbu all...