Rabu, 03 Juli 2024

Peran Dalam Cerita Keluarga

II Korintus 5:18

“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 31; Kolose 4; 2 Tawarikh 18-19

Banyak orang menyukai cerita mengenai keluarga. Selain karena menyentuh hati, hal yang diceritakan sangat nyata dengan kehidupan manusia.

Pengarang Henri Nouwen, di dalam bukunya yang berjudul The Return of The Prodigal Son, mengatakan bahwa semua orang Kristen, pada titik tertentu dalam perjalanan iman mereka, diwakili oleh salah satu dari ketiga karakter utama dalam cerita tersebut. Kadang-kadang kita menjadi anak yang memberontak, yang membutuhkan pertolongan dan pengampunan. Pada kesempatan lain, kita adalah sang kakak yang ingin menyimpan kemarahan dan tidak mau mengampuni. Namun, apabila kita semakin dewasa, kita akan menjadi seperti sang bapak, yang rindu melihat semua anaknya diperdamaikan.

Dalam akhir bukunya, Nouwen menuliskan kata-kata berikut ini: “Pada saat saya memperhatikan tangan saya yang menua, saya kemudian menyadari bahwa kedua tangan itu diberikan untuk menjangkau mereka yang menderita, untuk menepuk bahu-bahu mereka yang datang, dan untuk menawarkan berkat dari kebesaran kasih Allah.”

Peran apakah yang Anda mainkan di dalam cerita keluarga Anda? Apakah Anda membutuhkan keberanian untuk bertobat dan memohon pengampunan? Atau apakah Anda membutuhkan belas kasihan untuk memberikan pengampunan?

Allah telah memberikan kepada anak-anak-Nya “pelayanan pendamaian” (I Korintus 5:18,19). Sekarang adalah waktu untuk memulainya.

Sikap yang benar terhadap keluarga dimulai dengan sikap yang benar terhadap Allah.

Gbu all...

Selasa, 02 Juli 2024

Meraih Tangan-Nya

Ulangan 31:8

“”Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30; Kolose 3; 2 Tawarikh 16-17

Suatu kali, kira-kira beberapa tahun yang lalu, Billy Graham mengalami masa-masa yang gelap dalam hidupnya. Meskipun ia telah berdoa kepada Tuhan mengenai apa yang ia alami, namun ia merasa langit seperti menjadi tembaga baginya. Tuhan seolah-olah telah menghilang dari hidupnya dan ia sendirian bersama pencobaan dan bebannya.

Billy Graham akhirnya menulis surat pada ibunya mengenai pengalamannya itu. Beberapa hari kemudian, ia pun mendapat surat balasan dari ibunya yang isinya sebagai berikut: “Nak, ada saatnya ketika Allah menarik diri-Nya untuk menguji imanmu. Dia ingin kau mempercayai Dia dalam kegelapan. Sekarang, raihlah dengan iman melewati kabut dan kau akan menemukan bahwa tangan-Nya ada di sana.”

Selesai membaca surat dari ibunya tersebut, tiba-tiba air mata keluar dari mata Billy Graham. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, ia pun mulai menangis dan hadirat Allah yang melimpah dengan sekejap ia rasakan. Hari itu sungguh menjadi hari yang tidak pernah ia lupakan hingga saat ini.

Entah kita merasakan atau tidak merasakan hadirat Allah di saat jalan kita gelap, namun tetap berimanlah bahwa Dia ada disana. Jangan ragukan firman-Nya yang berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” karena memang itulah kebenaran yang sesungguhnya.

Allah selalu ada bersama Anda dan dalam keadaan apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan Anda seorang diri.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia

Gbu all...

Senin, 01 Juli 2024

Sahabat Sampai Akhir

Amsal 18:24

“Ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 28; Kolose 1; 2 Tawarikh 12-13

Biasanya di setiap sekolah kedokteran, para mahasiswa telah dilatih untuk menolong pasien agar tetap hidup, sementara itu mereka diberi sedikit instruksi untuk membantu pasien menghadapi kematian. Namun, hal ini kemudian berubah dengan ditambahnya mata kuliah tentang pendampingan orang yang mendekati ajal. Kini para dokter diajarkan bahwa apabila mereka telah mengerahkan seluruh kemampuan medis tetapi tidak menghasilkan kesembuhan, mereka harus memanfaatkan kesempatan untuk mendampingi pasien yang sekarat dengan penuh belas kasih dan menjadi sahabat baginya.

Kematian mungkin dapat menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar kita dan membuat kita merasa canggung menghadapi seorang pasien yang sudah sekarat. Namun, kesempatan terbesar kita untuk menolong seseorang dalam nama Yesus dapat datang selama hari-hari terakhirnya di dunia ini.

Alkitab berbicara tentang persahabatan yang tidak memiliki batasan. Orang bijak berkata, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu” (Amsal 17:17). Dan “ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara” (Amsal 18:24). Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13).

Tuhan Yesus yang kita sembah adalah Tabib Yang Agung sekaligus Sahabat kita. Dia berjanji tidak akan meninggalkan ataupun mengabaikan kita (Ibrani 13:5). Untuk itu Dia pun meminta kita untuk mendampingi sahabat dan keluarga kita di dalam namaNya, saat mereka hampir di penghujung perjalanan mereka di dunia. Inilah yang akan dilakukan seorang sahabat sejati.

Seorang sahabat sejati akan setia sampai akhir.

Gbu all...